PENDIRI Hidayatullah, Ustadz Abdullah Said, sosok yang tak pernah melakukan sesuatu melainkan dengan totalitas dan kesungguhan.
Dalam Kuliah Malam Jumat di Karang Bugis, Balikpapan, pada 26 Agustus 1982, beliau tegaskan perihal bagaimana upaya melahirkan generasi Islami benar benar harus dilakukan dengan penuh kesungguhan.
Bahkan kalau saja misalnya tidak ada masyarakat yang mau belajar di Pesantren Hidayatullah, maka, menurutnya, anak-anak kader yang lahir di pesantren-lah yang harus dididik dengan penuh heroisme mengantarkan mereka tumbuh menjadi generasi yang berwarna Islam.
Energi yang Sangat Tinggi
Ustadz Abdullah Said dalam pemikirannya yang tajam, seperti petir yang menyambar kesadaran siapapun yang mendengar. Mereka akan tergugah dan terpana.
Karena memang adanya superioritas diri dalam jiwa beliau yang mampu menyentak kesadaran sampai orang-orang di sekitarnya, yang rasa-rasanya ketiban energi yang sangat tinggi.
Beliau menegaskan:
“Tetapi kalau toh tidak ada yang mau mengirim anak-anaknya ke pesantren, anak-anak kami yang lahir dan dibesarkan di kampus, kami telah siapkan menjadi kelinci percobaan. Kami akan mengorbankan mereka, kalau toh mereka harus korban. Demi mendapatkan anak yang berwarna Islam.
Sebab kalau mereka telah memiliki warna dasar Islam, sudah cinta Tuhan, cinta Akhirat, telah bangga dengan agama yang dianutnya. Maka tidak perlu lagi khawatir kalau sebentar mereka menjadi seorang insinyur, sarjana ekonomi, dan lain-lain kalau itu memang diperlukan.
Tetapi kalau agama belum melekat dalam lekuk relung qalbu mereka, lalu dikirim ke luar negeri belajar. Mungkin mereka tidak mau lagi kembali ke Gunung Tembak.
Mereka akan mengirim surat sinis dan jijik dengan kehidupan di Gunung Tembak.
Dari luar negeri dia akan mengirim ucapan sayonara. Saya sekarang berada di Tokyo. Saya tetap di sini, diizinkan atau tidak, terserah. Yang penting saya sudah senang hidup di luar negeri.
Mereka berani demikian karena timbul perasaan takabur dalam jiwanya. Disebabkan mereka terwarnai dengan keadaan di sekitarnya. Akibat tidak ada dasar Islam yang dimilikinya”.
Superioritas
Jadi, visi pendidikan Ustadz Abdullah Said bukan terletak pada skill dan manajerial atau bahkan leadership para santri belaka. Lebih jauh adalah mental dan jiwa superior.
Superioritas diperlukan, karena di sana ada kesadaran dirinya memiliki keunggulan atau kelebihan, ya, atas dasar iman.
Karena yang dibangun adalah superioritas, maka yang harus jadi agenda utama para pendidik di pesantren bukan fasilitas fisik, tetapi kesadaran visi yang dilengkapi sistem penjelas yang memadai.
Pendidikan sekarang telah banyak melahirkan doktor bahkan profesor, akan tetapi, apakah mereka memiliki superioritas dengan jiwa keIslamannya. Ataukah mereka nyaman dan tunduk dengan sistem nilai yang menjadikan kekayaan tidak merata dan pemerataan yang tidak berkeadilan.
Oleh karena itu, menjelang Silatnas 2023 yang tidak lama lagi, penting bagi kita merenungkan kembali, akan kita bawa kemana anak-anak, generasi umat dan bangsa sekarang ini.
Cita-cita besar kita adalah membangun peradaban Islam, melahirkan satu tatanan masyarakat yang adil dan sejahtera. Maka sejak awal, para murid atau santri Pesantren Hidayatullah harus dibekali dengan superioritas yang mumpuni, agar kelak mereka dapat menjadi hamba dan khalifah Allah yang paripurna.[]
*) Penulis bergiat di lembaga kajian Progressive Studies & Empowerment Center (Prospect) | Ketua Umum PP Pemuda Hidayatullah 2020-2023. Publikasi pokok pokok pikiran Ustadz Abdullah Said ini atas kerjasama Media Center Silatnas Hidayatullah dan Hidayatullah.or.id dalam rangka menyambut Silatnas Hidayatullah 2023