Oleh Nursyamsa Hadis*
WAKTU terus bergulir. Kini kita berada di penghujung tahun 2022. Sebuah momentum baik untuk melakukan muhasabah. Secara bahasa muhasabah bermakna introspeksi diri. Muhasabah bertujuan untuk memperbaiki hubungan dengan Allah (habluminallah), hubungan kepada sesama manusia (habluminannas), dan hubungan dengan diri sendiri (habluminannafsi).
Pentingnya introspeksi diri dapat dicermati dari firman Allah dalam Surat Al-Hasyr ayat 18. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Nabi Muhammad SAW bersabda sebagaimana diriwayatkan Syadad bin Aus, “Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT. Umar bin Khattab mengatakan, “Hasibu anfusakum qobla antuhasabu.“ (Evaluasilah (hisablah) dirimu sendiri sebelum kalian dihisab (di hadapan Allah kelak)”.
Ibnul Qayyim rahimahullah sebagaimana tulisan Abdul Aziz dkk dalam buku “Jalan Menggapai Ridho Ilahi” membagi muhasabah menjadi dua macam yaitu sebelum dan sesudah melakukan amalan atau perbuatan.
Pertama, sebelum melakukan amalan hendaknya berpikir sejenak. Jangan langsung mengerjakan sampai nyata baginya akan adanya kemaslahatan. Al-Hasan berkata, “Semoga Allah merahmati seorang hamba yang berdiam sejenak ketika terbetik dalam pikirannya suatu hal, jika itu adalah amalan ketaatan pada Allah, maka ia melakukannya, sebaliknya jika bukan, maka ia tinggalkan.
Kedua, sesudah melakukan amalan, yaitu dengan introspeksi atau mawas diri atas perbuatan yang telah dilakukan. Introspeksi atas; tingkat ketaan kepada Allah, relasi dengan sesama dan kemampuan kendali.
Pada penghujung tahun ini bahan muhasabah yang perlu kita pertajam adalah nasehat Nabi sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallah ‘alaihi wa sallam pernah menasehati seseorang,
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkanlah (jagalah) lima perkara sebelum lima perkara; waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Al Hakim)
Perenungan mendalam atas nasehat Nabi tadi semoga mengantarkan kian mengokohkan pilihan hidup kita untuk menjadi mujahid dakwah membangun peradaban Islam. Pilihan hidup, pilihan kerja, pilihan bisnis yang tidak mengenal kata rugi.
*) Nursyamsa Hadis, pegiat dakwah bersama Hidayatullah