JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, Dr. H. Nashirul Haq, Lc, MA, menutup rangkaian acara Training Kepemimpinan Dewan Pengurus Daerah (DPD) Hidayatullah digelar Hidayatullah Institute (HI) dan Bidang Pembinaan dan Pengembangan Organisasi (PPO) DPP Hidayatullah, Jum’at malam, 30 Dzulqaidah 1445 (7/6/2024).
Training kepemimpinan bertajuk “Kepemimpinan Manhaji: Menjadi Pemimpin yang Visioner dan Progresif” ini berlangsung intensif selama 5 hari di Gedung Pusat Dakwah Hidayatullah, Cipinang Cempedak, Otista Polonia, Jatinegara, Jakarta.
Dalam sambutannya di hadapan alumni pelatihan kepemimpinan Hidayatullah Institute angkatan ke-XI, Dr. H. Nashirul Haq, Lc, MA, menekankan peran krusial seorang pemimpin dalam mengarahkan timnya menuju visi yang jelas dan terarah.
Ia memaparkan gagasan kepemimpinan visioner Hidayatullah, yang berlandaskan pada prinsip-prinsip Islam dan mengedepankan nilai-nilai fundamental organisasi.
Menurutnya, kepemimpinan visioner di Hidayatullah tidak lepas dari penetapan target yang jelas. “Harus ada target, itu adalah makna dari visioner,” tegasnya.
Target ini terang dia menjadi kompas yang menuntun langkah tim dalam mencapai tujuan bersama.
Lebih lanjut, ia menjelaskan makna ‘manhaji’ yang menjadi landasan kepemimpinan Hidayatullah. Manhaji berarti berpikir dan bertindak sejalan dengan tuntunan Al Qur’an dan As Sunnah. Prinsip ini menanamkan nilai-nilai keislaman yang kuat dalam setiap langkah dan keputusan organisasi.
Dr. Nashirul Haq kemudian menjabarkan kriteria pemimpin manhaji yang ideal. Pertama, pemimpin manhaji harus visioner, yaitu memiliki visi jangka panjang yang jelas dan terarah. Visi ini melandaskan gerakan organisasi pada nilai inti bahwa amal shaleh adalah jihad sepanjang masa.
Kedua, pemimpin manhaji harus progresif, yaitu tidak menunda amal shaleh dan selalu memanfaatkan kesempatan untuk berkhidmat kepada kebaikan. Ia menekankan bahwa pemimpin harus selalu bergerak maju dan tidak terpaku pada zona nyaman.
“Kalau sudah selesai mengerjakan suatu tugas maka lanjutkanlah menjalankan pekerjaan lainnya yang bermanfaat untuk umat,” terangnya.
Ketiga, pemimpin manhaji harus memiliki bekal yang kokoh, yang ia sebut sebagai “superstruktur”. Ia menegaskan bahwa superstruktur menjadi fondasi penting bagi setiap gerakan yang progresif.
“Superstruktur sebagai pondasi yang ada di Hidayatullah ini tidak hanya berbentuk fisik,” imbuhnya, seraya menegaskan superstruktur menjadi komponen amat penting yang mendenyuti setiap gerakan.
Di samping menekankan kriteria pemimpin manhaji, ia juga berpesan kepada para alumni pelatihan untuk senantiasa membangun budaya belajar dan tidak mudah puas dengan apa yang telah didapat. Dia mengingatkan bahwa ilmu pengetahuan tidak ada yang instan dan membutuhkan pengorbanan.
“Semakin tinggi ilmu itu maka semakin tajam masalah spesifik yang kita dalami. Dengan ilmu yang didapat itulah yang dipakai untuk menyelesaikan masalah,” pesannya.
Sebanyak 40 peserta pelatihan ini 90 persen telah mengikut Marhalah Wusta dengan tingkat pendidikan mayoritas sarjana dan umumnya masih muda. Oleh karena itu, sebagai angkatan muda, Nashirul berpesan hendaknya merawat semangat muda. Ia mencontohkan Nabi Muhammad SAW yang mampu membawa perubahan revolusioner karena telah dipersiapkan sejak kecil.
“Eksistensi dari pemuda adalah iman dan takwa. Kenapa Nabi ketika diangkat menjadi nabi memberikan perubahan yang revolusioner, karena sudah dipersiapkan mulai dari kecil sampai menginjak remaja,” imbuhnya, menandaskan.
375 Alumni
Direktur Hidayatullah Institute, Muzakkir Usman Asyari, dalam kesempatan penutupan acara ini menyampaikan pelatihan yang diselenggarakan selama 5 hari ini bertujuan untuk membekali peserta dengan beragam pengetahuan dan keterampilan kepemimpinan Islam yang esensial, serta mempersiapkan mereka untuk menjadi pemimpin masa depan Hidayatullah yang tangguh dan berwawasan luas.
Muzzakkir melaporkan bahwa pelatihan kepemimpinan HI telah mencapai batch 11 dengan total alumni mencapai 375 orang.
Dia menekankan bahwa pelatihan ini dirancang khusus untuk membekali para alumni dengan berbagai kompetensi kepemimpinan yang dibutuhkan untuk membawa Hidayatullah ke masa depan yang lebih gemilang
Peserta juga dibekali pengetahuan dan keterampilan project management, mempelajari keterampilan networking, dan membekali peserta berupa pengetahuan dan keterampilan manajemen tim kerja dengan melakukan studi banding salah satunya ke kantor salah satu organisasi Islam tertua di Tanah Air yaitu PP Persatuan Islam (Persis) di Kota Bandung, Jawa Barat.*/Yacong B. Halike