JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Pemimpin Umum Hidayatullah, KH. Abdurrahman Muhammad mengungkapkan misi 50 tahun kedua Hidayatullah adalah menyongsong kemajuan Indonesia memimpin peradaban dunia. Oleh sebab itu, ia berpesan para pemuda hendaknya mencintai dan “menggendong” Indonesia.
“Cintai dan gendonglah Indonesia. Cintai, ini milik kita,” ungkapnya saat saat mengisi sesi pada sesi Taujih Rabbani dalam rangkaian Musyawarah Nasional (Munas) VIII Pemuda Hidayatullah di Gedung Pusat Dakwah Hidayatullah Jakarta, Ahad, 28 Rajab 1444 (19/2/2023).
Ia mengungkapkan misi 50 tahun kedua Hidayatullah adalah menyongsong kemajuan Indonesia memimpin peradaban dunia. Hal ini, terangnya, merupakan obsesi 50 tahun kedua menyongsong berjuang Indonesia maju memimpin peradaban dunia.
“Pergantian generasi demi generasi ini, berproses perjalanan ini menaik menaik dan menaik. Alhamdulillah, saya bersama sesepuh Hidayatullah bersyukur ada kesadaran ini,” ujarnya.
Ia menerangkan, semua isi dalam Pancasila terkandung makna Islam. Dengan begitu wajar Indonesia memimpin umat Islam di dunia dengan adanya peran penting para pemuda. “Pemuda itu penakluk dan penantang. Maka kita ini harus memahami keindonesiaan,” ungkapnya.
Karena itu, ia mengingatkan, tema Munas Pemuda Hidayatullah terdepan progresif dan beradab teman jangan hanya jadi embel-embal belaka dengan adanya kesungguhan membangun karakter petarung tersebut. “Bangun manusia-manusia progresif, manusia manusia bertangung jawab,” tegasnya.
Jaminan Ber-Islam dan Ber-Qur’an
Lebih jauh ia mengungkapkan, generasi yang ada hari ini harapan besar Hidayatullah. Oleh sebab itu, generasi yang diproses ini harus sadar dengan peran dan amanahnya. Lebih lanjut, prinsip dasar yang harus terpatri yakni perintah Al-Qur’an dan Sunnah.
Sebagaimana dalam Bayani 3 di Hidayatullah, Abdrurahman menegaskan, jaminan ber-Islam ber-Qur’an pasti benar dan mutlak benarnya, yang tidak pernah berubah serta sampai akhir zaman tidak pernah salah.
“Hanya saja, manusia dalam pendekatan Al-Qur’an biasa salah. Dia (manusia) yang salah, bukan Qur’an yang salah,” ungkapnya.
Beliau menambahkan, karakter pemuda kalau sudah mengikuti perintah Qur’an pasti beradab. Maka selanjutnya, pesan dia, jangan membanding-bandingkan bahwa ada orang hebat secara intelektual dan membaca ayat Iqra (Al-Qur’an) tidak terlalu intelektual.
“Iqra itu super intelektual,” tegasnya lagi seraya mengimbuhkan ilmu manusia itu melakukan perubahan-perubahan memberi nilai manfaat. Maka Pemuda harus bermanfaat dan baik, sebab orang beriman pasti bermanfaat juga baik.
“Apa yang dilakukan orang Islam dan orang beriman itu pasti baik. Lakukan saja yang diperintahkan (Al-Qur’an) Allah, disitu ada banyak kekuatan dan kekayaan,” jelasnya.*/Azim Arrasyid, Yacong B. Halike