Oleh : Ustadz Abdurrahman Muhammad
“Dan sungguh telah Kami tulis dalam Zabur setelah (tertulis) di dalam Ad-Zikr (Lauh Mahfuz). Bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh.” (A1-Anbiyaa [21]: 105)
Sebagai aktivis dakwah yang berjiwa besar, sejak awal telah menyadari, dan meyakini bahwa kepemimpinan dunia ini diperuntukkan bagi hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT) yang beriman dan beramal saleh. Ayat di atas mempertegas keyakinan tersebut, sehingga setiap aktivis dakwah tidak boleh ragu sedikit pun bahwa kepemimpinan dunia di masa depan adalah orang-orang yang beriman dan beramal saleh.
Keyakinan tentang kepemimpinan dunia oleh Islam itu bertambah kuat ketika kita membaca Hadits-hadits Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam (SAW) yang berkenaan dengan hal tersebut. Salah satu di antaranya sabda beliau ketika kaum Muslimin masih dalam keadaan minoritas.
“Ya Rasulullah, tidakkah engkau berkenan memohon kepada Allah kiranya kita dimenangkan atas kaum kafir?” keluh Khabbab bin Al-Arts RA ketika tak kuat lagi menghadapi siksaan kaum Quraisy. “Wahai Khabbab,” kata Rasulullah, “dahulu orang-orang sebelum kalian ada yang tubuhnya dikubur kecuali kepalanya, lalu diambilkan gergaji urituk menggergaji kepalanya, tetapj itu tidak sedildt pun memalingkan dari agama Allah. Ada yang disiksa antara daging dan tulang-tulangnya. Itu pun tidak menggoyahkan keimanannya. Demi Allah, wahai Khabbab, Dia (Allah) akan menyempurnakan urusan (kemenangan agama ini), sehingga orang yang dari Shan’a (Yaman Utara) ke Hadramaut (Yaman Selatan) tidak akan merasa takut lagi kecuali kepada Allah, walau srigala ada di antara hewan-hewan gembalaannya. Tapi nampaknya kalian’tergesa-gesa.”
Tidak hanya sekali itu saja beliau menempa mental pemenang kepada para sahabat. Justru pada saat kritis beliau lakukan hal tersebut. Ketika itu, beliau diminta oleh para sahabat untuk memecahkan batu yang sangat keras, yang tidak mampu mereka pecahkan. Saat menghantam martil pertama kali, batu itu memercikkan kilatan api, beliau bersabda; “Allahu Akbar, aku diberi kunci-kunci negeri Syan Demi Allah, aku melihat istana-istananya yang berwarna merah di sana.”
Ketika menghantamkan martil kedua kalinya batu itu pun memercikkan kilatan api, beliau bersabda, “Allahu Akbar, aku diberi kunci-kunci negeri Persia. Demi Allah, aku melihat istana Madai yang berwarna putih.”
Waktu menghantamkan martil ketiga kalinya batu itu pun memercikkan kilatan api sebelum hancur berkeping-keping. Beliau bersabda, “Allahu Akbar aku diberi kunci-kunci negeri Yaman. Demi Allah, ak u bisa melihat pintu-pintu gerbang istana Shan’a.”
Ayat dan dua Hadits di atas, serta realitas politik global saat ini semakin memperkuat keyakinan kita bahwa kepemimpinan dunia di masa depan tak akan bertahan di Barat dan tak akan beralih ke Timur melainkan kepada dunia Islam. Keyakinan itu sesuai dengan sunnatullah.
“…dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membeda kan orang-orang yang beriman (dengan orang-or ang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’ dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (Al Imran [3]:140)
Keyakinan itu tak sekadar berhenti menjadi keya kinan pasif, yang tidak melahirkan idealisme, semangat dan motivasi. Keyakinan pasif hanya melahirkan orang-orang yang diam dan menunggu.
Keyakinan ini diharapkan mampu melahirkan dorongan, ghirrah, dan motivasi yang tinggi. Dari sinilah diharapkan lahirnya rencana dan aksi nyata Dengan demikian, mimpi tentang kepemimpinan Islam pelan-pelan mewujud menjadi sebuah realita. Disini kita mulai diuji kesabaran, keteguhan, keikhlasan, dan keistiqamahan.
*Sahid edisi Februari 2010