JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Dakwah di wilayah pedalaman merupakan sebuah usaha mulia yang menjembatani masyarakat dengan ajaran Islam. Namun, dakwah di area terpencil ini seringkali menghadapi berbagai tantangan, mulai dari akses yang sulit hingga minimnya sumber daya.
Di sinilah peran penting Persaudaraan Dai Indonesia (Posdai) dalam memperkuat dakwah pedalaman dan membangun negeri.
“Posdai, sebagai lembaga swadaya mandiri yang berfokus pada pengembangan dan pemberdayaan dai, memahami bahwa dakwah di pedalaman memerlukan sistem dan jaringan yang kuat,” kata Ketua Posdai Pusat, Ust. Abdul Muin, dikutip dari laman Posdai.or.id, Rabu, 18 Sya’ban 1445 (28/2/2024).
Muin menekankan bahwa keberadaan sistem yang baik akan memastikan kelancaran program dakwah.
Dia menerangkan, setidaknya ada 2 pilar utama dalam membangun sistem dakwah yang efektif yaitu simpel dan aplikatif. Menurutnya, sistem yang sederhana dan mudah dipahami akan membantu para dai di lapangan untuk menjalankan program dakwah dengan optimal.
“Di sisi lain, aspek aplikatif memastikan bahwa program dakwah dapat diterapkan secara nyata dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat,” terang Muin.
Oleh karena itu, lanjut dia, Posdai terus berupaya membangun sistem dakwah yang mumpuni, dengan fokus pada, Pertama, pengembangan platform digital yang terintegrasi untuk memudahkan koordinasi, pendataan, dan penyebaran informasi antar dai dan jaringan Posdai.
Kedua, penyusunan modul pelatihan yang komprehensif dan aplikatif untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan para dai.
Dan, Ketiga, penguatan dan memperluas jaringan relawan yang siap membantu kelancaran program dakwah di berbagai wilayah.
Manajemen Dakwah
Lebih jauh, Muin, menyebutkan, Posdai juga terus berupaya menerapkan prinsip manajemen dakwah yang efektif melalui pendekatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling).
Tidak saja para dai dan struktural, penerapan POAC ini melibatkan kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti masyarakat, pemerintah, dan lembaga terkait.
Langkah-langkah dalam penerapan POAC, jelas Muin, yaitu merumuskan visi, misi, tujuan, dan strategi dakwah yang jelas dan terukur. Lalu membangun struktur organisasi yang efektif dan mendistribusikan tugas-tugas dakwah dengan tepat.
Langkah selanjutnya adalah melaksanakan program dakwah dengan penuh dedikasi dan profesionalisme. Kemudian melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala untuk memastikan program dakwah berjalan sesuai rencana.
Penting Kolaborasi
Muin menegaskan, setiap kerja kerja besar membutuhkan kerjasama antara satu dengan yang lainnya. Demikian pula dalam menggerakkan dakwah. Karenanya, dia mengatakan, Posdai tidak dapat bekerja sendiri dalam memperkuat dakwah pedalaman.
“Kerjasama dan kolaborasi dengan berbagai pihak menjadi kunci utama dalam mencapai tujuan mulia ini,” imbuhnya.
Dalam hal ini, Muin menyebutkan, masyarakat merupakan mitra utama dalam dakwah, dengan memberikan dukungan dan partisipasi aktif dalam program-program yang dijalankan.
Selain itu yang tak kalah penting adalah bersinergi dengan pemerintah selaku instrumen penting yang akan memberikan dukungan kebijakan dan regulasi yang kondusif untuk kelancaran dakwah di wilayah pedalaman.
Sama halnya dengan pemerintah, lembaga terkait yang sejenis juga merupakan pihak yang harus selalu dirangkul dalam bekerja sama dengan lembaga dakwah, organisasi sosial, dan pihak-pihak lain yang memiliki tujuan serupa.
“Peran bersama dalam memperkuat dakwah pedalaman tidak dapat dipungkiri. Dengan sistem yang mumpuni, manajemen yang efektif, dan kerjasama yang solid, Posdai terus berkontribusi dalam membangun negeri melalui penyebaran dakwah yang mencerahkan dan memberdayakan masyarakat di wilayah terpencil,” jelas Muin.
Dia menambahkan, dakwah pedalaman bukan hanya tanggung jawab Posdai, tetapi juga tanggung jawab bersama. Olehnya, ia mengajak semua pihak terlibat bersama Posdai dalam membangun negeri dengan dakwah yang mencerahkan dan memberdayakan. (mss/pos)