SETELAH melaksanakan shalat subuh berjamaah di masjid, meluangkan waktu sejenak untuk duduk dan membaca Al-Qur’an adalah aktivitas yang mulia dan penuh keberkahan.
Meski sederhana, amalan ini sering kali diabaikan karena berbagai alasan seperti rasa kantuk, persiapan berangkat kerja, kewajiban membangunkan anak, atau membantu urusan rumah tangga. Semua hal tersebut tentu dapat dimaklumi, namun dapat me-manage beragam tantangan ini memberikan nilai tambah yang besar.
Membaca Al-Qur’an di pagi hari tidak hanya sebagai gerbang mendatangkan ketenangan jiwa, tetapi juga menjadi langkah awal yang baik untuk mengawali hari dengan penuh keberkahan dan semangat yang lebih terarah.
Keutamaan dan kemuliaan memang seringkali berbanding lurus dengan godaan dan beratnya dalam prosesnya. Karena mengatasi godaan dan menjalani proses adalah bagian dari nilai kemulian yang mengantar kepada kenikmatan.
Amalan yang mudah dan ringan biasanya cenderung dapat dilakukan oleh banyak orang, karena tidak membutuhkan usaha besar untuk melaksanakannya. Namun, keutamaan amalan semacam itu tidak sebanding dengan amalan yang memerlukan perjuangan lebih. Salah satu contohnya adalah membaca al-Qur’an di pagi hari.
Aktivitas ini menuntut ketekunan dan komitmen, terutama di tengah godaan rasa malas atau kesibukan pagi. Justru, inilah yang membuat amalan tersebut memiliki nilai lebih tinggi, karena menguji kesungguhan seseorang dalam mendekatkan diri kepada Allah. Dengan demikian, kesulitan yang dihadapi menjadi ladang pahala dan pembuktian ketulusan iman.
Mengawali hari dengan membaca Al-Qur’an merupakan langkah luar biasa untuk memulai kehidupan baru setiap pagi. Aktivitas ini tidak hanya mendatangkan ketenangan jiwa tetapi juga menjadi amalan yang mulia, karena dipersaksikan oleh para malaikat. Selain menyaksikan, para malaikat juga mencatat dan melaporkan kebaikan tersebut kepada Allah SWT.
Setiap huruf yang dibaca bernilai pahala yang akan menjadi tabungan amal di akhirat kelak. Membaca Al-Qur’an di awal hari adalah bentuk kesadaran akan pentingnya menjadikan waktu pagi sebagai momen terbaik untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Membaca Al-Qur’an di pagi hari merupakan bentuk kesungguhan pengutamaan kitab suci ini di atas berbagai bacaan atau aktivitas lain. Dalam dinamika kehidupan modern, banyak orang lebih sering teralihkan oleh scrolling media sosial atau berbincang tanpa tujuan yang jelas.
Pilihan kegiatan di pagi hari memang beragam, namun memulai hari dengan membaca Al-Qur’an menjadi praktik yang jarang dilakukan meski memiliki nilai keagungan yang tinggi, tenangkan batin, dan sarat inspirasi untuk menjalani hari.
Hikmah terbesar yang membuat hari penuh berkah adalah dengan memulainya dengan al-Qur’an. Jika serius dan konsisten membaca al-Qur’an setiap pagi maka keberkahan dengan sendirinya dinikmati. Maka penting memulai aktivitas di pagi hari dengan membaca al-Qur’an.
Membaca al-Qur’an yang terbaik adalah di waktu shubuh sebagaimana Allah firmankan dalam surat al -Isra’ ayat 78:
اَقِمِ الصَّلٰوةَ لِدُلُوۡكِ الشَّمۡسِ اِلٰى غَسَقِ الَّيۡلِ وَقُرۡاٰنَ الۡـفَجۡرِؕ اِنَّ قُرۡاٰنَ الۡـفَجۡرِ كَانَ مَشۡهُوۡدًا
“Laksanakanlah shalat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula shalat) subuh. Sungguh, shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)” (QS al-Isra: 78)
Ketika ada terlintas dalam hati di pagi hari ingin membaca al-Qur’an maka segera ambil mushaf, karena itu nikmat yang luar biasa yang tidak diberikan kepada semua hamba.
Atau, ketika muncul rasa penasaran ingin tahu arti atau tafsir suatu ayat, maka segera buka terjemah atau tafsir al-Qur’an karena itu anugerah dari Allah yang tidak diberikan kepada semua orang. Atau tiba-tiba ada keinginan untuk menghafal al-Qur’an maka segera duduk tenang dan jangan ditunda karena itu pemberian Allah.
