AdvertisementAdvertisement

Setiap Dai Dituntut Profesional dan Proporsional

Content Partner

utsman paleseHidayatullah.or.id -– Setiap dai kapan dan di mana pun harus dapat menempatkan diri secara proporsional dan bersikap profesional.

Profesional yakni dai harus memiliki keandalan serta kepandaian khusus untuk menjalankannya karena profesi ini bersentuhan langsung dengan umat. Adapun proporsional, dai mesti bisa menempatkan diri dengan seimbang dan memiliki kecakapan sosial.

Contohnya, adakalanya seorang pendakwah menghadapi para pejabat negara. Saat begitu, dai tidak boleh sembarang bersikap, ada trik dan tips khususnya. Setidaknya, hal yang perlu dilakukannya adalah bersikap luwes tapi tegas.

Demikian intisari dari tausiyah salah seorang perintis Hidayatullah Ustadz H. Usman Palese kepada para peserta Pelatihan Kepemimpinan V Hidayatullah Training Center (HiTC) di Masjid Ummul Quraa, Cilodong, Rabu (29/10/2014) lalu.

Dalam ceramah usai shalat Shubuh itu, Ustadz Usman mencontohkan sikap luwes yang dimaksud. Misalnya, kata dia, dai tidak melulu memakai baju koko.

“Sekarang bagaimana kita kalau ke kantor-kantor pemerintah jangan pakai baju koko. Pakai baju berkerah (kemeja. Red),” ujarnya pada kesempatan yang dihadiri ratusan jamaah masjid.

Misalnya pula, kata dia, seorang dai pandai-pandai menempatkan suasana dalam pembicaraan. Ada saat serius, ada saat bercanda.

Meski luwes, menurutnya, seorang dai sepatutnya bersikap tegas, termasuk saat di rumah para pejabat.

“Jadi kita di sana siap meniru (luwes. Red), siap menahan kalau nggak perlu (akan sesuatu),” pesan anggota Majelis Pertimbangan Pusat Hidayatullah ini.

Jangan Buta Politik

Pelatihan Kepemimpinan V HiTC diikuti hampir seratus dai Hidayatullah se-Indonesia. Beliau pun berpesan agar mereka menjalankan tips dan trik tersebut. Hal itu sudah dia praktekkan jauh sebelumnya sejak era Presiden Soeharto.

“Jadi kalau kita kembali ke daerah masing-masing, siapkan tenaga-tenaga yang siap (berdakwah) ke kantor. Jangan pakai baju putih yang sudah tiga hari nggak diganti-ganti,” pesannya disambut tawa sebagian hadirin.

Pada kesempatan itu, Usman Palese memperlihatkan kepada jamaah sebuah buku berjudul Surat-surat Rasul ﷺ Kepada Para Raja & Panglima Perang yang dibawanya.

Buku karangan Syaikh Uhaimid Muhammad Al-Uqaili ini, menurut Usman Palese, berisi tentang surat-surat politik Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

“Jadi dai jangan buta politik,” pesannya kemudian.

Usman Palese juga berpesan agar para dai tidak lepas dari wirid. “Wirid itu andalan, warisan dari nabi-nabi,” ujarnya.

Pelatihan tersebut berlangsung di Pesantren Hidayatullah Depok sejak Senin (27/10/2014) dan diagendakan berakhir pada Kamis (30/10/2014). (Skr aljihad)

- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Daiyah Sarjana STIS Hidayatullah Siap Bangun Generasi Cerdas untuk Indonesia Emas 2045

BALIKPAPAN (Hidayatullah.or.id) -- Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah Balikpapan menggelar acara penugasan daiyah sarjana tahun 2024 di Kampus...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img