BALIKPAPAN (Hidayatullah.or.id) – Ada hal unik dalam acara pembukaan Silaturrahim Nasional Hidayatullah 2018 yang dibuka oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Kalla berbalas pantun dengan Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Hidayatullah Nashirul Haq yang lebih dulu memberikan sambutan dalam acara yang dihadiri 10 ribu dai-daiyah dari seluruh Indonesia itu.
Di tengah sambutannya, Nashirul membacakan pantun di hadapan Jusuf Kalla yang pada kesempatan kunjungan kerjanya ini didampingi Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil dan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.
“Ikan pesut di kuala. Berenang indah begitu cepat. Kalau kata martabat didengar Bapak Jusuf Kala, sudahlah pasti Hidayatullah yang diingat,” Nashirul berpantun yang disambut senyum hadirin.
Di penutup penyampaiannya, ia kembali berpantun;
Pada dai berangkat dari Balikpapan
Menebar rahmat ke seluruh alam
Walau dengan berbagai ujian dan rintangan
Teruslah berjuang untuk Islam
Tak mau kalah, Kalla pun mengatakan ingin berpantun. Dia pun berpantun yang disambut riuh dan lafadz takbir hadirin.
Masak angsa dikuali
Bukan lagi di perigi
Hidayatullah mengabdi
Berkhidmat untuk NKRI
Pada kesempatan tersebut, Kalla dengan berseloroh mengatakan, walaupun kampus induk Hidayatullah Gunung Tembak ini agak “keras” namanya, tapi tak ada satupun peluru yang ditembakkan.
“Namanya boleh menakutkan, tapi tingkah lakunya sangat santun. (Hidayatullah) Gunung Tembak menembak dengan ayat ayat yang baik,” kata Kalla disambut riuh hadirin yang memadati arena pembukaan Silatnas.
Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla menilai Hidayatullah merupakan salah satu ormas Islam yang cepat perkembangannya di Indonesia. Wapres JK mengapresiasi peran Hidayatullah bagi bangsa ini, terkhusus lewat para dainya.
“Kita berterima kasih kepada para dai yang telah mengabdikan dirinya di gunung-gunung, di puncak-puncak bukit, di sungai-sungai yang jauh, dan juga di kampung-kampung yang belum maju,” ujarnya.
Ia pun berharap Hidayatullah tidak hanya mengajarkan mengenai agama, tapi juga mengajarkan tentang hal-hal yang sifatnya duniawi seperti ekonomi. Dia menyebutkan aqidah, ibadah dan muamalah adalah tiga hal yang diseimbangkan. (Kaltim Post, 23//11/2018)