AdvertisementAdvertisement

Tulus Dalam Bernegara, Meneguhkan Spirit Integratif Rasio-religius

Content Partner

Sumber Gambar: Dokumentasi LPPH Gunung Tembak

Negara Kesatuan Republik Indonesia sejatinya adalah anugerah indah dari Allah SWT sebab bukan sebuah pemikiran yang menyatukan bangsa yang bermacam-macam dan membentang dari Pulau Rote hingga Morotai ini dalam satu wadah bangsa dan negara Indonesia jika bukan karunia dan rahmat Allah semata. Pembukaan UUD 1945 pun menegaskan hal ini.

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”

Dengan demikian, kebaikan, kemajuan, bahkan kelestarian bangsa dan negara Indonesia ini tidak ditentukan oleh penguasa, pemikiran satu orang, atau bahkan usaha bersama seluruh penduduknya. Melainkan atas ketundukannya kepada kehendak Allah Yang Maha Kuasa. Sebab, bangsa dan negara ini tidak mungkin memiliki energi yang tak bertepi melawan penjajahan Belanda melainkan karena kekuatan iman dan cita-cita luhur untuk merdeka.

Oleh karena itu, sebuah tuntutan bagi generasi terkini adalah bagaimana tulus di dalam bernegara. Jangan ada yang merasa paling berjasa atas bangsa ini, sekalipun umat Islam sepertinya punya hak untuk mengakui. Namun demi persatuan Indonesia, semua itu diabaikan, umat Islam memilih berbesar hati dan seperti kata Mantan Panglima TNI, umat Islam memilih memberikan Pancasila sebagai hadiah untuk bangsa dan negeri ini.

Jika demikian, hendaknya semua pihak memahami, menyadari dan menghargai hak-hak konstitusi umat Islam. Sebab jika ada pihak merasa dirinya paling berhak memahami, memaknai, dan menjalankan Pancasila sudah pasti akan mereduksi fakta sejarah, spirit dan ketulusan bernegara dari umat Islam itu sendiri, sehingga wajar jika seorang Zaitun Rasmin sampai mengatakan bahwa jika Pancasila hendak diubah-ubah, umat Islam akan menagih 7 kata pada sila pertama Pancasila.

Progressif Beradab

Sebuah tantangan nyata bangsa dan negara saat ini adalah bagaimana memajukan rakyat menuju kesejahteraan yang layak dalam kehidupan sehari-hari, terlebih dalam situasi pandemi yang tidak pasti seperti sekarang. 

Telah sama-sama kita saksikan bahwa ketertinggalan Indoensia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi atas banyak negara di ASEAN saja sudah sedemikian jauh, bagaimana dengan Eropa dan Amerika. Tentu ini tak bisa dihadapi dengan menghabiskan energi pada hal-hal mendasar yang seharusnya tinggal ditajamkan dalam pengamalan kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian sebenarnya konteks bernegara kita saat ini lebih butuh pikiran-pikiran progressif bagaimana mengejar ketertinggalan di dalam bidang pendidikan, ekonomi, pemerintahan, dan keterlibatan civil society termasuk di dalamnya penegakan hukum. 

Tidakkah kita malu, bagaimana Eropa dan Amerika yang liberal bahkan China yang berpaham komunis tegas terhadap koruptor, di negeri ini justru penegak hukumnya menjadi sebuah korban rekayasa kekerasan dan koruptor selalu mendapat remisi dan terus bisa bebas melenggang tanpa sedikit pun penyesalan dalam dirinya.

Hal-hal itu harusnya menjadi konsentrasi pemerintah yang didorong secara kuat dan berkelanjutan oleh seluruh elemen bangsa. Pada saat yang sama teruslah menjalankan roda pemerintahan ini dengan nilai-nilai adab. Apakah patut di tengah masyarakat kesulitan, hajat hidup orang banyak dinaikkan, regulasi tidak pasti, dan beragam hal irasional mencuat ke permukaan seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Mestinya para pejabat memilih sikap dan kebijakan yang beradab sebagaimana sila kedua Pancasila, “Kemanusiaan yang Beradab.” Apabila hal ini dipahami dengan baik dan memang menelurkan kebijakan apapun atas ketulusan di dalam bernegara, insya Allah kemajuan Indonesia bukan wacana tiada henti, tapi capaian nyata. Pada saat yang sama nilai-nilai keadaban justru semakin menghujam dan menjulang di dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.

Namun sekali lagi ini bisa terjadi jika ada kecerdasan, kebijaksanaan, dan kemauan untuk mewujudkan Indonesia yang benar-benar bisa berpengaruh di kancah dunia dengan semangat progressif-beradab. Insya Allah ini bukan utopia, generasi muda harus tampil dengan spirit integratif rasio-religius ini mulai dari sekarang, ke depan Insya Allah dengan Pancasila Indonesia benar-benar akan menyinari dunia. Aamiin.

Imam Nawawi, Ketua Umum Pemuda Hidayatullah

- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Marriage is (not) Scary, Ibadah Terpanjang yang Menyatukan Keberkahan dan Tantangan

SEJAK remaja, saya selalu menjadi tempat curhat orang-orang di sekitar, dari teman dekat hingga kenalan singkat. Entah karena saya...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img