TERITIP (Hidayatullah.or.id) — Menyambut bulan Ramadhan, perguruan tinggi Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah menggelar Wisuda Penghafal al-Qur’an yang dirangkai dengan penutupan Daurah Hafalan al-Qur’an 40 hari, Ahad, 29 Syakban 1440.
Wisuda berlangsung di pelataran Gedung “Hasanah Lukman” Asrama STIS Putri, Balikpapan, Kalimantan Timur. Dihadiri oleh Pimpinan Umum Hidayatullah KH. Abdurrahman Muhammad, Pendiri Hidayatullah KH. Hasyim HS, Ketua Yayasan Pondok Pesantren (YPP) Hidayatullah Balikpapan Hamzah Akbar, dan sejumlah tamu undangan lainnya.
Dalam pidato sambutan, Ketua STIS, Masykur Suyuti memberi apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh peserta wisuda. “STIS bukan lembaga khusus penghafal al-Qur’an. Tapi hari ini STIS buktikan bahwa dengan kesungguhan, mahasiswa tetap bisa jadi penghafal al-Qur’an,” ucapnya.
Menurut Masykur, kunci kebehasilan ini terletak pada program halaqah al-Qur’an yang berjalan di masjid. Setidaknya tiga kali dalam sehari mahasiswa berhalaqah (kelompok kecil melingkar) untuk mengulang dan memperlancar hafalan al-Qur’an mereka. “Setiap halaqah biasanya dipandu oleh satu orang musyrif,” jelasnya.
Diketahui, acara wisuda ini meluluskan 28 mahasiswi dengan tiga kategori, hafalan 15 juz, hafalan 20 juz, dan 30 juz al-Qur’an. Untuk kategori terakhir, sebanyak 14 orang berhasil menyelesaikan hafalan mereka secara sempurna hingga 30 juz.
Ke depan STIS berharap, para lulusannya semakin banyak yang bisa menghafal al-Qur’an. Hal itu dikarenakan al-Qur’an sebagai sumber ilmu yang paling pokok bagi lulusan Sarjana Syariah.
“Syarat utama mendalami agama tentu melalui al-Qur’an. Sebagaimana pemahamanlurus tentang agama bisa dilihat dari interaksinya dengan al-Qur’an,” imbuh Masykur kembali.
Dalam kesempatan sama, Tokoh Muda Kalimantan Timur Naspi Arsyad mengingatkan tanggung jawab dan peran nyata para penghafal al-Qur’an di tengah masyarakat.
“Ingat, kita syukuri tapi jangan berpuas diri apalagi sampai bangga diri begitu saja,” ungkap lulusan Universitas Islam Madinah itu. Menurutnya, al-Qur’an itu punya visi besar dan senantiasa mendorong untuk bergerak dalam kebaikan di masyarakat. “Jadi keliru kalau ada penghafal al-Qur’an tapi tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya,” pungkasnya.