Hidayatullah.or.id — Ketua Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Kota Depok, Jawa Barat, KH. Wahyu Rahman, menegaskan bahwa peraturan yang dibuat harus benar-benar ditegakkan dengan penuh kesungguhan dan komitmen yang tinggi.
Dalam hal ini beliau menekankan anjuran berpakaian putih bagi warga dan santri di lingkungan Pesantren Hidayatullah setiap waktu shalat berjamaah di masjid. Santri dan warga diwajibkan mengenakan pakaian putih saat beribadah ke masjid.
Usadz Wahyu menegaskan, anjuran tersebut adalah peraturan yang harus ditaati dan yang orang pertama yang yang menjalankan adalah penurus inti yayasan, pengasuh, dan level selanjutnya yang ada di bawahnya.
“Saya sendiri, Alhamdulillah, selama 3 tahun lebih di sini (Hidayatullah Depok), tidak pernah sekalipun tidak pakai baju putih saat ke masjid. Kalau ada acara, saya selalu pulang dulu ganti pakai baju putih,” tegas beliau di hadapan pengurus dan warga Pesantren Hidayatullah Depok, Ahad ba’da subuh lalu.
Beliau menegaskan, setiap pengurus adalah penegak peraturan dan harus menjadi teladan yang baik untuk santri termasuk dalam menegakkan tradisi pakaian putih ke masjid setiap waktu shalat 5 waktu.
“Ini kultur yang mau kita bangun. Ini tidak sederhana,” imbuhnya.
Pakaian putih memang disunnahkan digunakan setiap kali menhadap Allah Ta’ala dalam ibadah shalat 5 waktu kita. Imam Nawawi rahimahullah dalam Riyadhus Sholihin berkata, “Disunnahkan memakai pakaian berwarna putih.”
Pakaian warna putih itu lebih bersih dan lebih bercahaya. Itulah sebabnya Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan memakai pakaian warna putih dibanding warna lainnya.
Di antara hadits yang Imam Nawawi maksudkan adalah, hadits dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda diriwayatkan oleh Abu Daud no. 4061, Tirmidzi no. 994 dan Ibnu Majah no. 3566, bahwa:
“Pakailah oleh kalian pakaian yang putih karena itu termasuk pakaian yang paling baik. Dan berilah kafan pada orang mati di antara kalian dengan kain warna putih.” (Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan).
“Kenakanlah pakaian warna putih karena pakaian tersebut lebih bersih dan paling baik. Kafanilah pula orang yang mati di antara kalian dengan kain putih.” (HR. Tirmidzi no. 2810 dan Ibnu Majah no. 3567. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin, mengatakam, benarlah apa yang dikatakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, pakaian warna putih adalah pakaian yang lebih baik dari yang lain. Pakaian putih lebih bercahaya. Kalau pakaian tersebut terkena kotoran, maka begitu nampak, sehingga segera pakaian tersebut dicuci.
Adapun pakaian warna lain, kotoran pada permukaannya tidak begitu nampak. Seseorang tidak tahu kalau pakaian tersebut kotor. Jika dicuci pun tidak nampak bersihnya.
Makanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya pakaian warna putih adalah pakaian yang terbaik, dan kafanilah pula salah seorang mayit di antara kalian dengan kain warna putih.”
Syaikh Al ‘Utsaimin rahimahullah menerangkan bahwa yang dimaksud pakaian putih adalah pakaian atas dan bawah (kemeja maupun celana atau sarung). Yang terbaik adalah warna putih. Warna tersebut lebih baik.
Pada kesempatan tersebut, Ustadz Wahyu Rahman juga mendorong jajaran kepengasuhan santri bekerjasama dengan bidang pendidikan untuk mengintensifkan pembacaan wirid pagi, sore, dan malam, bagi seluruh santri. Beliau berpesan agar jangan sampai ada santri yang tidak hafal amalan tersebut padahak telah menjadi santri hingga 3 lamanya.
Karenanya, beliau menyarankan lembar tawajjuhat diperbanyak dan dibagikan agar semua santri bahkan warga pesantren senantiasa menjadikan wirid pagi, sore, dan malam ini sebagai amalan utama usai shalat berjamaah.
“Ini harus ada proses pembiasaan. Nanti setelah dewasa insya Allah bisa sendiri karena sudah di bawah alam bawah sadar,” pungkas beliau seraya berpesan. (hio/ybh)