JAKARTA (Hidayatullah.or.id) – Tabligh Akbar bertajuk “Merajut Ukhuwah untuk Indonesia” yang diselenggarakan DPD Hidayatullah Jakarta Selatan bersama Lazis PLN, Kafilah Consulting, Laznas BMH, Laznas BSM, dan DKM Masjid Nurul Amal di Masjid Nurul Amal, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (11/11/2017).
Acara ini juga menghadirkan Ketua Korps Muballigh Hidayatullah Zainuddin Musaddad.
Dalam paparannya tentang silaturahim, ayah dari enam anak yang kesemuanya hafal al-Qur’an itu menegaskan, negeri ini akan terjaga keutuhannya jika umat Islam menjaga tali silaturahim.
“Negeri ini rasanya seakan-akan sebentar lagi rusak parah, indikasinya jelas, banyak orang pintar tapi jauh dari sujud, pemimpin hebat tangguh hadir ke permukaan, tapi licik kepada rakyatnya, dan membiarkan kerusakan agama merajalela,” ucapnya yang langsung membuat suasana Masjid Nurul Amal hening.
“Allah masih jaga negeri ini, karena masih ada orang yang mau silaturahim, hadir di majelis ilmu, tidak menarik mungkin materi dan penyampaiannya, tapi masih ada yang setia duduk menyimak untuk saling bertemu, bertegur sapa, dan bersalaman di majelis-majelis yang para malaikat menaungi kita,” urainya pada acara di Kompleks Bank Indonesia, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (11/11/2017) itu.
Pria kelahiran Tasikmalaya itu pun menegaskan bahwa silaturahim adalah obat penting bagi hati dan kehidupan setiap insan beriman.
“Silaturahim adalah salah satu obat atas penyakit-penyakit hati. Stress, frustasi, galau atau apapun yang mengganjal dalam hidup ini, bisa habis insya Allah, karena silaturahim. Jadi, silaturahim, silaturahim,” tegas instruktur parenting Qur’ani ini.
“Dalam dalam silaturahim ada berkah, bukan semata teori komunikasi, mendekati orang, tapi ini adalah sunnah Rasul,” imbuhnya.
Ustadz yang biasa disapa Abah Zain, ini menegaskan, silaturahim tidak saja dalam konteks hubungan dengan tetangga atau orang di luar rumah, tetapi juga di dalam rumah.
“Kalau makan bersama (di dalam rumah) sudah langka, maka kian jauh silaturahim di dalam rumah tangga, dan itu berbahaya. Karena sakinah tidak mungkin ada di dalam rumah yang sudah langka saling sapa, langka saling senyum, langka saling bejabat tangan, dan tentu saja langka peluk cium di antara istri dan anak-anak,” jelasnya.
Ia pun memberikan contoh perihal Sayyidina Umar bin Khaththab.
“Umar bin Khaththab itu kurang apa, pemimpin tangguh, pemimpin hebat, tetapi kalau sudah masuk ke dalam rumah, sejajar ia dengan anak-anaknya, sejajar ia dengan istrinya. Tidak ada pantangan bagi Umar untuk menjulurkan tangan mengajak salaman kepada anak-anak, juga tidak pernah telunjuknya menuding hidung sang istri sembari marah-marah. Umar di dalam rumah adalah sosok pemimpin keluarga yang benar-benar bersilaturahim, berkasih sayang,” pungkasnya. (Abu Ilmia)