Hidayatullah.or.id – Pesantren Hidayatullah Mamuju Tengah (Mateng) akhirnya kini memiliki masjid sejaligus madrasah untuk kegiatan dakwah dan pendidikan. Pendirian masjid ini dilakukan oleh lembaga kemanusiaan Sahabat Al-Aqsha bekerjasama dengan Laznas BMH Mamuju dan DPD Hidayatullah Mamuju Tengah meresmkikan Masjid dan Madrasah Al Aqsha berlokasi di Kampus Hidayatullah Tobadak II, Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, belum lama ini.
Fasilitas ibadah dan pendidikan ini dibangun di atas lokasi wakaf seluas 2 hektar wakaf dari H. Aras Tammauni, SE. yang kini menjabat Bupati Mamuju Tengah ini.
Suharmawan, mewakili wali santri Madrasah Al-Aqsha mengatakan, “Kami sangat bangga karena generasi kami mendapatkan pendidikan yang bisa mendekatkan mereka dengan Allah ta’ala. Dan kami sangat berharap kiranya program ini kiranya dapat berkelanjutan hingga ke pendidikan jenjang selanjutnya menyikapi tingginya harapan masyarakat terhadap pendidikan agama”.
“(kegiatan madrasah) ini yang saya harap sebagai asset di akhirat nanti,” kata Suharmawan.
Ketua DPW Hidayatullah Sulawesi Barat, Drs. Imron M. Djufri, dalam sambutannya mengatakan kerjasama ini adalah awal dari langkah pengurus daerah Hidayatullah Mamuju Tengah, khususnya di kampus Tobadak II.
“Tentunya semua ini adalah milik dan untuk masyarakat dan harus proaktif membangun dengan kerjasama yang sehat. Sekaligus menjadi tanggung jawab untuk segera dilanjutkan dengan program program keumatan yang bisa mengubdang berkah Allah subhanahu wata’ala,” kata Imron.
Sementara itu perwakilan Sahabat Al-Aqsha, Abah Dzik, mengatakan masjid dan madrasah mengambil nama (Al-Aqsha) ini dengan harapan ingin mendapatkan keutamaan masjid Al-Aqsha yang merupakan tempat yang sangat istimewa karena menjadi pusat dakwah sejak berabad abad.
“Al Aqsha sebagai markas aqidah yang Allah pilih dalam terbukanya pintu langit. Selebar 14 hektar itu adalah komplek sebagai pijakan isro dan mikrojnya Muhammad,” kata Abah.
Dia menambahkan, sejak 100 tahun yang lalu masjid kita yang dikuasai Yahudi dan keimanan kita dengan berharap dengan nama ini, selalu dalam kenangan untuk membangkitkan semangat juang dalam Islam.
“Menginjakkan kaki dan beribadah secara maksimal di masjid Al-Aqsha ini tidak perlu izin ke tentara Yahudi” selorohnya.
Nama setidaknya ini mengingatkan kita tentang Al-Aqsha yang diharapkan di sani akan berkembang pendidikan dan pusat dakwah di wilayah ini.