
JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Di tengah krisis moral global dan kebingungan sebagian umat dalam memahami Alquran secara utuh, hadir sebuah buku yang memberi arah sekaligus pencerahan “Manhaj Nabawi Merujuk Sistematika Wahyu” karya Dr. Nashirul Haq, MA.
Buku ini bukan sekadar karya akademik, tapi juga rangkuman dari pergulatan panjang dalam menelusuri jejak dakwah Rasulullah SAW sebagaimana digagas oleh pendiri Hidayatullah, Ust. Abdullah Said.
“Pertanyaan mendasarnya sederhana namun menggugah, Rasulullah SAW membangun peradaban hanya dalam waktu 23 tahun dengan Alquran. Mengapa kita tidak bisa?” Maka, jawabannya pun ditelusuri—ada sistem yang teratur dalam proses itu, yakni Sistematika Wahyu,” papar Nashirul mengawali ulasannya.
Bedah buku yang berlangsung di Gedung Pusat Dakwah Hidayatullah, Selasa, 8 Dzulqa’dah 1446 (6/5/2025) ini mengantar publik menyelami kembali bagaimana Alquran turun secara bertahap, sistematis, dan sesuai kebutuhan zaman.
Bagi para kader dakwah Hidayatullah, pola ini mungkin sudah terasa, namun seringkali belum terbahasakan. Di sinilah pentingnya buku ini menjadi jembatan antara rasa dan nalar, antara pengalaman ruhani dan pemikiran sistemik.
Berawal dari inspirasi Tafsir Sinar karya Buya Malik Ahmad yang menafsirkan Alquran berdasarkan urutan turunnya, Ust. Abdullah Said menyusun konsep dasar dalam berislam: bukan dari urutan mushaf, tapi dari sistematika wahyu.

“Misalnya, Al-Alaq sebagai awal turunnya wahyu bukan sekadar seruan membaca, tapi kesadaran tauhid dan pencerahan akal. Islam bukan dogma, tapi pembebasan manusia menuju jati dirinya. Ibn Taymiyah pun menyebut bahwa dalam Al-Alaq sudah terkandung hujjah tentang keesaan Allah,” tegas Dr. Nashirul Haq, MA yang juga Ketua Umum DPP Hidayatullah.
Kemudian turun Al-Qolam, yang memperkenalkan akhlak Qur’ani dan menyusun fikrah yang lurus. Dilanjutkan Al-Muzammil, seruan untuk memperkuat diri lewat ibadah malam sebagai buah dari kesadaran tauhid.
Al-Mudatstsir datang sebagai panggilan dakwah. Saat akhlak tertanam, ibadah menjadi nafas, maka menyampaikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam adalah keniscayaan.
Hingga pada akhirnya, Al-Fatihah menjadi simpulan sekaligus fondasi ajaran Islam—mengandung konsepsi, pola dasar, dan metode hidup dalam satu paket sempurna.
Dr. Nashirul Haq, dalam bukunya ini, bukan hanya mengulas teori. Ia merangkum sejarah perjuangan, pengalaman spiritual, dan arah perubahan peradaban dengan pendekatan yang segar dan membumi.
Bedah buku ini menghadirkan narasumber pembedah Koordinator Staf Khusus Menteri Agama RI KH. Farid F. Saenong, M.Sc., Ph.D.
Buku Manhaj Nabawi Merujuk Sistematika Wahyu dipandang bukan hanya penting untuk kalangan pesantren atau kader dakwah. Buku ini adalah ajakan untuk siapa pun yang ingin membaca Alquran dengan hati, memahami Islam dengan cara yang sistematis dan menyeluruh.
Bacaan ini bukan untuk sekali duduk. Ia akan terus memanggil pembacanya untuk membuka lagi, merenung, dan menghidupkan kembali semangat membangun peradaban—sebagaimana yang telah dimulai oleh Rasulullah SAW, dari satu ayat yang menggetarkan: Iqra’.*/