BALIKPAPAN (Hidayatullah.or.id) — Biasanya pengantin baru deg-degan sebelum menikah. Tapi ada juga pengantin baru yang masih tetap deg-degan setelah menikah. Ya, karena dalam pernikahan itu tak dikenal istilah pacaran.
Ini salah satu cerita menarik dari Pernikahan Mubarak 6 Pasang Santri yang digelar Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Balikpapan baru-baru ini.
Pernikahan 12 santri-santriwati itu disaksikan secara langsung oleh Pemimpin Umum Hidayatullah KH Abdurrahman Muhammad dan sejumlah pengurus tingkat pusat Hidayatullah dari Jakarta.
Salah seorang peserta pernikahan, Muhammad Irfanuddin, menuturkan, yang mendebarkan dirinya saat menunggu akad nikah.
“Tadi kan sempat memperhatikan teman-teman yang akad nikah duluan, rasanya itu deg-degan,” ucap putra Anggota Dewan Mudzakarah Hidayatullah Hairil Bais ini, saat ditemui hidayatullah.com.
Pernikahan itu berlangsung di Masjid Ar-Riyadh, Kampus Induk Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan, Kaltim, Ahad pagi, 14 Syawal 1443 H (15/05/2022).
“Saya deg-degan itu karena ini kan hal yang sakral ya. Kita deg-degan karena ini merupakan perpindahan amanah dari seorang bapak terhadap anak perempuannya kepada seorang suami. Kalau ada salah-salah kan bahaya,” lanjutnya sambil tertawa kecil.
Ia mengaku, saat namanya disebut oleh Ust Sukman selaku MC untuk melakukan akad, seketika perasaannya campur aduk.
“Pas disebut nama saya tadi itu kan untuk maju melakukan akad, weeh, gemetaran saya. Kayak gimana ya, pokoknya campur aduk lah. Apalagi saya ini kan orang yang demam panggung,” ucapnya tapi dengan raut wajah bahagia karena telah sah sebagai seorang suami.
Pernikahan itu disaksikan pula oleh ratusan santri, ustadz, warga, kader, pengurus, serta jamaah Hidayatullah secara offline dan ribuan warganet melalui siaran langsung di YouTube.
Aqad nikah berlangsung sakral. Sebagian pengantin tampak lancar saat proses ijab kabul. Sebagian lainnya ada yang harus mengulang. “Sah! Sah! Barakallah!” doa dari para jamaah untuk para mempelai.
Rayhan Ahmad Khairullah, pengantin lainnya, juga mengaku sangat deg-degan saat akan akad nikah.
“Kami itu akad nikahnya yang terakhir. Nah pas nama kami yang dipanggil tadi ya itu ada rasa-rasa bergetar gitu,” ucapnya sembari tertawa kecil kepada hidayatullah.com sesuai pernikahan.
“Kami bergetar itu karena kami lihat teman-teman sebelum kami itu kan lancar-lancar aja. Nah kami itu takutnya pas bagian kami itu ada gangguan gitu nah,” lanjutnya dengan gaya bicara khas Balikpapan.
Yang berbeda, aqad nikah Rayhan dilangsungkan dengan berbahasa Arab, baik oleh wali calon istrinya, yaitu Faruq, maupun oleh Rayhan. Saat pengucapan ijab qabul, pantauan hidayatullah.com, salah seorang saksi meminta agar aqad diulang. Nah, pada ijab qabul kedua, saksi pun menerima. “Barakallah! Sah!” ucap jamaah.
“Tapi Alhamdulillah kami semua tadi lancar-lancar aja,” ucap Rayhan, putra Ruhyadi (Ketua Departemen Ekonomi Keumatan DPP Hidayatullah) ini.
Usai acara di masjid selama 1,5 jaman itu, para pengantin berfoto bareng hadirin. Mereka pun diguyur doa dan jabatan tangan. Sementara para pengantin putri ditempatkan pada lokasi acara terpisah.
Para pengantin lalu putra dikumpulkan di kantor YPPH Balikpapan untuk mendapatkan pembekalan lanjutan terkait penyerahan mahar. “Sudah halal istri antum,” kelakar seorang panitia penyelenggara pernikahan, Hidayat Jaya Miharja.
Di kantor ini sekaligus digelar ramah tamah sederhana. Kemudian, satu per satu pengantin putra diantar ke rumah-rumah yang telah ditentukan untuk penyerahan mahar bagi istri masing-masing.
“Sudah Aqad Belum Adem”
Uniknya pula, meski sudah melangsungkan akad nikah, sejumlah pengantin putra mengaku belum tenang. “Ya meskipun sudah akad tadi bang ya, belum lega,” ucap Rayhan tertawa kecil.
Kenapa? “Karena kita kan belum ketemu istri, jadi masih belum adem,” jelasnya.
Owalah!
Wajar saja. Sebab, para pengantin putra memang baru akan melihat langsung istrinya setelah acara pernikahan itu. Tepatnya saat penyerahan mahar di rumah-rumah warga yang telah ditetapkan.
Pernikahan Mubarak adalah program rutin tahunan Hidayatullah yang tidak mengenal istilah pacaran.
Anggota Dewan Murabbi Pusat Hidayatullah, Ust H Zainuddin Musaddad, dalam nasihat pernikahan, menegaskan pentingnya pernikahan yang digelar secara syar’i, termasuk pada rangkaian acaranya. Pernikahan tidak harus digelar secara mewah dengan tamu undangan yang melimpah.
Bagi Hidayatullah, pernikahan bukan soal penyelenggaraan resepsi, tapi bagaimana agar generasi bisa menjalankan syariat Allah lewat menikah.*/Hidcom