Hidayatullah.or.id — Kader Hidayatullah harus menginternalisasi konsep pengkaderan Nabi (manhaj nubuwwah) yang kini direpresentasi gerakan Hidayatullah yang juga terangkum dalam perikehidupan Rasulullah Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wassallam melalui Sistematika Nuzulnya Wahyu (SNW).
Hal itu ditegaskan beliau seperti dimuat di Buletin Hidayatullah Edisi Maret 2015 lalu. [download buletin selengkapnya, klik di sini]
“Internalisasi manhaj ini harus ditegakkan untuk menjadi kesatuan ideologi kemudian menjadi kesatuan gerak,” imbuhnya.
Umat juga mestinya juga dicerahkan tentang perjalanan kaderisasi Muhammad Rasululullah dalam mengemban amanah dakwah. Sosok Nabi Muhammad sarat dengan lakon kepahlawanan, kerja keras, kedalaman spiritual, serta dedikasi dan loyalitas terhadap gerakan pencerahan umat.
“Makanya ada kampus dakwah Hidayatullah untuk memfasilitasi gerakan dakwah pencerahan ini. Sebab itu, PD harus membuat kantor pusat dakwah atau dakwah center,” harapnya.
Dengan adanya markas atau dakwah center, maka PD dapat menggerakkan dakwah. Dakwah center ini menurut beliau sangat penting karena dakwah itu adalah interaksi yang menopang pendidikan formal sebagai proses mencetak kader untuk kemudian kelak akan mengambil peran dakwah.
Mengutip firman Allah Ta’ala yang sangat populer, “kuntum khairan ummah”, beliau mendorong agar setiap kader dan kampus-kampus Hidayatullah harus mampu melakukan kerja-kerja dakwah dengan selalu mengedepankan pola pendekatan inklusif sebagaimana dititahkan oleh Tuhan untuk mengajak manusia kepada kebenaran Islam dengan cara yang simpatik, hikmah, dan kebijaksanaan.
Lebih jauh beliau berpesan, dalam Islam yang paling mahal adalah menjaga kebersamaan dan ukhuwah. Sebab itu, terangnya, kita hanya berharap kepada Allah Ta’ala menjaga kekayaan tersebut. Dengan semangat pengharapan iyaa kana’ budu wa iyaaka nasta’in, beliau mengistilahkan kita “memaksa” Allah untuk urusan ini karena yang penting kita mendekat pada-Nya, maka semua akan mencapai prestasi yang sama dalam bertauhid kepada-Nya.
“Orang yang benar Tauhidnya harus mampu mentransformasikan Tauhid itu kepada orang lain. Ideologi Tauhid itu harus ditransformasikan dalam kehidupan bahkan dalam kehidupan kita ini sudah menjadi manhaj,” ungkapnya.
Namun beliau mengingatkan pekerjaan dakwah Tauhid tersebut memang tidak mudah. Bahkan untuk menyatukan persepsi pun membutuhkan waktu. Termasuk menyatukan bagaimana kader yang manhaji dan profesional yang terlibat di dalam pekerjaan formal dan non formal.
“Kita harus lebur dalam perjuangan sehinggaada progress dalam bekerja serta mengiring semangat kehidupan berkampus. Berdakwah itu lebih mudah dibandingkan membuat sitem kehidupan terlebih lagi membangun miniatur peradaban Islam,” pungkasnya. (asm/hio)