BALIKPAPAN (Hidayatullah.or.id) — Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah Balikpapan menggelar Sidang Senat Terbuka Wisuda ke-VIII di Asrama Haji Batakan, Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa, 30 Rabi’ul Akhir 1445 (14/11/2023).
Guru Besar Mata Kuliah Sosiologi Agama yang juga Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin, Prof. Dr. H. Mujiburrahman, M.A, yang menyampaikan pidato pada Wisuda ke-VIII tersebut mengatakan Hidayatullah adalah aset bangsa dengan berbagai perannya serta berpesan kepada wisudawan hendaknya bersiap menghadapi tantangan globalisasi saat ini.
“Hidayatullah adalah aset bangsa ini yang luar biasa,” kata Prof Mujiburrahman.
Pada pidatonya dalam gelaran wisuda yang mengangkat tema “Tradisi Pesantren dalam Persaingan Global,” ini Prof Mujiburrahman menggarisbawahi pentingnya pemahaman umat Islam terhadap tradisi dan globalisasi.
Menurut Prof Mujiburrahman, tradisi adalah warisan dari generasi terdahulu yang terus dijaga dan dilestarikan.
Pesantren, dengan budaya uniknya, menurut Prof Mujiburrahman, merupakan subkultur masyarakat dan bagian penting dari tradisi tersebut.
Dalam menghadapi tantangan globalisasi, ia menekankan perlunya mempertahankan nilai-nilai lama yang baik dan mengadopsi aspek baru yang bermanfaat.
“Globalisasi membawa kita semakin dekat, cepat, mudah, dan murah dalam berkomunikasi, berkat kemajuan teknologi transportasi dan informasi,” jelasnya.
Prof Mujiburrahman juga menambahkan pentingnya menjaga akhlak, memelihara jaringan alumni, dan berkontribusi kepada masyarakat sebagai respons terhadap tantangan modernitas.
“Era modern ditandai dengan dominasi ilmu dan teknologi, tetapi kemajuan umat manusia tetap bergantung pada ilmu pengetahuan,” tuturnya, seraya mengapresiasi prinsip Hidayatullah, “Iqra’ Bismirrabbik,” yang menekankan pentingnya membaca, belajar, dan menuntut ilmu.
Prof Mujiburrahman pun mendorong agar para wisudawan terus bersemangat belajar. Dan, beliau memberikan uraian pengalamannya kala belajar di Kanada, Amerika dan Prancis.
Ia menyampaikan, masyarakat di negara Barat tersebut sangat gemar membaca, bahkan di musim dingin pun rela antre untuk bisa masuk dan belajar ke perpustakaan. (min/hidayatullah.or.id)