JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Keberadaan seorang dai ditengah umat akan dirasakan manakala ia memiliki visi Lillahi Ta’ala sebagai modal besar dalam menjalankan perannya sebagai juru dakwah yang menyampaikan pencerahan di tengah umat.
“Disinilah pentingnya para dai untuk memiliki visi yang jelas dalam menjalankan tugas sebagai pencerah di tengah umat,” kata Ketua Bidang Dakwah dan Pelayanan Umat DPP Hidayatullah Drs. H. Nursyamsa Hadist di Jakarta.
Hal ini menjadi poin penting yang disampaikan oleh Nursyamsa Hadist dalam agenda Sarasehan Dakwah dan Upgrading Dai di Coworking Space, Lt. 4, Gedung Pusat Dakwah Hidayatullah, Cipinang Cempedak, Otista, Polonia, Jatinegara, Jakarta, Kamis, 2 Sya’ban 1444 (23/2/2023).
Pada kesempatan tersebut, Nursyamsa memberi penguatan kepada seluruh puluhan perwakilan dai muda yang hadir dalam agenda sarasehan dengan mengutip kitabullah surah Ali Imran ayat 110.
“Jalan dakwah adalah jalan terbaik, sehingga jangan ada keraguan sedikitpun dalam menjalankan tugas sebagai seorang dai. Allah dan Rasul-Nya yang memberi jaminan sebagai umat terbaik disebabkan tugas menjadi penyeru kepada yang ma’ruf serta mencegah yang mungkar,” katanya.
Di kesempatan yang sama, narasumber lainnya yaitu Anggota Dewan Murabbi (DM) Hidayatullah KH. Zainuddin Musaddad atau yang lebih akrab dengan sapaan Abah Zain berkesempatan menyampaikan materi Jatidiri Hidayatullah.
Abah Zain menekankan kepada seluruh kader dai yang hadir dalam agenda sarasehan agar keenam poin Jatidiri Hidayatullah hendaklah mampu ditampilkan menjadi kepribadian seorang dai. Enam Jatidiri Hidayatullah itu adalah: 1. Sistematika Wahyu (SW) sebagai manhaj tarbiyah dan dakwah, 2. Ahlus Sunnah wal Jamaa, 3. Al Harakah Al Jihadiyah Al Islamiyah, 4. Imamah dan Jamaah, 5. Jama’atun minal muslimin, dan 6. Wasathiyah.
“Tugas kita ini menampilkan jati diri Hidayatullah dalam diri kita, bukan diminta untuk mengurai keenam poin itu lalu kemudian disampaikan ke orang lain. Kalau ini bisa ditampilkan, diperagakan, bahkan sekedar senyum saja, orang sudah tertarik untuk ikut dalam barisan Hidayatullah,” imbuhnya.
Dia menegaskan, betapa pentingnya jati diri itu melekat dalam diri seorang dai sehingga tidak boleh hanya terdengar suara. Enam nilai utama itu juga harus tertancap dalam jiwa sehingga terwujud dalam sikap dan tingkah laku seorang pejuang.
“Dengannya akan dibukakan jalan kemudahan, dipertemukan dengan orang-orang shaleh, Allah yang akan mengurus urusan kita serta memberikan ilmu yang belum kita pahami,” tambah Abah Zain.
Selanjutnya yang menjadi pemateri ketiga adalah Anggota Dewan Muzakarah Hidayatullah Ust. Akib Junaid. Dalam kesempatan sarasehan dakwah tersebut, pembina Persaudaraan Dai Indonesia (Posdai) ini berbagi kiat-kiat dalam menjawab peluang serta tantangan dakwah khususnya di Ibu kota DKI Jakarta.
Akib menyampaikan bahwa peluang dakwah khususnya di DKI Jakarta sangat besar dibandingkan dengan daerah lain. Dia menyebutkan, dengan jumlah populasi yang begitu besar serta kemudahan fasilitas yang lengkap memungkinkan untuk membangun kerjasama (kolaborasi) dengan berbagai pihak, utamanya para pengurus masjid (DKM), baik masjid yang terletak di tengah pemukiman warga maupun yang ada di instansi pemerintahan dan perkantoran.
“Salah satu cara menemukan lahan dakwah adalah dengan bergerilya, gencar silaturahim dalam rangka membangun jaringan dan persaudaraan. Bagaimana mungkin kita bisa memanfaatkan peluang dakwah yang ada kalau kemudian kita tidak mau bergerak,” tantang Akib.
Sekaligus yang menjadi tantangan dakwah di DKI Jakarta adalah tingkat keseriusan kita dalam memanfaatkan peluang. Menurutnya, kesiapan dalam menyergap serta memaksimalkan peluang dakwah menjadi satu tantangan tersendiri dikalangan para dai.
“Disinilah pentingnya kita berada dalam dakwah berjamaah seperti KMH. Sebab dakwah ini adalah pekerjaan besar dan tidak ringan, sehingga harus dilakukan secara bersama”, tambahnya.
Selanjutnya, terang Akib lebih jauh, agenda dakwah juga perlu menentukan target. Pendek, menengah, dan target jangka panjang. Karena besarnya target yang ingin dicapai, maka besar pula SDM yang perlu disiapkan. Sehingga dia menyarankan KMH sebagai wadah para mubaligh/dai perlu secara serius dalam mencetak, mengupgrade serta merekrut dai.
“Ini perlu dipersiapkan secara serius agar tidak terkesan asal-asalan, sehingga target sukses dakwah di DKI Jakarta dapat terwujud,” tandasnya.*/Adam Marzuki Attinigi