Hidayatullah.or.id – Ketua Umum DPP Hidayatullah Ust Nashirul Haq, MA, menghadiri undangan anak muda dari PD Syabab Hidayatullah Balikpapan dalam rangka silaturrahim Syawal, belum lama ini.
Pada kesempatan tersebut, beliau menyempatkan waktu memberikan wejangan “spirit Syawal” pasca Ramadhan kepada para pemuda yang hadir dalam acara yang berlangsung sederhana namun tetap khidmat ini di Masjid Arriyadh Komplek Pesantren Hidayatullah, Gunung Tembak, Balikpapan.
Dalam nasihatnya beliau mengatakan bahwa inti dari keimanan sesungguhnya adalah keistiqomaan, hal itu sebagaimana dalam hadist yang artinya katakanlah Aku beriman kepada Allah lalu Istiqomalah.
“Poinnya, konsisten dengan komitmen,” katanya.
Beliau mengungkapkan, kerisauan para orangtua di Hidayatullah akan generasi pelanjut adalah apabila tak mampu menyerap dan mewarisi nilai spirit berlembaga.
Namun, beliau selalu optimis. Beliau menegaskan, kalau saja Assaabiqunal Awwalun (istilah untuk para pendahulu Hidayatullah) mampu mengantarkan Hidayatullah seperti saat ini, maka generasi hari ini Insya Allah jauh Lebih tajam.
“Mengapa, karena generasi baru hari ini adalah generasi terbaik karena lahir dari rahim asli Hidayatullah dan ditakdirkan tumbuh besar dalam lingkungan dekat dengan Allah dan dekat dengan orang berkualitas secara spiritual,” ujarnya.
Beliau melanjutkan, dahulu Imam Syafii bisa hafidz Qur’an umur 8 thn, hari ini Alhamdulillah bertebaran Hafidz-hafidz kader Hidayatullah.
“Generasi pembaharu hari ini tidak perlu diragukan dari segi keilmuan, intelektual, dan life skill,” imbuhnya optimis.
Etos kerja kader
Pada kesempatan tersebut Ust Nashirul pula mendorong kader pemuda untuk selalu menguatkan jatidiri dengan menjaga serta menguatkan etos kerja dan mengencangkan kualitas ibadah.
“Peniliaan ibadah atau aspek ruhuiyah sangatlah menentukan dalam garis perjuangan. Pola pengakderan ini sangat memiliki pengaruh luar biasa dalam mengkader,” tukasnya.
“Sehingga, orang yang datang ke Gunung Tembak, meskipun memiliki ilmu yang dalam, jago beretorika. Mereka harus rela untuk dititiknolkan, sehingga siap diperintah dan wajib taat,” katanya.
Di era perintisan Hidayatullah dulu kalau pegang buku itu hal yang aneh kaerna Waktu itu lebih banyak bekerja dan ibadah. Namun dengan itu semua menjadikan lebih baik karena disanalah diajarkan tentang proses penyucian jiwa, merangkai keikhlasan, semangat pengorbanan sehingga kualitasnya dahsyat karena mendahulukan adab dari ilmu.
“Nah, jika kader hari ini mampu mengkombinasikan antara semangat ibadah dan semangat berilmu maka Insya Allah meraih kalungan bunga di istana semakin nyata,” kata Ustadz yang rutin berkeliling dakwah dari lorong ke lorong di Kota Jakarta setiap Sabtu-Ahad ini.
Beliau menegaskan, untuk menelurkan kader yang berkualitas ia tidak cukup berasik ria di kelas, tapi mesti terjun ke lapangan untuk memahami realitas kehidupan.
Ustadz Nashirul mengungkapkan optimisienya setelah banyak “thawaf” ke daerah daerah untuk langsung melihat dan kondisi teman-teman di daerah. Katanya, sungguh mengembirakan dan mengahru biru.
Sehingga, katanya, ia harus berlama-lama di satu daerah terpencil untuk memberikan apreasiasi kepada teman-teman daerah.
Menurutnya, pembangunan dan perintisan pesantren yang dikelola dengan pola sebagaimana dilakukan pendiri awal Hidayatullah Insya Allah akan nampak nyata kemajuan dari segala aspek. Namun tentu, tegas dia, modal utamanya adalah ketulusan dan keikhlasan.
Di penghujung motivasi serta penguatan kader, beliau mengatakan kader yang berkualitas memiliki dua ciri. Pertama, memiliki kekuatan baik kuat fisik, mental, keilmuan dan terpenting kuat spititualnya.
Ciri kedua, memiliki integritas. Ia tak goyah dengan arus badai dan gelombang. Tidak silau dengan dua karung dollar. Idealismenya kokoh dan tak akan tergadaikan dengan segudang dollar.
“Jika dua kekuatan itu ada pada kader maka yakinlah ia akan menjadi singa-singa bersayap,” imbuhnya setengah berkelakar. */ Fatahillah Al Ayyubi