AdvertisementAdvertisement

Ramadhan adalah Training Kepemimpinan

Content Partner

SUDAH sepekan kita melaksanakan ibadah wajib, yaitu shiyam Ramadhan. Banyak sekali julukan yang disematkan kepada bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah dan maghfirah ini. Hal ini, menunjukkan betapa mulia, utama dan urgensinya bulan Ramadhan ini bagi umat Islam.

Disisi lain, disamping sebuah kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa, ternyata puasa Ramadhan bukan hanya sekadar ritual keagamaan untuk menahan lapar dan haus semata, akan tetapi lebih dari itu, sebab jika ditelisik lebih jauh juga menjadi metode training kepemimpinan yang komprehensif.

Dengan demikian maka, ibadah puasa dapat menumbuhkan berbagai karakter dan kecakapan esensial dan fundamental bagi seorang pemimpin yang efektif.

Realitas ini, semakin menguatkan bahwa Ramadhan menjadi madrasah, bahkan semacam training camp massal, yang darinya semestinya melahirkan pemimpin-pemimpin umat yang bertakwa, progresif, tangguh, bermental baja, berkarakter yang kuat, visioner, professional, peka terhadap lingkungan dan seterusnya

Elaborasi Pelajaran Kepemimpinan

Sebagaimana kita mafhum, Ramadhan merupakan sebuah ibadah istimewa bagi umat Islam, yang disediakan satu bulan penuh. Sehingga jangan sampai Ramadhan kita berlalu dengan sia-sia, sebagaimana disinyalir oleh Rasulullah SAW, “Betapa banyak orang yang puasa akan tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya, kecuali lapar, dan dahaga.” (HR. An Nasa’i dan Ibnu Majjah).

Oleh karenanya, kita mesti faham syarat dan rukun dari puasa, sehingga puasa yang kita jalani menjadi puasa yang lebih produktif dan berkualitas. Sehingga selain dimensi ibadah, kita juga dapat mendapatkan keutamaan dari berbagai aspek kehidupan.

Dalam perspektif kepemimpinan misalnya, kita dapat melakukan elaborasi, untuk mendeskripsikan dan selanjunya dapat mengambil pelajaran sekaligus melaksanakan dalam praktik kehidupan dan kepemimpinan, sekala apapun yang kita emban.

Berbagai pelajaran kepemimpinan yang embedded pada puasa Ramadhan itu, setidaknya dapat diuraikan sebagai berikut :

Pertama, Pengendalian Diri dan Kedisiplinan

Dalam menjalani puasa, setidaknya dapat melatih pengendalian diri terhadap hawa nafsu, lapar, haus dan perbuatan-perbuatan yang membatalkan atau setidaknya mengurangi bahkan menghilangkan pahala puasa. Kedisiplinan dalam menjalankan puasa penting bagi pemimpin dalam mengendalikan emosi, mengambil keputusan rasional, dan menyelesaikan tugas. Misalkan seorang pemimpin harus tetap fokus dan menyelesaikan rapat penting di tengah rasa lapar dan haus. Disisi lain, pemimpin juga dituntut mampu mengendalikan emosi saat menghadapi situasi sulit dan penuh tekanan.

Kedua, Kepekaan dan Kepedulian Sosial

Salah satu pelajaran penring dari puasa adalah membantu pemimpin ikut “merasakan” kebutuhan mereka yang kurang beruntung. Pemimpin yang peka akan mengambil alih tanggung jawab dengan berusaha membantu dan meringankan beban rakyatnya. Zakat, infaq, dan sedekah di bulan Ramadhan menjadi sarana mewujudkan kepedulian sosial. Sehingga, seorang pemimpin dapat langsung turun langsung membantu masyarakat yang membutuhkan. Dan pada saat bersamaan, seorang Pemimpin semestinya akann selalu membuat kebijakan pro rakyat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Ketiga, Keteguhan dan Ketahanan Mental

Sebagaimana kita ketahui, puasa dapat melatih keteguhan dalam menghadapi godaan syahwat dan rasa lapar/haus. Keteguhan dan ketahanan mental ini penting bagi pemimpin dalam menghadapi berbagai tantangan dan rintangan. Seorang pemimpin harus tetap teguh pada pendiriannya meskipun dihadapkan dengan tekanan dan rintangan. Disisi lain, pemimpin mesti menjadi contoh ketika harus bangkit kembali setelah mengalami kegagalan.

Keempat, Fokus dan Prioritas

Salah satu pelajaran penting lainnya, puasa membantu memfokuskan diri pada hal-hal penting dan memprioritaskan tugas. Pemimpin yang fokus dan memiliki prioritas jelas akan mencapai tujuan dengan lebih efektif. Dia selalu mengikuti proses yang benar dengan sekala prioritas yang dirumuskan untuk mndapatkan hasil yang optimal. Dengan kata lain, pemimpin mesti menyelesaikan tugas penting di tengah kesibukan, tekanan dan berbagai godaan kekuasaan. Pada saat bersamaan, seorang pemimpin juga dituntut untuk membuat keputusan tepat dan prioritas jelas dalam situasi sulit.

Kelima, Kesabaran dan Ketabahan

Kata Imam Al-Ghazali, puasa setengahnya sabar, setengahnya Iman. Sehingga, puasa melatih kesabaran dalam menghadapi rasa lapar/haus, godaan dan situasi tidak terduga. Ketabahan ini penting bagi pemimpin dalam menghadapi situasi sulit dan kritis. Konsekwensinya, pemimpin mesti tetap sabar dan tabah meskipun dihadapkan dengan kritikan dan hinaan. Sehingga, seorang pemimpin dapat menyelesaikan masalah dengan tenang dan sabar.

