MAMUJU (Hidayatullah.or.id) — Luar biasa pengabdian relawan dalam tanggap darurat bencana gempa bumi yang melanda Majene, Mamuju, Sulawesi Barat. Gempa bumi mengguncang Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, ini terjadi pada Jumat 15 Januari 2021 pukul 02.28 Wita.
Relawan dari berbagai elemen masyarakat dan warga bahu membahu melakukan tanggap darurat. Siang malam bekerja mencari dan mengevakuasi korban. Ada yang sempat diselamatkan, namun tidak sedikit yang ditemukan meninggal.
Relawan bergerak di bawah ruahan bulir hujan yang awet. Bekerja di siang hari nan terik menyengat. Berjibaku dengan malam minim penerangan. Membantu membenahi rumah warga yang terberai akibat hinggutan bentala dengan magnitudo 6,2 itu.
Salah satu sosok penting yang barangkali luput perhatian dari aksi kemanusiaan ini adalah emak-emak. Mereka memang tak mengemuka. Tak pula nampak di depan. Mereka di belakang. Bekerja di balik layar.
Ya, mereka bergelut di balik dinding posko dapur umum. Menyiapkan santapan pagi, siang dan malam untuk siapa saja membutuhkan terutama para korban gempa dan relawan.
Sejak sehari terjadinya gempa, posko dapur umum garapan Muslimat Hidayatullah (Mushida) Mamuju ini sudah berdiri. Berlokasi persis di depan jalan Pondok Pesantren Hidayatullah Mamuju, Jln Abdul Syakur, Karema, Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju.
“Posko dapur umum mulai sejak tanggal 15 Januari 2021 saat gempa itu, sampai sekarang,” kata koordinator Dapur Umum Mushida Mamuju, Yani NS, kepada Hidayatullah.or.id, Selasa (26/1/2021).
Kolaborasi bersama ini turut didukung BMH, KitaBisa, ITS Peduli Bencana, SAR Hidayatullah, Sahabat Al Aqsha dan lain- sebagainya.
Kendati hanya beberapa orang, emak-emak ini berjuang tak kenal lelah. Sembari ditingkahi rengek manja anak anak kecil mereka dengan beraneka permintaan, mereka tetap tangguh bergumul dengan berbagai bumbu, menanak, menikmati aroma amis ikan dan adakala terpercik minyak.
“Meski juga terdampak gempa tapi Alhamdulillah kami bisa masuk dalam barisan relawan,” kata Yani yang sudah 10 hari ini mendaras di dapur umum dibersamai rekannya, Salbiana dan Asmirawati.
Sehari hari bekerja menyiapkan konsumi mulai dari belanja, memasak dan menyajikan ke posko, sudah tentu Yani dan teman-temanya meraskan lelah luar biasa. Namun, dia menambahkan, kepenatan itu tak seberapa dibanding rasa haru bahagia melihat lahapnya para relawan menyantap makanannya.
“Begitu 80 hingga 100-an relawan makan di dapur umum Mushida dengan lahapnya, perasaan ini senangnya tak terbahasakan,” kata Yani.
Meski dengan sajian sederhana, menu yang disuguhkan tetap terbilang mewah dengan beragam pilihan. Kepiawaian dan jam terbang berkecimpung di perapian menjadikan mereka terampil mengolah satu bahan menjadi berbagai jenis lauk pauk.
Sekilas, aktifitas memasak tampaknya terlihat sederhana. Padahal, sebenarnya tidak semudah yang dibayangkan. Selain menguras energi, apalagi mengolah bahan untuk banyak orang, pekerjaan ini tentu juga menyita waktu dan pikiran. Tak pelak, anak-anak kecil mereka pun tak sepenuhnya dapat di-handle.
“Alhamdulillah, semoga bisa membantu kegiatan para relawan dan meringankan beban korban terdampak bencana gempa ini,” pungkas Yani.
Hingga saat ini Posko Rumah Makan Bersama Gratis untuk Semua yang berdiri di tepi jalan Karema, Kecamatan Mamuju, ini masih terus melayani kebutuhan konsumsi masyarakat terutama relawan dan korban terdampak gempa. (ybh/hio)