Jika terpaksa di pagi hari tidak sempat membuka mushaf atau membaca al-Qur’an maka harus berusaha di siang, sore, atau malam hari untuk meluangkan waktu. Tidak melewatkan waktu seharipun tanpa membaca Al-Qur’an.
Ahlul Qur’an itu orang yang mencintai dan senantiasa berinteraksi dengan al-Qur’an. Memprioritaskan al-Qur’an menjadi yang utama dalam kehidupan sehari-hari, terutama pagi hari sebelum melaksanakan aktivitas yang lain.
Mencintai al-Qur’an berarti mendapatkan salah satu tanda dicintai oleh Allah dan Rasulullah. Tidak banyak dan tidak mudah untuk bisa mencintai al-Qur’an dengan berusaha belajar dan interaksi bersama al-Qur’an.
Menyibukkan diri dengan al-Qur’an menjadikan waktunya penuh makna dan umurnya menjadi berkah. Tujuan membaca al-Qur’an bukan hanya membaca tapi untuk mendapatkan petunjuk dari Allah.
Banyak yang merasa kesibukan sehari-hari menghalangi mereka untuk membaca al-Qur’an. Ironisnya, di tengah kesibukan tersebut, waktu untuk berbincang santai, menonton, bermain gim, atau memperbarui media sosial tetap tersedia. Hal ini menandai adanya persepsi keliru bahwa membaca al-Qur’an membutuhkan waktu yang berlebihan.
Padahal, mengawali hari dengan membaca al-Qur’an tidak hanya mendatangkan ketenangan jiwa, tetapi juga menghadirkan keberkahan waktu sepanjang hari untuk memperoleh rahmat Allah SWT.
Tips Betah dan Istiqomah Membaca Al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an adalah amalan mulia yang mendekatkan kita kepada Allah SWT, namun menjaga konsistensi dan kenyamanan dalam melakukannya sering kali menjadi tantangan.
Agar aktivitas ini tetap menjadi rutinitas yang penuh keberkahan dan terasa menyenangkan, diperlukan strategi khusus untuk membantu kita betah dan istiqomah membaca Al-Qur’an setiap hari. Beikut beberapa tips agar bisa istiqomah untuk senantiasa membaca al-Qur’an.
Pertama, ketika hendak membaca al-Qur’an, tidak langsung membacanya tapi berusahalah untuk sejenak memandangi mushaf al-Qur’an sambil berniat dengan berharap kepada Allah. “Yaa Allah saya membaca al-Qur’an ini berharap bisa melihat wajah-Mu ya Allah, meminta ridho-Mu dan syafaat al-Qur’an. Dari setiap huruf dan ayat al-Qur’an yang aku baca menjadi pahala, keberkahan hidup, buanglah semua penyakit hati, penyakit jasad yang membuat aku lemah.”
Kedua, membaca al-Qur’an dengan niat yang disengaja artinya sengaja meluangkan waktu untuk menjadwalkan atau memprioritaskannya. Membaca penuh keyakinan akan menjadi energi dan gairah yang luar biasa. Jika sudah dekat dengan al-Qur’an maka insya Allah terjaga dari keburukan.
Ketiga, mempertebal keyakinan al-Qur’an dengan senantiasa membaca hadist-hadist, kisah-kisah ahlul Qur’an, mendengar ceramah atau tausyiah tentang al-Qur’an. Sejarah dan hikmah dari para sahabat, tabiin, sholihin dalam interaksi bersama al-Qur’an menjadi spirit tersendiri. Banyak kisah-kisah para pecinta al-Qur’an yang luar biasa dan memberikan inspirasi dan motivasi bagi generasi akhir zaman.
Keempat, jika merasa belum lancar atau masih terbata-bata dalam membaca al-Qur’an maka harus menghilangkan rasa malu, gengsi atau takut untuk belajar al-Qur’an kepada orang yang berkompetan dalam memperbaiki al-Qur’an. Meskipun sudah umur tua, dewasa, berkedudukan atau terhormat kedudukannya.
Kelima, dengan mujahadah dan ikhtiar yang kuat, maka al-Qur’an terasa nikmat jika dibaca, dipahami, ditadabburi, berusaha dicintai dan diamalkan.[]
*) Ust. Dr. Abdul Ghofar Hadi, penulis Wakil Sekretaris Jenderal I Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah