YOGYAKARTA (Hidayatullah.or.id) – Jumat merupakan hari berbagi kebaikan untuk seluruh murid di lingkunhan Sekolah Dasar Integral Hidayatullah. Hal ini seperti dilakukan SDI Hidayatullah Yogyakarta dan SDI Hidayatullah Bulungan, Kalimantan Utara.
Pada Jumat (9/3) ini, sejak pagi, seluruh murid yang berada di lingkungan Pesantren Hidayatullah Balong, Donoharjo, Ngaglik, Sleman, DIY, tampak berkumpul di halaman sekolah. Begitupun dengan SDI Hidayatullah Bulungan dan sejumlah SDI Hidayatullah lainnya di berbagai wilayah di Indonesia.
Bersama para guru, mereka mengadakan kegiatan penggalangan dana kepedulian terhadap krisis kemanusiaan yang dialami warga Muslim Ghouta-Syria.
Kepala Sekolah SDIT Hidayatullah Yogyakarta, Subhan Birori, mengatakan pihaknya mengajak para siswa, asatidzah, dan ortu/wali murid untuk sama-sama belajar tentang kepedulian atas apa yang terjadi kepada saudara-saudara Muslim di Ghouta – Syria.
“Acara ini sudah kami infokan kepada para siswa sejak sepekan lalu, agar para siswa bisa menyisihkan uang sakunya untuk diinfakkan kepada saudara-saudaranya di Ghouta-Syria,” ujarnya, dalam siaran pers.
Diungkapkan, dari penggalangan dana ini terkumpul donasi Rp 10.373.200 dan anting emas beserta suratnya.
“Insya Allah masih akan terus bertambah, untuk dana yang sudah terkumpul, kami bekerja sama dengan Laznas Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Yogyakarta untuk penyalurannya,” jelas dia.
Sementara itu, Manajer Penghimpunan BMH Yogyakarta, M Mahfudz Alafghoni, mengucapkan terima kasih atas kepercayaan SDIT Hidayatullah atas amanah yang diberikan.
“Insya Allah akan kami teruskan kepada saudara-saudara kita di Ghouta – Syria,” katanya.
Seperti diketahui, Sejak Senin (19/2) di balik runtuhan, di balik tembok yang porak-poranda, kalut dan takut warga Ghouta Timur tak berhenti bersahutan.
48 jam terakhir, beberapa rekaman video yang diunggah sejumlah kantor berita internasional, menunjukkan ketakutan dan horor sedang benar-benar terjadi di Ghouta Timur.
Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) mengatakan, horor yang terjadi 48 jam terakhir adalah serangan terburuk dan terbesar di Ghouta Timur. Jumlah kematian dalam dua hari yang kelam di Ghouta Timur melampaui jumlah kematian pasca serangan kimia tahun 2013 lalu.
“Pesawat jet tempur Suriah tidak berhenti melintasi langit di atas Ghouta Timur. Mereka menjatuhkan rudal dari udara. Ketika serangan dari langit berhenti, mereka melanjutkan dengan menembaki kami dengan misil,” kata Shams, ibu dari dua anak di Ghouta Timur, dilansir Al-Jazeera.
Sejumlah doktor lokal di Damaskus mengatakan bahwa serangan kali ini menjadi yang paling “gila dan mematikan”.
“Kejadian ini benar-benar tidak bisa dijelaskan. Siang dan malam, rudal itu jatuh di pemukiman penduduk di Ghouta Timur. Semua dalam kekacauan. Mengingatkan kami dengan apa yang terjadi ketika warga sipil di Aleppo dibombardir beberapa tahun lalu,” ujar Khalid Abulabed, doktor lokal asal Damaskus berkata pada Al-Jazeera.
Bombardir lewat serangan udara dilakukan ke semua sudut Ghouta Timur. Menyerang warga sipil, meluluhlantakkan pemukiman juga pabrik roti, pasar, dan fasilitas lain yang menjadi tempat persediaan makanan.
Sementara itu, sampai hari ini, Ghouta Timur pun menjadi rumah bagi 400.000 populasi penduduk sipil. (sdi/hio)