JAKARTA (Hidayatullah.or.id) – Ketua Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak, Ust. H. Hamzah Akbar menyampaikan urgensi gelaran forum perkumpulan sebagai media penguatan dan pencerahan bagi kader dan warga Hidayatullah.
Menurut Hamzah, muatan tersebut pula yang terkandung dalam spirit Silaturrahim Nasional (Silatnas) Hidayatullah yang akan digelar November mendatang.
Lebih jauh diuraikan Hamzah, Hidayatullah sejak awal perlangkahannya telah memiliki tradisi pertemuan dalam rangka mengisi ulang (re-charge) semangat para kader yang bertugas di berbagai daerah.
Dulu, pertemuan biasanya dibagi dalam bentuk Koordinasi Wilayah (Korwil) seperti Korwil Jawa, Korwil Sumatera, Korwil Sulawesi Papua, dan Kalimantan.
“Dulu ada 1 Muharram, ini setiap tahun digelar, untuk Ustadz Abdullah Said menyampaikan pikiran besar dan menggambarkan keadaan futuristik,” kata Hamzah.
Hal itu disampaikan Hamzah Akbar di Balikpapan saat menjadi narasumber pada acara Diskusi Daring Kamisan DPW Hidayatullah DKI Jakarta edisi ke-39 bertajuk “Silatnas, Apa Keuntungan Bagi Progresivitas Kader Kedepan” dalam rangka menyambut Silatnas Hidayatullah (Silatnas) 2023, Kamis, 26 Rabi’ul Awal 1445 (12/10/2023).
Jebolan Kuliah Muballigh Muballighat (KMM) di awal aktifitas Hidayatullah di Balikpapan ini mengaku bersyukur sebab Hidayatullah pada 50 tahun pertama berhasil menguatkan falsafah gerakannya yang hari ini disebut Jatidiri Hidayatullah.
Lantas, terang dia berpendapat, pada momentum Silatnas nanti posisi strategisnya ada pada proses memberi pencerahan yang membuka jalan pikiran.
Ditengah masih banyaknya kekurangan dan keterbatasan yang ada, Hamzah merasa bersyukur sebab produksi kader terus bergeliat yang secara kuantitas menurutnya sebenarnya cukup tinggi. Walaupun pencapapain itu dianggap masih belum memadai karena sepenarian dengan tingginya permintaan.
Berikutnya, Hamzah menilai salah satu tantangan kedepan adalah soliditas. Selain soliditas antar sesama elemen umat, Hamzah memandang soliditas jamaah ini yang menjadi sangat penting.
“Institusi harus memandu dan mendistribusikan kepemimpinan yang kuat. Ruh ini yang ingin kita kuatkan. Sistem kepemimpinan dan jamaah yang solid akan mengantar semua elemen organisasi menjadi penguat dalam berbagai agenda kita,” katanya.
Menurut dia, sepanjang warga dan kader memahami serta menginternalisasi jatidiri, maka perlangkahan ini semakin indah dan menarik.
“Kita harus membangun perspektif positif dalam proses membangun kekuatan jamaah,” imbuhnya.
Ditegaskan Hamzah, selama masih ada media sebagai kultur esensial untuk menguatkan seperti Silatnas, maka apapun yang berkembang secara modern baik itu politik, ekonomi, budaya, dan lain sebagainya, kita akan tetap pada jaminan kader dan fokus gerakan.
“Demikian pula gerakan yang bersifat relasional, ini sangat strategis. Semua harus menjadi penguat pada sistem kita,” tandas Hamzah.
Seraya itu ia menekankan bahwa Silatnas juga diharapkan menjadi medium untuk memuluskan proses transisi dialektika gerakan dan pikiran pikiran Hidayatullah pada generasi berikutnya. (ybh/hidayatullah.or.id)