BOGOR (Hidayatullah.or.id) — Bogor dikenal sebagai kota rekreasi dengan berbagai destinasi wisata yang ditawarkan dan semuanya padat peminatnya. Didukung oleh suasana dingin dan sejuk Kota Bogor semakin menjadi daya tarik masyarakat Bogor dan sekitarnya.
Hari Ahad, seolah semua orang keluar rumah, tumpah ruah menikmati destinasi wisata tersebut. Namun bagi para santri Sekolah Dai Hidayatullah Ciomas, akhir pekan itu adalah hari istimewa untuk kuliah tamu dari ustadz ustadz yang diundang dari luar Bogor. Mereka antusias dan semangat untuk mengikuti kuliah tamu.
Ahad 5 Februari 2023 ini, Sekolah Dai mengundang Wakil Sekretaris Jenderal DPP Hidayatullah, Ust. Abdul Ghofar Hadi, untuk mengisi kuliah tamu. Ia membawakan materi penguatan manhaj Hidayatullah, yang diharapkan materi ini menjadi salah bekal penting bagi para santri Sekolah Dai dalam mengemban amanah dakwah di mana saja.
Pada kesempatan tersebut, Abdul Ghofar menyampaikan tentang pentingnya iqra’ atau membaca. “Ini adalah perintah pertama yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad, tentu ada tujuan besar dari perintah tersebut,” katanya.
Ia menjelaskan, membaca adalah perintah yang spektakuler dan mendasar untuk menumbuhkan keimanan dan membangun peradaban. Kata dia, semua peradaban yang maju di dunia ini lahir karena dimulai dari kesadaran membaca. “Sebaliknya, keruntuhan dan keterbelakangan peradaban karena minimnya daya baca dari masyarakatnya,” ungkapnya.
Sebagai seorang dai, menurut Abdul Ghofar, membaca adalah wajib dan tidak bisa ditawar-tawar. Sebab apa yang akan didakwahkan atau disampaikan kepada masyarakat jika tidak ada yang dibaca. Semakin banyak yang dibaca oleh seorang dai maka semakin banyak yang akan dicerahkan kepada masyarakat.
“Kesadaran membaca memang tidak muncul dengan sendirinya. Harus ada stimulan dan kondisi yang mengantar untuk membaca. Jika tidak ada motivasi besar untuk membaca maka sangat berat pekerjaan membaca,” ujarnya.
Dia mengatakan, banyak orang bisa membaca tapi tidak semua orang mau membaca, apalagi jika sudah tidak bergelut di masa belajar sekolah atau kuliah. Padahal tujuan belajar membaca adalah untuk “membaca” dan perintah membaca tidak ada hubungannya dengan sekolah atau kuliah.
“Bagi santri Sekolah Dai Hidayatullah, membaca al Qur’an harus menjadi habit atau kebiasaan. Sebab al Qur’an adalah mukjizat dan sumber inspirasi bagi orang-orang beriman, seorang dai harus akrab dengan al Qur’an,” kata lulusan Pondok Pesantren Hidayatut Thullab (Pondok Tengah), Durenan, Kamulan, Trenggalek, ini yang merupakan salah satu pesantren tertua di Indonesia.
Saat ini, Sekolah Dai Hidayatullah Ciomas sudah meluluskan 7 angkatan dan yang ada sekarang adalah angkatan ke-8 dengan 34 jumlah santri. Mereka datang dari berbagai daerah, termasuk Papua, Bengkulu, Sulawesi dan Kalimantan. Sebagian utusan Hidayatullah dan sebagian dai umum.
Sekolah Dai Hidayatullah Ciomas sudah bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Lukman Hakim (STAIL) Surabaya. Bahwa mereka terdaftar sebagai sekolah dai akan terdaftar juga mahasiswa STAIL dan jika melanjutkan ke STAIL langsung masuk semester 5.
Pengajar Sekolah Dai berasal dari berbagai perguruan tinggi seperti LIPIA, Mesir, Madinah, dan para juga para ustadz Hidayatullah. Kegiatan belajarnya sangat padat dari pagi hingga malam, selama sepekan. Setiap Ramadhan ada praktek dakwah lapangan dengan disebarkan ke masjid atau mushala untuk menjadi imam dan khatib.
Peserta program Sekolah Dai Hidayatullah Ciomas tak dipungut biaya yang sepenuhnya ditanggung oleh Yayasan Sekolah Dai Posdai dengan dukungan dari para muhsinin yang mempercayakan sumbangsihnya untuk Posdai. “Semoga Allah memberikan balasan terbaik kepada para donator dan para santrinya menjadi dai-dai tangguh yang komitmen di jalan Allah,” tandas Abdul Ghofar Hadi mendoakan.*/Abu Yasin, Yacong B. Halike