PEKANBARU (Hidayatullah.or.id) – Dua dari belasan jaringan amal usaha dan Pondok Pesantren Hidayatullah yang tergabung dalam Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) se Provinsi Riau, menjadi peserta silaturrahim dengan Pemerintan Provinsi Riau, Gedung Daerah Kota Pekanbaru, Sabtu malam (05/08/2017).
Kedua Pesantren Hidayatullah yang tergabung dalam FKPP tersebut yakni perwakilan Pondok Pesantren Hidayatullah Pekanbaru dan Ustadz Muskaldi Indra dari Pondok Pesantren Hidayatullah Kota Dumai.
Silaturrahim yang ditaja oleh Pemprov Riau ini diisi dengan tausiah oleh ulama KH. Solahuddin Wahid (Gus Solah) dan dihadiri Gubernur Riau Ir. H. Arsyadjuliandi Rachman, M.B.A.
Selain para Kiai dan Pimpinan Pesantren, silaturrahim ini juga dihadiri Wakil Gubernur Riau Wan Tamrin Hasyim, Kakanwil Kemenag Riau Drs. H. Ahmad Supardi, MA, Forkopimda, Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Provinsi Riau serta tokoh agama dan tokoh Masyarakat Riau.
Sedikitnya ada 36 perwakilan Kyai dan Pimpinan Pondok Pesantren yang sempat hadir pada pertemuan silaturrahim ini antara lain Pondok Pesantren Tebuireng Kabupaten Inhil, Pesantren Tebuireng 4 Kabupaten Inhu, dan puluhan tokoh lain.
Ketua FKPP Riau Prof. Dr. Mujahidin mengatakan jumlah Pondok Pesantren se Provinsi Riau sebanyak 183. Dari 183 pesantren tersebut jumlah santrinya sebanyak 40.000 orang santri.
Menurutnya ini menunjukkan bahwa perkembangan pesantren sangat pesat dan menunjukkan keberadaan pesantren sangat berpengaruh di dalam peningkatan kualitas pendidikan secara menyeluruh di berbagai sektor.
Pesanten di Riau ditegaskan dia juga siap menjaga pancasila di Republik Indonesia dengan kebhinekatunggalikanya dalam menjaga stabilitas NKRI melalui penerapan UUD 1945.
Mendengar banyaknya jumlah santri yang bersekolah di Pesantren se Provinsi Riau, Gubernur Riau mengungkapkan adanya perhatian khusus terhadap pesantren.
Dijelaskannya, dari 40.000 orang santri pada saat sekarang berarti 6.000 orang santri yang tamat setiap tahunnya dan yang melanjutkan hanya 50 persen saja dan yang tidak melanjutkan setengahnya.
Sehingga, lanjut Gubernur, perlu perhatian khusus bagi Pemprov Riau agar semua dapat mengenyam pendidikan, sebaiknya dengan pertumbuhan Riau sekarang perlu dibuatkan pendidikan berbasis syariah.
“Perkembangan pendidikan mengenai perbankan termasuk perbankan syariah diharapakan para kiyai dan pimpinan pondok ikut bersama-sama memikirkannya,” ungkap Gubernur Arsyadjuliandi.
Sementara itu, Kakanwil Kemenag Riau Ahmad Supadi menjelaskan, sekolah sekarang menuntut waktu yang banyak bahkan sebagian negara luar sudah menerapkan sistem boarding.
Sementara pondok pesantren dari dulu telah menerapkan sistem boarding sehingga ini menunjukkan bahwa anak-anak pondok lebih siap
“Kelebihan berbahasa Arab, Inggris merupakan bahasa yang wajib yang membuat kemandirian dan kesiapan anak santri dalam menjawab tantangan global sudah terbukti dan teruji,” Kata Ahmad Supardi
Hal yang sama juga disampaikan KH. Solahuddin Wahid. Dikatakan adik kandung dari mantan Presiden Republik Indonesia ini yakni Abdurrahman Wahid (Gus Dur) bahwa dalam pembentukan negara peran agama islam melalui para ulama sangat besar.
“Oleh karena itu kita melalui santri wajib mengembangkan Islam dan mendidik santri dengan baik agar santri kita diap menjawab tantangan dari luar,” ungkapnya
Dikatakannya lembaga pendidikan tertinggi di Indonesia berdiri tahun 1700an di Sidogiri yaitu pondok pesantren, setelah itu baru sekolah Belanda tahun 1800an, yang pertama terbentuk itu adalah MDA dan MTS.
“Pada saat sekarang sangat berbangga kita karena pesantren bisa memadupadankan pendidikan agama dan pendidikan umum,” pungkas Gus Solah. (wrc/hio)