Oleh Ridhon*
ALHAMDULILLAH, kita bersyukur kepada Allah atas karunia negeri Indonesia berupa alamnya yang indah, bumi yang subur dan makmur sehingga mengundang banyak bangsa di dunia untuk datang dan ikut menikmatinya.
Menurut Syekh Ali Thantawi, seorang ulama dari Mesir, Indonesia qith’atun minal firdaus fil ardhi (Indonesia laksana sepenggal Firdaus di bumi). Seorang penyair Yaman yang pernah bermukim di Surabaya selama 15 tahun mengatakan: Indonesia namudzajiyyah fil jannah (Indonesia maket surga).
Menurut Koes Plus, menyenandungkan keindahan dan kemakmuran Indonesia bagaikan kolam susu.
Kita juga bersyukur, Allah telah berkenan mengirimkan pada da’i dan ulama’ yang telah mendidik kita sehingga menjadi bangsa yang menjunjung tinggi akhlak mulia, sopan, santun, supel, dan ramah.
Siapa pun yang datang ke negeri kita dengan berniat baik, pasti akan kita sambut dan kita muliakan sebagai tamu. Tak kurang para pendatang dari negeri China, India, dan Arab yang datang ke negeri kita untuk berdagang dan bekerjasama dengan kita, kita sambut dengan tangan terbuka.
Namun ketika ada yang datang dengan niat jahat (menjajah), maka tak segan-segan bangsa kita akan bangkit untuk mengusirnya.
Tahun 1511 bangsa Portugis dengan bala tentaranya mencoba untuk menduduki dan menguasai Malaka dengan paksa. Mendengar hal itu, seorang panglima dari Kesultanan Islam Demak bernama Fatchi Yunus atau yang kita kenal sebagai Pati Unus dengan membawa armada perang berkekuatan 150 kapal perang berhasil memukul mundur tentara Portugis.
Berlanjut sekitar tahun 1527 Portugis kembali mencoba menguasai Sunda Kalapa. Salah satu bandar perdagangan paling ramai di sebelah barat pulau Jawa saat itu.
Dengan gagah berani, Panglima dari Demak bernama Fatahillah dibantu oleh sang mertua dari kesultanan Islam Cirebon yang bernama Pangeran Syarif Hidayatullah berhasil mengusir dan memukul mundur para penjajah dari Portugis kala itu.
Teringat, firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
إِنَّا فَتَحۡنَا لَكَ فَتۡحًا مُّبِينًا
“Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata” (QS. Al-Fath 48: 1)
Maka bandar Sunda Kalapa diubah namanya oleh Fatahillah menjadi Jaya Karta yang merupakan terjemahan dari “Fatchan Mubina” yang berarti kemenangan paripurna.
Perjuangan melawan kezaliman dan kesewenang-wenangan penjajah terus berlanjut sampai masa lahirnya salah seorang mujahid terbesar dalam sejarah nusantara. Beliau lahir dengan nama Raden Mas Musthohar yang berarti pejuang kesucian.
Ketika beranjak remaja ia mengganti namanya menjadi Raden Mas Onto Wiryo, dan ketika dewasa kita kenal namanya harum dalam sejaran Indonesia sebagai Pangeran Diponegoro, seorang muslim taat, guru madrasah yang digembleng oleh para ulama Nusantara di Puri Tegal Rejo.
Beliau dengan gagah berani melawan tindakan kedzaliman yang dilakukan oleh penjajah Belanda dari tahun 1825 sampai dengan tahun 1830.
Kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan oleh perlawanan Diponegoro sampai menguras cadangan devisa yang dimiliki negeri Belanda sebesar 20 juta Golden atau setara dengan 10 kali lipat APBN negeri itu.
Masih banyak lagi kita dengan kisah perjuangan bangsa Indonesia kala itu. Di Sumatera ada nama Tuanku Imam Bonjol, di Makassar ada Sultan Hasanuddin, dan di Kalimantan ada Pangeran Antasasi dan tentu saja para pejuang lainnya di berbagai daerah.
Tak hanya kaum lelaki, para pejuang wanita Muslimah juga lahir dan ditakuti oleh para penjajah. Seperti misalnya seorang putri dari Sultan Trenggono yang bernama Ratu Kalinyamat. Ia diijuluki oleh bangsa Eropa sebagai Mawar Hitam dari Utara.
Dengan gagah berani memimpin armada laut yang selalu menyulitkan para penjajah dalam usahanya menguasai berbagai daerah di nusantara ini.
Di akhir abad ke 15 dari Kesultanan Islam Aceh lahir seorang wanita perkasa bernama Laksamana Keumalahayati. Dalam sebuah perang tanding di atas geladak kapal, Keumalahayati berhasil menikam salah satu pimpinan penjajah bernama Cornelis de Houtman hingga tewas.
Setelah masa perjuangan yang panjang, akhirnya atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, bangsa Indonesia menyatakan kermerdekaan pada hari Jum’at tanggal 9 Ramadhan 1364 H bertepatan dengan 17 Agustus 1945 M.
Semoga Allah Subhanahu Wata’ala berkenan menganugerahkan kekuatan lahir dan batin kepada kita untuk menjadi para pembela kebenaran dan keadilan, Amiin YRA..
*) Ridhon, penulis adalah Kepala Sekolah SD Integral Huidayatullah Luqman Al Hakim Kudus