AdvertisementAdvertisement

Ustadz Abdullah Said dan Perihal Kerja kerja ‘Raksasa’

Content Partner

IMAN kalau mau didefinisikan, sudah sangat lengkap literatur yang menerangkan hal itu. Dai dan mubaligh, bahkan ulama dan cendekiawan juga kerap mengangkat tema iman ini. Tetapi mengapa sampai sekarang masih ada saja perasaan muncul, meski kadang-kadang, bahwa tidak mudah jadi orang beriman.

Boleh jadi situasi atau perasaan itu hadir karena pemahaman tentang iman yang masih abstrak. Belum konkret dan siap dijalankan.

Misalnya iman itu kalau hati kita bergetar mendengarkan ayat Al Qur’an. Belum semua orang mampu pada level itu. Apalagi yang dalam 24 jam, dominan hidup di dunia kerja. Bahkan buka Al Qur’an saja tidak sempat, apalagi mentadabburinya.

Tetapi, benarkah iman itu sulit untuk jadi kekuatan dalam diri?

Iman sebagai Landasan

Dalam pengajian Malam Jumat di Karang Bugis, Balikpapan, pada 7 November 1985, Ustadz Abdullah Said, pendiri Hidayatullah itu mendeskripsikan perihal iman itu sangat mudah dan bisa siapa pun melakukannya:

“Periksa semua perintah dalam al-Qur’an! Tidak ada yang repot.

Semua adalah perintah sederhana. Dalam keadaan tertentu Allah hanya mengatakan “fa ammal yatima fala taqhar” sederhana pekerjaan ini, anak yatim disantuni.

Tapi kalau semua orang beriman sudah mengerjakan pekerjaan ini; anak yatim sudah disantuni, orang yang punya tuntutan harapan sudah dilayani, rezeki karunia Allah yang kita miliki yang dinikmati sudah disebarluaskan, sudah dinikmati bersama, itu pengaruh sosialnya dampak kepada masyarakat di bidang pendidikan, politik, sosial, ekonomi luar biasa.

Kenapa? Karena iman yang melandasinya.

Jadi jangan kita kecut, merasa kerdil, merasa kecil, aduh kasihan kita, ini saja yang bisa kita kerja.

Asal iman landasannya itu kerja raksasa, bapak dan saudara-saudara, itu kerja raksasa.”

Karya Besar

Terkadang orang sibuk berpikir bagaimana bisa menghasilkan karya besar. Fir’aun itu membangun piramida yang sampai sekarang ada, apakah sosok Fir’aun menjadi besar karena piramida itu, ternyata tidak.

Karya besar orang beriman adalah menjalankan apa yang Allah perintahkan dalam Al Qur’an yang tidak sulit tadi.

Ketika kita menyumbang Rp. 1 juta untuk anak yatim, maka itu pekerjaan besar, karena bicara harkat dan martabat anak manusia yang juga punya (hak) hidup sukses.

Dalam situasi Indonesia tercengkeram sistem yang menjadikan orang miskin secara struktural, sedekah bisa menjadi obat atau solusi jitu.

Ketika seorang dai mendidik anak mualaf di pedalaman, tidak ada orang tahu, mungkin juga tidak banyak yang menyumbang, walau ia sendiri dan sunyi melakukan itu, kalau iman dasarnya, itu adalah karya besar.

Karena boleh jadi anak mualaf yang dibina itu kelak menjadi pribadi penuh manfaat.

Pertanyaannya sekarang bagaimana dengan orang yang kaya, punya jabatan, dan punya pengaruh, tertarikkah ia menjalankan perintah-perintah sederhana dalam Al Qur’an itu?

Salah satu tugas kader peradaban adalah mengajak mereka yang belum sadar untuk kembali merenung berpikir dan melakukan apa yang oleh Allah kehendaki kita melakukannya.

Jangan sampai kelak Allah SWT yang bertanya di akhirat, “Apakah akan habis uangmu, hartamu, pangkatmu dan kekayaanmu dengan membantu 1000 anak yatim?” kepada orang yang uangnya tak berseri.

Kalau sampai imajinasi itu jadi kenyataan kelak di akhirat, kata anak-anak muda sekarang, “Loh gak bahaya, tah?!”*

*) Penulis bergiat di lembaga kajian Progressive Studies & Empowerment Center (Prospect) | Ketua Umum PP Pemuda Hidayatullah 2020-2023. Publikasi pokok pokok pikiran Ustadz Abdullah Said ini atas kerjasama Media Center Silatnas Hidayatullah dan Hidayatullah.or.id dalam rangka menyambut Silatnas Hidayatullah 2023

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Ya Allah Perbaiki Segala Urusanku dan Jangan Serahkan pada Diriku Sekejap Mata pun

JIKA Anda titip kepada seseorang agar dibelikan nasi goreng di suatu tempat yang cukup jauh dari rumah, apa yang...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img