Hidayatullah.or.id — Bagi warga Hidayatullah Kampus Gunung Tembak, hari Ahad adalah hari kebersamaan seluruh warga. Sudah menjadi rahasia umum, setiap hari Ahad pagi, setiap warga pesantren dihimbau untuk tidak mengadakan kegiatan di luar kampus hingga siang hari.
Proyek yang digarap pada hari Ahad pun beragam. Mulai dari mengecor bangunan, mencangkul dan meratakan jalanan umum, hingga membersihkan parit sekeliling kampus dan perumahan warga.
“Proyeknya fleksibel saja, sesuai dengan kebutuhan yang lagi mendesak,” ujar Kepala Departemen Kampus Hidayatullah Gunung Tembak, H Sugiono.
Tak terkecuali Ahad kemarin (20/04/2014), puluhan warga pesantren kembali turun kerja bakti. Hari itu proyek kerja bakti difokuskan di lokasi perkebunan milik pesantren di areal Gunung Binjai.
Gunung Binjai berjarak sekitar 9 kilometer dari kampus utama Hidayatullah Gunung Tembak. Alias 3 kilometer arah barat dari lokasi Bumi Tahfidz Ahlus Shuffah, Balikpapan. Di sana, para warga diminta oleh Departemen Kampus untuk menyelesaikan proyek penanaman pohon pisang di lokasi perkebunan.
Dengan pembagian kelompok Halaqah Tarbiyah yang ada, menjadikan setiap warga hanya dibebani menanam 2 batang pisang saja. Tak heran sebab jumlah halaqah yang ada di kampus Gunung Tembak mencapai 16 halaqah (kelompok). Sedang setiap halaqah tersebut rata-rata terdiri dari 15 orang.
“Sebuah kerja cerdas dan efektif,” puji Ketua PP Hidayatullah Muhammaad Musyaafir yang sedang bertamu di Gunung Tembak. Menurutnya, pekerjaan itu menjadi ringan dan sederhana, meski sesungguhnya ia termasuk pekerjaan besar.
“Kalau mau dihitung, seluruhnya bisa mencapai 500-an pohon pisang,” imbuh Musyaafir kagum saat berbincang dengan media ini di lokasi kerja bakti.
Sebagai tambahan, saat ini Pesantren Hidayatullah memiliki areal perkebunan total seluas 12 hektar. Sebagian besar lokasi tersebut telah ditanami dengan ribuan pohon karet. Sedianya, sambil menunggu bantuan bibit karet dari Departemen Pertanian Kota Balikpapan, lokasi seluas 2 hektar tersebut lalu ditanami dengan pohon pisang terlebih dahulu.
“Selama ini kita bekerja sama dengan pihak Departemen Pertanian Balikpapan,” ujar Sugiono tersenyum. Sugiono menambahkan, setahun yang lalu Hidayatullah bahkan mendapat bantuan sebanyak 2000 batang (stek) bibit karet.
Bagi warga dan santri Hidayatullah, program kerja bakti bukanlah suatu hal yang baru. Tradisi positif ini telah ada sejak awal masa perintisan Pesantren Hidayatullah. Berawal dari hutan belantara, Pesantren Hidayatullah bahkan boleh dikata tumbuh dan berkembang dengan modal semangat kerja bakti saja.
“Tak ada yang menyangka pesantren ini bisa berkembang seperti sekarang,” tutur Hasyim HS, salah seorang pendiri Pesantren Hidayatullah mengenang.
“Sejak dulu pekerjaan utama kita hanya shalat, belajar, dan kerja bakti setiap waktu. Itu saja, tidak ada yang lain,” papar ustadz jebolan Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo tersebut.
Waktu terus berputar, tak terasa Hidayatullah sudah mencapai usia 40 tahun lebih. Kini budaya kerja bakti telah menjadi karakter warga dan santri Hidayatullah.
“Terkesan kerja bakti itu alami dan sederhana, tapi sebenarnya ia menyimpan spirit yang sangat kuat,” ungkap Ketua Yayasan Pesantren Hidayatullah (YPH) Balikpapan, Zainuddin Musaddad.
Menurut Zainuddin, ada nilai dan spirit yang mahal dari kegiatan kerja bakti tersebut. Di sana ada tautan silaturahim dan ukhuwah di antara warga dan santri. Ada pelajaran tentang etos kerja dan semangat berkarya.
“Jangan sekali-kali ada santri yang malas-malasan ikut kerja bakti. Sebab ada pelajaran berharga yang itu tidak bisa diraih lewat bangku kelas semata,” Pungkas Zainuddin semangat. */ Masykur Abu Jaulah