DEPOK (Hidayatullah.or.id) – Sebagaimana tahun sebelumnya, Tim Search and Rescue (SAR) Hidayatullah kembali menggelar peringatan 17 Agustus. Kali ini bersama dengan Komunitas Peduli Ciliwung Depok akan memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia dengan kegiatan unik.
Kegiatan berbeda tersebut yaitu mengibarkan bendera Merah Putih di tempat bersejarah di Kota Depok yakni Jembatan Panus pada Kamis (17/8/2017) pagi.
Kepala SAR Hidayatullah Pusat Syaharuddin Yusuf mengatakan pengibaran bendera Merah Putih di salah satu situs sejarah Kota Belimbing tersebut sebagai momentum menumbuhkan dan merawat semangat patriotisme.
“Jembatan Panus tentu tidak sekedar peninggalan Belanda yang dibangun jauh sebelum Indonesia merdeka. Jembatan Panus juga menarik kita untuk melakukan refleksi sejarah bahwa bangsa kita ini sungguh luar biasa istimewa. Mari kita jaga selalu,” kata Syaharuddin kepada media ini di sela-sela pemasangan bambu pionering di lokasi, Selasa (15/08/2017).
Diketahui jembatan Panus dibangun pada tahun 1917 oleh seorang insinyur Belanda bernama Andre Laurens. Pada masa pemerintahan Belanda, jembatan ini merupakan satu-satunya jembatan penghubung antara Depok dengan Bogor dan ke Batavia.
Saat ini Jembatan Panus memiliki fungsi sebagai pemantau naiknya debit kiriman air dari Bogor saat musim penghujan. Hal ini dikarenakan, salah satu kaki jembatan itu digunakan sebagai tiang ukur memantau ketinggian air untuk mewaspdai banjir saat musim penghujan, khususnya bagi kepentingan warga Jakarta.
Sama halnya dengan bangunan peninggalan Belanda lainnya, jembatan ini tetap kokoh berdiri padahal sering dihantam banjir hingga kini.
Kata Syahar, Komunitas Peduli Ciliwung Depok yang menggandeng SAR Hidayatullah akan menggelar pengibaran bendera Merah Putih ini pada Kamis, 17 Agustus 2017 jam 07.30 di jembatan tersebut bertepatan dengan Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-72 17 Agustus 2017 yang mengusung motto “Indonesia Kerja Bersama”.
Bendera Merah Putih akan dibawa menyusuri Sungai Ciliwung sejauh tiga kilometer dari titik awal keberangkatan di Jembatan Grand Depok City (GDC), Sukmajaya, Depok. Pengibaran bendera akan diikuti oleh warga, komunitas, pelajar, dan mahasiswa.
Rencannya sebanyak 20 orang bocah Ciliwung akan berenang di Sungai Ciliwung Depok mengiringi tim pengibar bendera, dari dermaga Kota Kembang Grand Depok City menuju tempat upacara pengibaran bendera di atas jembatan bersejarah, Jembatan Panus, Jalan Siliwangi, Depok Lama yang tahun ini seabad usianya (1917-2017).
Menurut perwakilan Komunitas Peduli Ciliwung, Taufik DS , pengibaran bendera Merah Putih di area Sungai Ciliwung ini merupakan penyelenggaraan kali keempat. Tiga tahun sebelumnya, pengibaran bendera selalu dilakukan di aliran Sungai Ciliwung tepatnya di bawah Jembatan Grand Depok City.
“(Acara) ini tentu saja terbuka untuk umum. Peserta silakan datang lebih awal untuk melihat kedatangan rombongan pengibar bendera menggunakan perahu karet diiringi formasi 20 orang body rafter cilik. Karena areal badan jembatan minum target peserta 200 orang saja,” ujarnya dikutip Kompas.
Taufik menyebutkan, bendera Merah Putih akan dibawa oleh tiga orang pengibar bendera asal SMA 3 Depok dan SMA 4 Depok ditemani empat orang pendayung dari tim SAR Hidayatullah.
Sementara, perahu kedua diisi oleh tiga siswa pembawa naskah dari SMA 8 Depok didampingi 4 orang pedayung dari organisasi Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI).
“Selama pengarungan kedua perahu dikawal 20 orang body rafter menggunakan tubing. Mereka start dari basecamp KCD di Kota Kembang/GDC dan berakhir di kaki Jembatan Panus. Selanjutnya memasuki lapangan upacara di atas badan Jembatan Panus yang tahun ini memasuki usia seabad,” tambah Taufik.
Taufik mengatakan selama menunggu kedatangan tim perahu, tim marching band akan menghibur masyarakat di area Jembatan Panus. Kedatangan tim perahu dari Grand Depok City di Jembatan Panus diperkirakan 30 menit.
“Tahun ini benda bersejarah itu (Jembatan Panus) berusia satu abad, di samping melaksanakan visi KCD yaitu mengajak masyarakat kampung yang dilewati aliran Ciliwung melakukan kegiatan dalam menjaga dan merawat Ciliwung di wilayahnya, minimal mempertahankan sempadan sungai sebagai daerah konservasi,” katanya.
Komunitas Ciliwung Depok adalah kumpulan relawan yang bergerak independen dengan dasar keresahan karena semakin meluasnya kerusakan di aliran Sungai Ciliwung bagian tengah.
Kerusakan Sungai Ciliwung akibat alih fungsi sempadan, pengerukan empang dan setu, pembuangan limbah pabrik dan rumah potong ternak termasuk membuang sampah di sungai.
Bersama berbagai kalangan lainnya termasuk SAR Hidayatullah, Komunitas Peduli Ciliwung Depok terus melakukan gerakan merawat sungai Ciliwung dan aktif mengkampanyekan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. (ybh/hio)