JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Tingginya animo kaum muslimin terhadap nilai-nilai Islam, menjadi peluang besar untuk masa depan pendidikan Islam.
Misal, banyaknya tumbuh komunitas-komunitas yang menggunakan identitas Islam. seperti pemuda hijrah, hijaber, dan seterusnya.
Demikian diurai oleh ustadz Amun Rowi, Ketua Departemen Pendidikan Menengah dan Atas Hidayatullah Pusat, dalam webinar pendidikan, yang mengangkat tema ; Akselerasi Pendidikan Islam (Jum’at, 16, 10, 2020).
Kata Amun, kelompok-kelompok yang mengidentitaskan diri dengan mencantolkan kata Islam atau turunannya itu, bila ditelisik kriteria sekolah invaran mereka untuk sang buah hati, maka yang menjadi refrensi nomor satunya itu, muatan pendidikan sekolah.
Kadangkala mengandung nilai-nilai keislaman yang tinggi, maka akan menjadi pertimbangan utama untuk memasukkan anak mereka ke sekolah.
“Baru setelah mengetahui muatan pendidikan sekolah, merambah ke reputasi, lingkungan, metode pembelajaran, fasilitas, dan terakhir biaya,” ungkapnya.
Oleh karena itu, lanjut sosok yang juga memangku amanah Sekretaris Yayasan P.P. Hidayatullah, Surabaya ini, seyogiyanya sekolah-sekolah Islam menangkap peluang besar ini, agar akselerasi yang ibgin dicapai bisa diwujudkan, baik itu secara kuatntitas maupun kualitasnya.
“Untuk memcapai itu semua,” imbuhnya, “sudah barang tentu berlaku syarat dan ketentuannya.”
Pertama, sebut Amun, sekolah harus mampu melepaskan diri dari formalisme. Yaitu formalitas-formalitas yang dibuat oleh sekolah/pemerintah, yang itu kurang memberikan nilai positif terhadap pertumbuhan pendidikan anak.
“Karena sibuk mengurusi hal-hal yang berbau formalitas, akhirnya pendidikan sekolah kehilangan makna,” terangnya.
Selanjutnya, sekolah harus mampu mengembalikan kedaulatan guru. Sebagai ujung tombak pendidikan, guru harus diberi kedaulatan untuk menegur para murid. Menegakkan akhlak di sekolah.
“Saat ini kedaulatan guru tengah turun. Betapa banyak guru dipenjara, gara-gara mengingatkan murid yang keliru, dan orangtua/wali murid tidak terima,” ujarnya.
Termasuk dalam hal ini, ialah memberi kebebasan guru dalam mengajarkan materi pelajaran. Sebab merekalah yang paling tahu kualitas peserta didik di kelas-kelas.
Syarat berikutnya, sekolah Islam harus mampu tampil modern dan Islami. Yang dimaksud dengan modern, tidak hanya terkait dengan fasilitas. Tapi juga lingkungan, yang tertata rapi, bersih, dan indah.
Nilai-nilai Islam harus dijalankan di lingkungan sekolah. Semua aktivitas harus didesain menjadi islami. Jadi, bukan sekedar selogan semata. Atau berhenti di ruang diskusi. Tapi menjadi praktek nyata dalam kegiatan sekolah.
“Yang keempat, kualitas adab. Ini harus menjadi kultur sekolah,” paparnya.
Untuk memudahkan pencapaian akselerasi ini, imbuh Amun, ada tiga hal yang harus dilakukan oleh pihak sekolah.
“Pertama; tetapkan standart. Kedua;buat modelnya. Da yang ketiga; lakukan terus pengembangan dan pendampingan.”(ybh/hidayatullah.or.id)