AdvertisementAdvertisement

Meneguhkan Khidmat untuk Bangsa, Pesan KH Naspi Arsyad pada Hari Pahlawan 2025

Content Partner

JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Peringatan Hari Pahlawan Nasional yang diperingati setiap 10 November menjadi momentum penting bagi bangsa untuk menengok kembali akar sejarahnya.

Pada kesempatan ini, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, KH Naspi Arsyad, menegaskan bahwa kepahlawanan adalah energi moral yang harus diterjemahkan ke dalam tindakan nyata khususnya oleh umat Islam.

Naspi menjelaskan, peringatan Hari Pahlawan 2025 kali ini dengan tema “Pahlawanku Teladanku, Terus Bergerak, Melanjutkan Perjuangan” mengharuskan bangsa memikirkan ulang relevansi kepahlawanan dalam konteks Indonesia kontemporer.

Dia menyebutkan, tantangan yang dihadapi bangsa kini bersifat struktural mulai dari ketimpangan sosial-ekonomi, polarisasi identitas, krisis literasi, degradasi moral publik, serta ancaman disrupsi teknologi.

“Dengan demikian, kepahlawanan tidak lagi cukup dipahami sebagai keberanian fisik atau heroisme historis, tetapi harus didefinisikan ulang sebagai kemampuan kolektif menghadirkan ketangguhan moral dan sosial,” kata Naspi kepada media ini, Senin, 18 Jumadil Awal 1447 (10/11/2025).

Dalam kerangka inilah, terangnya melanjutkan, peran ormas Islam seperti Hidayatullah menemukan relevansi strategis. Gerakan ini selama puluhan tahun telah menggabungkan disiplin religius, pendidikan karakter, dan praksis sosial dalam sebuah konsep khidmat.

Khidmat, jelas Naspi, adalah pengabdian yang berakar pada nilai Islam dan diarahkan untuk kebaikan bangsa. Dalam perspektifnya, khidmat dapat dibaca sebagai modal sosial (social capital) yang memperkuat kohesi masyarakat melalui nilai solidaritas, empati, kejujuran, dan kepercayaan.

“Jika modal sosial adalah fondasi paling penting dalam pembangunan bangsa yang stabil, maka Hidayatullah berkontribusi pada pembangunan nasional melalui kehadiran kader kader di sekolah pedalaman, kampus dakwah, panti sosial, pesantren, hingga layanan kebencanaan yang menunjukkan bahwa Hidayatullah mengisi ruang-ruang yang tidak dijangkau negara,” katanya.

Dalam teori pembangunan modern, kontribusi semacam ini disebut sebagai governance from below, yakni mekanisme masyarakat sipil yang memperkuat efektivitas negara.

Lebih jauh Naspi berpesan, tema Hari Pahlawan 2025 menuntut adanya kesinambungan antara nilai historis dan realitas kontemporer. Para pahlawan bangsa memperjuangkan kemerdekaan pada masa sistem kolonial yang represif. Sementara, hari ini, perjuangan harus diarahkan pada peningkatan kualitas manusia.

“Tantangan generasi kini bukan lagi kolonialisme semata, tetapi kerapuhan karakter, rendahnya daya saing, lemahnya literasi digital, dan fragmentasi identitas. Membangun ketangguhan bangsa membutuhkan disiplin moral yang sistemik,” tegasnya.

Dalam kerangka semangat itu, khidmat yang dihidupkan Hidayatullah adalah bentuk kepahlawanan baru dengan berupaya menciptakan manusia unggul melalui pendidikan adab, pembiasaan ibadah, penguatan keluarga, dan aksi sosial berkelanjutan. “Semua ini menjadi penting karena tantangan terbesar Indonesia bukan sekadar ekonomi, melainkan kualitas manusia,” terangnya.

Dalam pada itu, Naspi menambahkan bahwa peringatan Hari Pahlawan 2025 harus dibaca sebagai ajakan untuk menggeser pemahaman kepahlawanan dari romantisme sejarah menuju pembangunan karakter bangsa.

“Di sinilah kontribusi ormas Islam seperti Hidayatullah menjadi sangat signifikan dalam rangka melanjutkan perjuangan dengan keteladanan moral, kecerdasan sosial, dan konsistensi pengabdian,” tandasnya.

Editor: Adam Sukiman
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Program Pelatihan Jahit Dorong Kemandirian Ekonomi Umat di Kawasan Industri Batang

BATANG (Hidayatullah.or.id) -- Kemandirian ekonomi menjadi salah satu fondasi penting bagi pembangunan bangsa. Di tengah tantangan lapangan kerja dan...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img