
NABIRE (Hidayatullah.or.id) — Semua gagasan, seindah apapun, akan tetap utopis jika tak diiringi dengan kemampuan manajerial dan kepemimpinan yang solid.
Demikian salah satu benang merah dari materi yang disampaikan Ketua Bidang Dakwah dan Pelayanan Umat Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah Drs. Nursyamsa Hadis dalam Sharing Session bertajuk “Manajemen dan Leadership Jembatan Ide Menjadi Realitas” pada Selasa, 23 Syawal 1446 (22/4/2025).
Kehadiran Nursyamsa sekaligus pendamping wilayah, memperkuat dimensi intelektual dan strategis acara Forum Sinergi dan Silaturrahim Syawal Hidayatullah Papua Tengah yang berlangsung di Kampus Madya Pondok Pesantren Hidayatullah Nabire tersebut.
Dalam dunia yang terus berubah, jelas Nursyamsa, keberhasilan suatu organisasi tidak hanya bergantung pada visi besar, tetapi juga pada kemampuan menerjemahkan visi itu menjadi tindakan nyata.
“Di sinilah manajemen dan leadership menjadi dua pilar penting, jembatan dari ide menjadi realitas,” katanya.
Secara etimologi, manajemen berasal dari kata “ménagement” dalam bahasa Prancis yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Akar katanya juga bersumber dari bahasa Italia, maneggiare, yang berarti mengendalikan.
Maka, sejak awal, terang Nursyamsa, manajemen sudah dimaknai sebagai kemampuan manusia mengatur arah geraknya menuju tujuan tertentu.
Beberapa pemikir memperkaya pengertian ini. Eiji Ogawa menyebut manajemen sebagai perencanaan, implementasi, dan pengendalian kegiatan dalam organisasi untuk mencapai sasaran.
Sementara Prajudi Atmosudirdjo menekankan pentingnya sumber daya seperti orang, uang, dan alat.
Sementara Luther Gulick melihat manajemen sebagai ilmu sistematis yang menjelaskan bagaimana dan mengapa manusia bekerja sama menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
“Empat fungsi utama manajemen—planning, organizing, actuating, dan controlling—menjadi tulang punggung setiap gerak organisasi,” imbuhnya.
Nursyamsa kemudian merinci. Perencanaan (planning) menjadi tahap awal dari semua proses, yakni bagaimana menyusun strategi dan merancang peta jalan kegiatan.
“Tanpa rencana yang matang, organisasi seperti kapal tanpa arah,” katanya.
Pengorganisasian (organizing) berperan dalam membagi tugas sesuai kemampuan individu. Ini memastikan bahwa potensi manusia dimaksimalkan secara efisien, peran terdefinisi, dan tujuan bersama terarah.
Beriktunya, pengarahan (actuating) adalah seni memberi motivasi, arahan, dan konsultasi agar semua bagian bergerak selaras.
Hal ini kata dia adalah momen krusial di mana pemimpin membentuk semangat kolektif dan menghidupkan rencana menjadi tindakan.
Selanjutnya, jelas dia, adalah evaluasi (controlling) hadir untuk menilai kemajuan, meninjau strategi, dan melakukan perbaikan bila perlu.
“Controlling ini bukan semata bentuk pengawasan, melainkan momentum refleksi dan pembelajaran,” ujarnya.
Lebih dari sekadar teknis pengelolaan, jelas Nursyamsa, manajemen juga menuntut kecermatan menilai kekuatan dan kelemahan organisasi, mengantisipasi ancaman, dan merancang inovasi sebagai terobosan menuju efektivitas.
Dalam kerangka ini, leadership atau kepemimpinan mengambil posisi yang tak kalah vital.
Menurut Nursyamsa, leadership adalah roh dari manajemen; jika manajemen adalah tubuh organisasi, maka kepemimpinan adalah jiwanya.
Ia pun menukil sejumlah pakar mengenai leadership, diantaranya sebagai kemampuan mengajak orang lain mencapai tujuan bersama.
Ahli lainnya melihatnya sebagai aktivitas para pengambil keputusan yang menekankan esensi pengaruh dan relasi antarmanusia dalam mencapai sinergi.
Nilai-nilai ini tercermin dalam prinsip-prinsip kepemimpinan yang lahir dari tradisi Islami, seperti sistematika wahyu, semangat Ahlussunnah wal Jama’ah, nilai-nilai jihad konstruktif dalam Al Haraqah Al Jihadiyah Al Islamiyah, serta prinsip wasathiyah (moderat) yang membawa keseimbangan dalam gerak organisasi.
Nursyamsa menambahkan, organisasi Hidayatullah, mengangkat visi besar melahirkan kader berkualitas, membangun komunitas Islami, serta mendorong sinergi dalam gerakan amar ma’ruf nahi mungkar.
Pendidikan, dakwah, sosial, dan ekonomi dijalankan secara profetik dan profesional—dua kata kunci yang saling mengokohkan.
Dalam konteks kebangsaan, terang Nursyamsa, Hidayatullah mengajak seluruh elemen umat dan bangsa untuk mewujudkan Indonesia yang unggul dan bermartabat melalui struktur organisasi dan fungsi manajemen yang rapi dan terukur.*/