DUA ORANG merantau ke ibu kota. Masing-masing menempati sepetak tanah berdampingan. Yang pertama dengan izin pemiliknya. Dan ia boleh menempatinya sampai kelak ia harus menyerahkannya kembali.
Maka ia pun membuat rumah sederhana sekedar untuk berteduh. Ia selalu ingat bahwa tanah itu pinjaman. Dan karenanya ia menabung untuk bisa membangun rumah sendiri di kampungnya.
Orang yang kedua, asal serobot saja. Dia pun membangun rumah di atasnya. Kian tahun rumah itu dibesarkan. Bahkan ditingkat dan megah.
Sampai saatnya tiba pemiliknya datang dan mengambil tanahnya. Ada dua sikap yang jauh berbeda.
Orang yang pertama mengucapkan terimakasih karena ia sadar dengan kemurahan pemilik tanah ia bisa berteduh di perantauan bertahun- tahun dan telah bisa menyiapkan rumah sendiri.
Orang yang kedua marah dan murka. Karena ia merasa kehilangan rumah yang selama ini ia gunakan dan nikmati. Dan ia tak punya apa-apa lagi selain rumah yang akan dihancurkan itu.
Dia juga berfirman dalam surat Al-Hadid ayat ke-20,
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS Al-‘Ankabut: 64).
Apa yang kita miliki di dunia ini hakekatnya adalah pinjaman. Dan saatnya nanti akan diambil kembali oleh Allah SWT. Kita akan ke kampung sejati kita di akhirat.
Sudahkah kita menyisihkannya dan menyiapkannya dengan baik? Ataukah semua kita habiskan untuk kebanggaan dunia kita semata yang sebentar akan kita tinggalkan?
HANIFULLAH HANNAN