Hidayatullah.or.id — Internet mempunyai puluhan jutaan pengguna di Indonesia yang memungkinkan distribusi konten berlangsung massif dan sistematis. Sehingga tepat jika media sosial internet digunakan sebagai media berdakwah.
Demikian kesimpulan dari acara Pelatihan Optimalisasi Media Sosial untuk Dakwah yang digelar di kantor redaksi Kelompok Media Hidayatullah (KMH), Jl Cipinang Cempedak 1/14, Polonia, Jakarta Timur, Selasa (18/11/2014) pagi-siang.
Pelatihan ini diisi oleh dua orang pembicara. Yaitu Direktur lembaga pemantau media sosial Katapedia, Deddy Rahman, dan Konsultan Optimasi Bisnis Mind Marketing Noval Y Ramsis.
Deddy Rahman dalam pemaparannya mengatakan, Twitter mempunyai kekuatan yang paling besar dibanding medsos lainnya dalam berdakwah di dunia maya.
Dia menganjurkan, agar para dai maupun ormas Islam memanfaatkan medsos ini sebagai sarana mensyiarkan dakwah mereka. Sebab di Twitter, kata dia, hal-hal yang bermanfaat akan disukai oleh para follower (pengikut akun Twitter).
“Hal yang bermanfaaat akan bertahan lama. Kalau dakwah pasti bermanfaat,” ujar Deddy yang mempresentasikan materi The Power of Twitter for Dakwah.
Ia mengungkap, pengguna Twitter di Indonesia hampir menembus angka 20 juta. Angka yang sangat banyak ini merupakan peluang besar dakwah Islam. Teknik dakwahnya dengan membuat kicauan-kicauan positif dan inspiratif, dengan membidik segmen tertentu.
“Saya berharap (ormas Islam) punya satu misi khusus, bidang apa yang mau digarap, apakah mau ngajak setiap hari baca al-Qur’an atau (berbicara) pemikiran tentang Islam. Banyak hal,” ujarnya di depan 20-an orang peserta pelatihan.
Deddy mengungkap, Twitter juga bisa dimanfaatkan untuk menjalin ukhuwah dengan sesama aktivis Islam. Ia mencontohkan, materi yang dibawakannya saat itu didapatkannya dari seorang kawan pemilik akun Twitter @Hafidz341 yang sebelumnya tidak ia kenal.
Istiqomah Berkicau
Pembicara kedua Noval Ramsis menyampaikan, diperlukan konsistensi (istiqomah) dalam berdakwah melalui Twitter dan medsos lainnya.
Selain itu, katanya, harus ada kesamaan visi dan misi para dai. “Semangatnya harus sama-sama untuk Islam,” ujarnya.
Ia mengatakan, dai-dai di medsos bisa berbagi peran dakwah. Contohnya, ada yang berbicara tentang tauhid, yang lain berbicara tentang muamalah.
Sekjen PP Hidayatullah Ir Abu A’la Abdullah yang juga peserta pelatihan itu mengatakan, pihaknya menyambut baik penyampaian kedua pembicara tersebut.
Selama ini, kata dia, umat Islam termasuk Hidayatullah belum memaksimalkan medsos sebagai sarana dakwah.
“Jika Hidayatullah tidak menggunakan media ini sebagai media dakwah, maka akan sulit dalam mendakwahkan ide-ide pembangunan peradaban Islam,” akunya.
‘Tiketnya’ Twitter
Pelatihan ini digelar atas kerjasama ormas Hidayatullah, IQRA Consulting, Katapedia, KMH, Baitul Maal Hidayatullah (BMH), dan Persaudaraan Dai Indonesia (Pos Dai).
Dihadiri oleh anggota DPD RI asal Sulawesi Selatan Ir Abdul Aziz Kahar Muzakkar, Sekjen Muslim Information Technology Association (MIFTA) Asih Subagyo, segenap jajaran PP Hidayatullah, Syabab Hidayatullah, unsur SARNAS Hidayatullah, serta puluhan dai se-Jabodetabek dan Bandung (Jawa Barat).
Asih Subagyo sebagai pembawa acara mengatakan, pelatihan ini bisa menjadi titik acuan bagi ormas Islam termasuk Hidayatullah untuk memaksimalkan dakwah via sosmed.
“Ini ibarat ujian, kita cari mana yang punya minat, yang punya keinginan,” ujarnya pria yang juga EO PT Totalindo Rekayasa Telematika ini.
Selepas pelatihan ini, dibuka kegiatan lanjutan bagi para dai untuk bersama-sama memaksimalan “Twitter for Dakwah”. Yang unik, ‘tiket’ utama mengikuti pelatihan ini setiap peserta harus punya akun Twitter. (skr/ybh)