
عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْمٍ بْنِ أَوْسٍ الدَّارِي رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ قُلْنَا : لِمَنْ ؟ قَالَ للهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِأَئِمَّةِ المُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ – رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama adalah nasihat.” Kami bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi rasul-Nya, bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin, serta bagi umat Islam umumnya.” (HR. Muslim)
IMAM Nawawi (676 H) berkata: Nasehat untuk Allah artinya mengajak masyarakat manusia ke jalan Allah. Makna nasehat kepada Allah adalah beriman kepada-Nya, menafikan semua sekutu bagi-Nya, menetapkan sifat-sifat yang mulia bagi-Nya, melaksanakan ketaatan kepada-Nya, menjauhkan diri dari berbagai maksiat kepada-Nya, berjihad melawan orang-orang yang kufur kepada-Nya, dan mensyukuri nikmat-nikmat-Nya.
Nasehat kepada Allah mencakup dua hal: ikhlas dalam beribadah kepada-Nya dan memenuhi persaksian tauhid kepada-Nya secara rububiyyah, uluhiyyah, serta asma’ wa sifat.
Syaikh Muhammad As-Sindi (1163 H) berkata: Nasehat kepada Allah maksudnya agar seorang hamba berusaha menjadikan dirinya ikhlas kepada-Nya. Seorang muslim wajib mengagungkan-Nya dengan sebesar-besar pengagungan, mengamalkan ketaatan secara lahir maupun batin, serta menjauhi segala yang dibenci-Nya. Hatinya penuh cinta dan rindu kepada-Nya, mensyukuri seluruh nikmat-Nya, sabar atas bencana yang menimpanya, serta ridha kepada takdir-Nya.
Nasehat kepada Allah berarti menyeru manusia agar memurnikan ibadah hanya kepada-Nya, seperti melaksanakan rukun iman dan Islam, berdoa, berharap, memohon perlindungan dan ampunan, bertobat, tawakal, takut, bernazar, ta’dzim, berserah diri dan taslim secara total hanya kepada Allah Ta’ala, dan bukan kepada selain-Nya.
Nasehat kepada Kitab-Nya
Nasehat kepada kitab mencakup: mengagungkannya, membenarkan isi beritanya, tidak meragukannya, melaksanakan perintahnya, menjauhi larangannya, berhukum dengan hukumnya, dan meyakini bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah yang terjaga hingga hari kiamat.
Syaikh Muhammad As-Sindi berkata: Nasehat kepada Kitab maksudnya meyakini bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah, mengimani isinya, membacanya, memuliakannya, mengutamakannya dibanding selainnya, mempelajarinya untuk mendapatkan ilmu, serta mengamalkannya untuk memperoleh keselamatan.
Nasehat kepada Kitab juga berarti menyerukan Al-Qur’an ke seluruh penjuru dunia: desa, kota, kantor, instansi, hingga ke pelosok daratan dan lautan. Masyarakat harus diberi akses kepada Al-Qur’an, dan Al-Qur’an harus dimasyarakatkan. Inilah pekerjaan paling mulia, sebab akan melahirkan jaringan sosial yang bertauhid.
Seruan Al-Qur’an adalah keutamaan, anugerah, kasih sayang, cinta, keadilan, keuntungan, dan harapan bagi seluruh umat manusia. Sebab kandungannya mengajak kepada tauhid, memurnikan ibadah hanya kepada Allah, dan menjauhi kesyirikan.
Al-Qur’an adalah pelita zaman, wasilah perjalanan menuju Allah, penyejuk hati orang berilmu, pelipur lara bagi yang teruji. Tanpanya, manusia akan tersesat dalam perjalanan menuju keselamatan.
Nasehat kepada Rasul-Nya
Nasehat kepada Rasulullah mencakup: ittiba’ kepadanya, beriman bahwa beliau adalah manusia pilihan yang benar, membenarkan seluruh sabdanya, melaksanakan perintahnya, menjauhi larangannya, dan mengamalkan sunnahnya yang mulai banyak diremehkan.
