AdvertisementAdvertisement

Spirit Takbiratul Ihram

Content Partner

DI DALAM diri manusia ada potensi untuk menjadi Fir’aun, tetapi ada juga potensi menjadi Musa. Itulah mungkin salah satu hikmah, mengapa dalam setiap shalat dimulai dengan takbiratul ihram. Sebelum bertakbir, hati, jiwa dan pikiran benar-benar dikondisikan berada pada zona zero.

Bahwa diri ini adalah seorang hamba yang lemah dan hina yang ingin menghadap-Mu, memohon pertolongan agar tetap menjadi Musa yang selalu tunduk pada ketetapan-Mu, selalu berada di jalan yang lurus. Dengan sikap ini, maka shalat akan lebih bertenaga.

Filosofi takbir itulah yang kemudian mewarnai seluruh gerak ibadah dan muamalah. Setiap memulai suatu pekerjaan, hendaknya melakukan ‘takbiratul ihram’. Ketika akan mengajar, seorang guru melangkah ke dalam kelas dengan sikap zero atau minus dan hanya berharap pertolongan Allah agar dimudahkan dalam mengajar.

Demikian juga aktivitas lain termasuk misalnya ketika memancing, saat melempar kail didahului dengan ‘takbiratul ihram’. Sebab, Allah yang bisa menggerakkan ikan-ikan di lautan untuk bisa melahap umpan, bukan faktor alat pancing yang mahal atau spot yang bagus, itu hanyalah bentuk ikhtiar, yang menentukan berapa banyak ikan yang didapat adalah Allah Ta’ala.

Manusia kerap kali terkecoh oleh perasaan bahwa ia memiliki kemampuan dan keahlian sehingga itu yang mendominasi pikiran dan sikapnya. Dan ternyata seorang yang paling ahli pun sering gagal dalam sebuah proyek yang dikerjakannya. Ada demikian banyak bentuk kesombongan yang berakhir dengan kehinaan.

Untuk menumbuhkan sikap ‘takbiratul ihram’ perlu riyadah atau latihan yang istimrar (berkelanjutan) sampai ia menjadi sikap mental. Saat masih nyantri, penulis punya pengalaman bagaimana riyadah itu dilakukan, saat masih aktif bermain bola dan mengikuti kompetisi, setiap kali usai mencetak gol segera mengucapkan hamdalah lalu beristighfar, memohon ampun atas kebanggaan yang berpotensi menjadi kesombongan di dalam hati.

Inilah yang dikatakan oleh seorang ulama bahwa semakin besar Sang Khalik dirasakan maka semakin kecil selain-Nya di dalam diri (A’dham al-Khaliq fi anfusihim fa shagara ma dunahu fi a’yunihim). Spirit takbiratul ihram penting untuk dialirkan dalam setiap denyut aktivitas ibadah dan muamalah.

Tujuannya untuk membatalkan atau mengharamkan segala potensi yang dapat menciderai tauhid atau pengakuan atas kebesaran Allah Ta’ala. Setiap menjalani aktivitas, ia khusyuk menjadikan Allah Ta’ala sebagai kiblat hati dan pikirannya. Dengan demikian ia tetap melangkah di muka bumi sebagai ‘musa’ bukan sebagai ‘fir’aun’ dengan segala kesombongannya. Wallahu a’lam bisshawab.

Mujahid M. Salbu
Tanjung Pinang, 15 Rabiul Awal 1443 H

- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Momentum Rabiul Awwal Halaqah Kubro DKJ Jabar Banten Gaungkan Spirit Shalawat Nabi

BOGOR (Hidayatullah.or.id) -- Halaqah Kubra menjadi ajang silaturrahim akbar bagi kader, dai, anggota, dan masyarakat dari tiga wilayah: Daerah...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img