Hidayatullah.or.id — Semua orang di dunia wajib didakwahi. Dakwah Hidayatulkah sendiri itu dilakukan secara bertahap. Dakwah Hidayatullah saat ini baru dominan ke internal. Internal itu, jika mengacu pada manhaj SNW, orang Hidayatullah harus memperbaiki ilmunya dulu, memperbaiki kafaah, dan prosesnya panjang.
“Dakwah baru dominan ke internal, dan Hidayatullah sekarang ini sebenarnya baru masuk tahapan Quranisasi. Jadi, kultur Hidayatullah baru Quranisasi,” kata Ketua Pimpinan Pusat Hidayatullah, Ir Ahkam Sumadiana, di sela-sela acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) 2014 dan Leadership Training Hidayatullah di Kota Depok, Jawa Barat, ditulis Rabu (22/01/2014).
Dan itu pun secara fakta, istilahnya kalau orang Hidayatullah ditahsin qiroaah Qur’an itu masih banyak yang masalah.
“Artinya apa, kita tidak mencari cari musuh. Kita tidak cari cari masalah. Tapi kita ini selalu mengeliminir masalah,” kata Ahkam.
Ia menjelaskan, apabila anggota Hidayatullah telah masuk dalam tahapan Al Muzammil, itu berarti sudah tahapan internalisasi ibadah. Ilmunya kuat, berqur’annya kuat, dan ibadahnya kuat juga.
“Baru setelah itu kita mengajak. Nanti mengajak ini ada risikonya,” ungkapnya.
Sejujurnya memang, kata Ahkam, Hidayatullah belum sampai pada tingkatan bagaimana negara ini menerapkan pola-pola kehidupan Islami. Kalau Hidayatullah sudah terkulturisasi dengan nilai-nilai Islami tersebut, barulah kita tawarkan ke siapa saja; mana lebih baik kulturnya masyarakat dengan kulturnya Hidayatullah.
“Jika kampus Hidayatullah seperti Depok ini sudah kelihatan warna Islaminya, dan ini ada di setiap kecamatan, kita sudah bisa mudah merubah pola pikir orang, mudah mengubah perilaku orang. Diajak atau tidak diajak itu secara tidak langsung mereka akan tertarik. Sehingga stigma buruk itu akan hilang dengan sendirinya,” jelas Ahkam ditemui media ini di komplek Kampus Terpadu Hidayatullah Depok.
“Yang menuding Hidayatullah negatif maklumi saja, karena mereka tidak tahu Hidayatullah. Kelak mereka akan tahu sendiri apa Hidayatullah dengan kiprah-kiprahnya. Jadi tidak perlu kita tanggapi dengan emosional,” tambahnya.
Hidayatullah punya standar manhaj. Hidayatullah, jelas Ahkam, hadir tengah masyarakat karena adanya manhaj. Artinya, kalau bukan karena manhaj, dibubarkan saja Hidayatullah ini karena hanya menambah jumlah kelompok kelompok saja.
“Manhaj Hidayatullah itu washatiyah (di tengah-tengah). Hidayatullah tidak ekstrim kanan, tidak juga ekstrim kiri,” imbuh beliau. (ybh/hio)