Hidayatullah.or.id — Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyatakan pondok pesantren merupakan salah satu penjaga ke-Indonesiaan. Sebab, di pondok pesantren, setiap santri diajar dan mengalami keberagaman.
“Jadi kalau ada yang menyebut diri pesantren, tapi dalam kenyataannya mengajarkan radikalisme dan gerakan kekerasan, maka bagi saya itu jelas bukan pesantren,”kata Lukman dalam Bincang Nasional di Surabaya, Rabu (5/11/2014) lalu.
Dalam acara Bincang Nasional bertajuk “Pemberdayaan Lembaga Pesantren dalam Rangka Peningkatan Kemandirian Ekonomi serta Mendorong Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah ini, Lukman menjelaskan hal-hal yang diajarkan di pesantren.
“Yang dikembangkan di pesantren itu inklusifisme, nasionalisme, tidak radikal. Karenanya, produknya adalah Islam yang terbuka,” ujarnya dikutip HidayatullahDepok.org dari laman The Global Journal.
Menurut Lukman, keberagaman merupakan tradisi pesantren. Sebab, di pesantren, para santri berjumpa dengan berbagai macam orang dari berbagai wilayah dan etnis.
“Keberagaman itu lumrah di pesantren. Perbedaan itu ada untuk saling lebih mengenali, bukan untuk saling bermusuhan,” kata Lukman.
Bincang Nasional ini merupakan bagian dari Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2014. Selain Lukman, diskusi yang digelar di kantor perwakilan BI Surabaya ini, menghadirkan para pembicara terkemuka seperti Gubernur Bank Indonesia Agus D W Martowardojo dan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad. (dbs/hio)