JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Pemuda Hidayatullah mengadakan Majelis Online bersama Ustad Asih Subgyao selaku Ketua Bidang Perekonomian Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah pada Sabtu (6/6/2020). Pada majelis online tersebut membahas bagaimana tantangan pemuda pada masa new normal yang akan segera dihapi.
Asih menjelaskan bahwa sementara ini new normal di masa pandemi Covid-19 dipahami sebagai adaptasi dalam beraktivitas, bekerja, dan bersosialisasi dengan mengurangi kontak (phisical distancing dan mengatur jarak (social distancing). Asih yang juga selaku Sekjen Muslim Information Technology Association (MIFTA) lebih jauh mengemukakan bahwasanya new normal adalah “berhijrah” untuk menjalankan gaya hidup Islami.
“Dalam konteks Islam, menurut saya lebih tepat istilah new normal adalah hijrah. Dalam arti meninggalkan cara hidup yang tidak Islami, menuju kehidupan yang lebih Islami,” kata Asih, Sabtu (6/6).
Sehingga, lanjut Asih, new normal merupakan penerapan dan penguatan kembali menuju gaya hidup muslim (islamic life style) dari berbagai aspeknya meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial (pendidikan), budaya, muamalah dan lain sebagainya.
Asih menjabarkan rentetan perubahan era mulai dari old normal, new normal (hijrah), next normal (islamic lifestyle) dan true normal dengan terejawantahkannya nilai-nilai keteraturan sebagaimana tuntunan Islam (Islamic civilization). Menurutnya tahapan kehidupan Rasulullah bisa menjadi contoh untuk para pemuda melakukan entrepreneurship.
” Tahapan Pra-Wahyu, seharusnya mengantarkan Kita sebagai entrepreneur, Selama hidupnya usia terlama Rasulullah adalah menjadi entrepreneur (25 tahun), dibanding menjadi nabi/rasul (23 tahun), anak/remaja (12) tahun dan bertahanuts (3 tahun)” jelas Asih.
Sementara itu, Ketua Umum PP Pemuda Hidayatullah, Imam Nawawi yang juga turut didapuk memberikan catatan membaca realita yang ada saat ini, mengatakan pemuda harus siap beradaptasi secara progresif beradab.
“Kembali pada nilai manhaj nubuwwah (manhaj kenabian), ada yang terlompat (fase berdagang) di masa hidup Nabi Muhammad pada usia remaja hingga dewasa yang sekarang harus diisi, tapi tetap terkoordinir dan sistematis. Contohnya, Abdurrahman bin Auf yang menguasai betul bagaimana mandiri dengan dagang. Sehingga, umat Islam tidak pernah kekurangan dana,” imbuhnya.
“Jadilah pembaca ulung, karena orang bisa kaya, survive bahkan memengaruhi dunia karena kuatnya bacaan. Tapi jangan berhenti membaca. Harus action, inilah makna dan kandungan dari Surah Al-Mudatstsir,” lanjutnya.
Dia mengatakan, saat ini Pemuda Hidayatullah telah membuat crowdfunding Pemuda.org dan mengajak segenap anak anak muda untuk bersama-sama mendukungnya secara berjamaah.
“Mari kembangkan program, aplikasi, hingga sistem yang menjadikan kita survive dan berpengaruh secara kelembagaan,” tukasnya.
Dia menambahkan, demografi lembaga atau gerakan kepemudaan ke depan harus berkembang dari guru dan dai, bertambah menjadi pengusaha, ahli, profesional, dan tentu saja ulama dan teknokrat. “Karena mandiri bukan semata ekonomi, tetapi juga teknologi dan energi,” pungkasnya.
Majelis Online Pemuda (MOP) Pemuda Hidayatullah merupakan kegiatan seminar online (webinar) dan talk show virtual yang diselenggarakan dengan menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang.
MOP dimaksudkan sebagai wadah brainstorming dan penguatan diri generasi muda untuk dapat berkiprah lebih luas.*Amanjikefron