Keenam, Kepemimpinan Diri

Salah satu hikmah puasa adalah pengendalian diri. Disinilah, maka puasa merupakan latihan kepemimpinan diri, yang dimulaidari mengendalikan hawa nafsu dan mengarahkan diri kepada hal-hal positif. Pemimpin yang mampu mengendalikan diri, dengan mudah akan dapat memimpin diri sendiri akan mampu memimpin orang lain dengan lebih baik. Dari sini, maka seorang pemimpin selayaknya menjadi contoh dan teladan bagi orang lain dan dituntut selalu menjaga integritas dan kredibilitasnya.

Ketujuh, Meningkatkan Kedekatan dengan Allah SWT

Input dari puasa adalah orang-orang beriman dan output sebagai tujuan dari puasa adalah menuju ketakwaan kepada Allah SWT. Dan selama puasa Ramadhan merupakan proses untuk meningkatkan keimanan untuk meraihketakwaan dimaksud. Sehingga pemimpin yang beriman dan bertaqwa dengan derajat/maqom yang tinggui akan selalu mengedepankan nilai-nilai kebenaran dan keadilan dalam memimpin. Implikasinya, seorang pemimpin akan selalu adil dan bijaksana dalam mengambil keputusan. Sehingga, seorang pemimpin akan meminta pertimbangan dan bermusyawarah dengan ulama dan ahli agama dalam menyelesaikan masalah keumatan. Pada saat bersamaan dia juga selalu meminta bimbingan Allah SWT, melalui serangkaian ibadah mahdhoh dan ghairu mahdhoh yang dilakoninya.

Kedelapan, Kebijaksanaan dan Keadilan

Dalam perspektif lain, puasa melatih kebijaksanaan dalam mengatur waktu dan energi, serta keadilan dalam membagi perhatian kepada berbagai aspek kehidupan. Pemimpin yang bijaksana dan adil akan mampu memimpin dengan penuh pertimbangan dan kebijaksanaan. Dia tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, juga tidak terlalu banyak pertimbangan, sehingga lambat dalam mengambil keputusan. Sikapnya mencerminkan wasathiyyah. Dengan demikian seorang pemimpin saat membuat kebijakan akan memperlakuan adil dan merata bagi semua rakyatnya. Demikian juga jika terdapat permasalahan, maka seorang pemimpin dapat menyelesaikan konflik dengan adil dan bijaksana.

Kesembilan, Semangat Kebersamaan dan Solidaritas

Aspek lain yang dapat diambil adalah, puasa Ramadhan merupakan momen untuk memperkuat kebersamaan dan solidaritas antar umat Islam. pemimpin yang mampu membangun kebersamaan dan solidaritas akan mampu menciptakan suasana kondusif dan harmonis dalam masyarakat. Kohesi dan chemistry yang demikian ini akan membawa kedamaian bagi sesama. Sehingga, selama Ramadhan, pemimpin sering mengadakan buka puasa bersama rakyatnya, dan pada saat yang sama, pemimpin juga selalu hadir membantu rakyatnya yang sedang mengalami kesulitan, tidak hanya menjelang Pemilu saja.

Kesepuluh, Meneladani Kepemimpinan Rasulullah SAW

Menjalankan puasa merupakan salah satu sunnah Rasulullah SAW. Dengan menjalankan sunnah ini, pemimpin diharapkan dapat meneladani kepemimpinan beliau yang penuh dengan kebajikan, kasih sayang, dan keadilan. Dan sebagaimana baca dalam sirah, Rasulullah adalah manusia yang paling derwaman di muka bumi, dan akan berlipat di bulan Ramadhan. Demikian juga beliau manusia yang paling kuat beribadahnya, dan selalu berlipat di bulan Ramadhan. Disisi lain beliau juga memimpin berberapa perang dan penaklukan di bulan Ramadhan. Dan banyak lagi ibrah kepemimpinan yang mesti kita ittiba’I dari Rasulullah SAW selama menjalankan Ramadhan.

Penutup

Dengan demikian maka, siapapun yang saat ini menjadi pemimpin diberbagai tingkatan dan juga ingin menjadi pemimpin besar di masa depan, mesti mengambil pelajaran penting dari puasa Ramadhan ini. Sebab, pelaksanaan puasa Ramadhan memiliki potensi yang signifikan untuk mengembangkan karakter kepemimpinan yang esensial.

Dengan mengoptimalkan nilai-nilai yang terkandung dalam puasa, individu dapat menjadi pemimpin yang lebih efektif, adil, dan inspiratif.

Sekali lagi, puasa Ramadhan bukan hanya ritual ibadah, tetapi juga sebuah pelatihan kepemimpinan yang komprehensif. Pemimpin yang mampu mengamalkan nilai-nilai yang diajarkan dalam puasa akan menjadi pemimpin yang efektif, adil, dan bijaksana. Wallahu a’lam

*) Penulis adalah Peneliti Senior Hidayatullah Institute

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Daiyah Sarjana STIS Hidayatullah Siap Bangun Generasi Cerdas untuk Indonesia Emas 2045

BALIKPAPAN (Hidayatullah.or.id) -- Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah Balikpapan menggelar acara penugasan daiyah sarjana tahun 2024 di Kampus...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img