Nasehat ini juga berarti meyakini bahwa Rasulullah adalah makhluk paling utama dan kekasih Allah. Beliau diutus untuk memberi kabar gembira kepada yang mengikutinya dan peringatan kepada yang mengingkarinya: kebahagiaan dunia dan akhirat bagi yang taat, dan kesengsaraan dunia dan neraka bagi yang membangkang.
Orang yang sukses adalah yang mencintai dan menaati sunnahnya, sedangkan yang gagal adalah yang meremehkan hadits-haditsnya. Mengikuti Rasul berarti mengikuti Allah; menentangnya berarti membangkang kepada Allah secara nyata.
Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, sungguh dia telah memperoleh kemenangan yang besar.” (QS. An-Nisa: 69)
Nasehat kepada Pemimpin Kaum Muslimin
Sebagian ulama menyebut pemimpin kaum muslimin sebagai ulama (dalam urusan agama) dan umara (dalam urusan dunia). Nasehat kepada ulama berarti mencintai mereka sebagai pewaris nabi, membantu mereka, bergaul baik, dan menasihati mereka dengan adab jika salah. Demikian pula kepada pemerintah.
Nasehat kepada penguasa mencakup: mendengar dan taat dalam perkara makruf, tidak memerangi mereka selama tidak kafir, memperbaiki mereka, tidak memberontak, tidak menebar fitnah dan kebencian, serta selalu mendoakan mereka agar mendapatkan kebaikan. Kebaikan pemimpin akan diikuti rakyat, kerusakan mereka mencerminkan kehancuran umat.
Imam Fudhail bin ‘Iyadh berkata: Jika aku punya doa yang baik, maka aku peruntukkan untuk pemimpinku. Ketika ditanya mengapa, ia menjawab: Karena jika pemimpin menjadi baik, maka semua orang akan merasakan manfaatnya.
Menjelekkan penguasa di media, mengkudeta, mengangkat senjata, menebar kebencian adalah metode khawarij yang jauh dari petunjuk Nabi. Nabi sendiri tidak mencontohkan demikian. Ini termasuk dosa besar yang mendatangkan kerusakan lebih besar.
Nasehat kepada Kaum Muslimin Secara Umum
Nasehat kepada kaum muslimin berarti: menolong mereka dalam kebaikan dan takwa, melarang mereka dari keburukan, membimbing kepada petunjuk, mencegah kesesatan, mencintai kebaikan untuk mereka sebagaimana untuk diri sendiri. Semua muslim harus dipandang dengan kaca mata kebenaran, bukan kebencian.
Nasehat juga berarti memperbaiki keadaan umat, menjaga keutuhan, menunaikan hak dan kewajiban, serta mempererat kasih sayang. Hak-hak muslim antara lain: menjenguk yang sakit, mengiringi jenazah, menjawab salam, memenuhi undangan, menutup aib, menolong kebutuhan, menjaga darah dan kehormatan, serta menghindarkan dari bahaya.
Kesimpulan Faidah Hadits Ini
- Pentingnya nasehat agama untuk umat manusia.
- Bagusnya metodologi Nabi yang memulai dengan penjelasan umum, kemudian rinci.
- Semangat sahabat dalam mencari ilmu.
- Sistematika Nabi dalam memulai dari perkara terpenting: Allah, kitab, rasul, pemimpin, dan kaum muslimin.
- Wajibnya nasehat kepada pemimpin.
- Pentingnya hidup berjamaah di bawah kepemimpinan.
- Wajibnya menjaga ukhuwah antar sesama.
Sungguh nasehat Nabi ini pendek dan singkat, namun betapa agung isinya. Alangkah baiknya jika diamalkan, betapa mulianya pelakunya. Semoga kita termasuk golongan tersebut.[]
*) Ust. Mardiansyah, Sos.I, penulis pengajar di Pondok Pesantren Hidayatullah Bontang, Kalimantan Timur.