AdvertisementAdvertisement

Totalitas Dorong Produktif Melakukan Amal Terbaik

Content Partner

BALIKPAPAN (Hidayatullah.or.id) — Dengan menjadi pribadi muslim yang totalitas sejatinya akan mendorongnya menjadi insan yang produktif dengan melakukan amal terbaik. Demikian disampaikan anggota Dewan Pertimbangan Hidayatullah Ust Drs Abdul Rahman.

“Jika rasa itu telah hadir, dijamin hidup seorang muslim penuh vitalitas, dinamis, dan merasa bahagia selalu. Hal ini akan mendorong manusia untuk bekerja secara produktif dan melakukan amal terbaik,” katanya.

Hal tersebut diungkap Ust Abdul Rahman di hadapan ratusan santri Sekolah Menengah Hidayatullah (SMH) dan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah, beberapa waktu lalu, Selasa (02/08/2022).

Ia lantas menegaskan seraya bertanya bagaimana seorang santri bisa berprestasi meraih juara? Mengapa ada orang yang penuh vitalitas dan mampu energik setiap waktu?

Menurutnya, kebanyakan manusia menginginkan hal tersebut, tapi tidak semua tahu rahasia di balik itu. Menurut dai senior asal Gresik, Jawa Timur tersebut, rahasianya adalah bagaimana ia merasakan cinta dan tunduk kepada Allah.

“Itulah puncak ketaatan manusia, ghayatul dzul wal hubb, adanya ketundukan dan kecintaan,” ucap Ketua Umum DPP Hidayatullah periode I (2000-2005) tersebut.

Demikian iman itu bekerja, lanjutnya. Kalau menjadi santri, jadi terbaik di dunia, yang mengelola kampus, jadi pengelola pesantren terbaik di dunia. Sebab, terangnya, ibadah itu hanya diterima jika murni semata-mata karena Allah.

“Kalau santri menghafal al-Qur’an, misalnya, maka jadi penghafal terbaik nomor satu, karena dia menghafal untuk Allah,” terangnya dengan suara tinggi, penuh semangat.

Santri atau mahasiswa, lanjutnya, tidak boleh main-main atau bersantai-santai dalam menuntut ilmu. Justru, setiap ada arahan atau komando, mereka harus gesit dan bergegas menyambut seruan itu.

“Jadi semua harus totalitas, jangan beri yang sisa-sisa saja. Jangan mau berjuang dan berkorban kalau nanti ada sisa waktu, sisa duit, sisa pikiran,” ujarnya sambil mengutip kisah salah seorang anak Nabi Adam yang pengorbanannya tidak diterima oleh Allah.

“Mental santri itu militan, bergerak maju, bukan meletan atau klemar-klemer (bahasa Jawa),” ucapnya terus membakar semangat.

Bertempat di lantai utama Masjid ar-Riyadh, Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan, ia juga menceritakan kisah para santri dahulu yang digembleng langsung oleh KH. Abdullah Said, Pendiri Hidayatullah, puluhan tahun silam.

Menurutnya, saat itu para santri punya spirit yang luar biasa. Mereka bisa dikata siap menerima komando dan tugas dakwah apa saja.

“Selain jiwa militan, santri juga harus memiliki sikap istijabah fauriyah atau responsibilitas yang sangat tinggi. Pokoknya siap apa saja dan kapan saja. Jadi jangan santai apalagi malas-malasan, bisa ketinggalan zaman nanti,” sambung dia yang pernah berburu ilmu hingga ke Kota Makkah al-Mukarramah itu.

Sikap demikian, nasihatnya, hanya bisa didapat jika penuntut ilmu memiliki kesungguhan (jiddiyah), qawiyyul azm (tekad yang kuat), serta kesabaran dan keuletan (mushabarah).

“Santri itu harus serius, disiplin tinggi, kerja keras, cerdas, tahan banting, dan tidak mudah mengeluh,” tutupnya, masih dengan getar semangat yang sama.*/Abu Jaulah/MCU)

- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Harga Mati Rejuvenasi

SAAT ini, organisasi Islam dihadapkan pada tantangan besar untuk terus berkembang dan beradaptasi dengan dunia yang semakin berubah. Di...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img