AdvertisementAdvertisement

Ukuran ‘Kesuksesan’ dan Target dalam Kehidupan

Content Partner

KEBERHASILAN menggapai sesuatu yang ditargetkan, sungguh itulah yang namanya ‘kesuksesan’. Maka kaidah tersebut berlaku pula untuk kebalikannya, bahwa seseorang akan dikatakan gagal, jika dia tidak berhasil meraih apa yang menjadi targetnya.

Berangkat pada rumusan sederhana di atas, maka kita tidak bisa membuat standar secara kaku, yang mutlak berlaku umum soal kriteria atau ukuran kesuksesan. Sebab masing-masing orang memiliki target yang sangat variatif.

Contoh sederhana yang sangat simpel, jika dalam sebuah kelas ada 25 murid, 5 diantaranya memiliki target menjadi juara kelas, ada pula yg targetnya sebatas masuk 5 besar, bahkan ada yang tidak mau pusing dia berada pada urutan ke berapa, sebab targetnya yang penting naik kelas.

Setelah ujian kenaikan kelas, sekalipun 5 murid yang punya target ranking 1 tetap masuk dalam daftar 5 besar teratas, tapi 4 diantaranya pasti kecewa, sebab mereka gagal meraih targetnya.

Sementara ada yang urutan ke 15 justru berpesta pora saking gembiranya, karena dia bisa mengalahkan beberapa murid yang lain, padahal targetnya biar nomor paling buncit, asal tetap naik kelas.

Berdasar pada ilustrasi di atas, maka tidak heran, jika banyak orang kaya, pintar, gagah, berpangkat dan sekian banyak kelebihan lain yang dia punya, tapi justru sering dilanda stres, galau gak karuan, dibanding orang biasa yang serba kekurangan, tapi mereka tetap enjoy menghadapi realitas hidupnya, karena sejak awal target capaiannya memang berbeda.

Namun, apa benar jika kemudian dalam hidup ini kita berprinsip yang kata orang mengalir saja seperti air, tidak usah punya target macam-macam, sehingga kita tidak perlu kecewa jika tidak berhasil mendapatkan apa yang ditargetkan?

Harus diingat, bahwa air pun pada prinsipnya tetap punya “target” dalam “hidupnya”, yakni selalu mencari tempat yang paling rendah.

Maka kesimpulannya, jika seseorang tidak memiliki target, maka sepanjang hidupnya tidak akan pernah menikmati kesuksesan, dan ujung-ujungnya, pasti akan menjadi orang yang akan direndahkan.

Untuk itulah, ada pepatah bijak yang mengatakan “gantungkan cita-citamu setinggi langit”, dalam arti dan pengertiannya, dalam hidup ini, seharusnya kita memiliki target setinggi-tingginya, agar nantinya tidak menjadi orang “rendahan” yang selalu direndahkan.[]

*) Ust. Akib Junaid Kahar, penulis adalah anggota Majelis Mudzakarah Hidayatullah

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Kemarau Panjang, Ikhtiar Ajak Hadirkan Sumur untuk Santri Tahfidz Putri di Maros

MAROS (Hidayatullah.or.id) -- Cuaca panas ekstrem melanda Maros, dengan suhu mencapai 41 derajat, membuat warga, termasuk santri di wilayah...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img