AdvertisementAdvertisement

Dokter Kemala Intan Soroti Peran Generasi Muda dan Urgensi Pendidikan Masa Kini

Content Partner

MEDAN (Hidayatullah.or.id) — Markas Hidayatullah Al-Quran Learning Centre (HALC) di Kota Medan siang hari itu menjadi terasa istimewa dengan kehadiran kunjungan dari seorang akademisi, dr. Tengku Kemala Intan, M.Pd., M.Biomed., Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU), Sabtu, 18 Rajab 1446 (18/1/2025).

Kadatangan dr. Tengku Kemala Intan, M.Pd., M.Biomed diterima langsung oleh Pengasuh Markas Hidayatullah Al-Quran Learning Centre Medan Ust. Khoirul Anam serta sejumlah pengurus dan jajaran.

Pada kesempatan tersebut dr. Intan menyampaikan kunjungan ini bertujuan mempererat silaturahmi sekaligus menjalin kerja sama di bidang pendidikan dan pembinaan masyarakat.

Dalam kesempatan obrolan di studio Hidayatullah Al-Quran Learning Centre Medan, dr. Intan sampaikan sejumlah pandangan tentang urgensi pendidikan sebagai pilar utama keberlanjutan suatu negara.

Dokter Intan, demikian sapaan akrabnya, merupakan figur yang tidak hanya ahli di bidang kedokteran, tetapi juga pendidikan dan biomedik. Dengan gelar doktor dalam Ilmu Kedokteran, ia terus menunjukkan semangat belajar yang luar biasa, bahkan di usianya yang ke-63. Saat ini, ia juga menempuh pendidikan pembelajaran Al Qur’an di Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran (STIQ) As Shiddiq Hidayatullah Medan.

Di luar perannya sebagai dosen, dr. Intan adalah pendiri Yayasan Pendidikan Graha Kirana yang mengelola SMP, SMA, dan perguruan tinggi yang segera akan berstatus universitas, serta Yayasan Pendidikan Salsabila yang fokus pada pendidikan dasar. Dedikasinya terhadap pengembangan pendidikan menjadikannya tokoh sentral dalam diskusi tentang kualitas dan moralitas bangsa.

Pendidikan sebagai Prioritas Utama

Dalam diskusinya bersama tim HALC, dr. Intan menegaskan bahwa pendidikan adalah prioritas utama dalam menjaga keberadaan dan kekuatan suatu negara.

“Pendidikan merupakan hal yang sangat prioritas dalam menjaga keberadaan dan kekuatan suatu negara. Tidak ada negara yang bisa mempertahankan eksistensinya jika tidak memprioritaskan pendidikan generasi mudanya,” ujarnya.

Menurutnya, kualitas pendidikan sebuah negara sangat bergantung pada pola pendidikan di tingkat keluarga. Rumah tangga sebagai unit terkecil masyarakat memiliki peran vital dalam membentuk karakter generasi penerus. Dari keluarga yang kuat akan lahir masyarakat yang solid, dan pada akhirnya membangun negara yang kokoh.

Ketika ditanya tentang kemunduran tingkat religiusitas umat Islam di Indonesia, dr. Intan memberikan analisis yang tajam. Ia menjelaskan bahwa religiusitas tidak hanya dilihat dari aspek ritual, tetapi juga nilai yang diwujudkan dalam perbuatan sehari-hari.

“Nilai itu hanya bisa terlihat dalam perbuatan, dan perbuatan itu memiliki banyak variabel. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kunci dalam menanamkan nilai-nilai religius,” terangnya.

Ia mengungkapkan keprihatinannya terhadap kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan yang ada saat ini. “Kita perlu bertanya pada diri sendiri, apakah ada yang salah dalam metodologi pendidikan kita? Apakah cara kita menyampaikan nilai-nilai ajaran Islam sudah efektif?” tanyanya.

dr. Intan juga mencatat bahwa penurunan religiusitas tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di berbagai belahan dunia. Di negara-negara Barat, misalnya, fenomena agnostisisme semakin meningkat di kalangan generasi muda. Menurutnya, ini adalah tantangan global yang memerlukan pendekatan baru dalam pendidikan nilai.

Membangun Ketahanan Nilai di Rumah Tangga

Dalam pandangannya, keluarga memainkan peran sentral dalam menjaga nilai-nilai religius dan moralitas. Ia menekankan pentingnya visi dan misi keluarga yang kuat.

“Orang tua harus memiliki persiapan untuk menghadapi berbagai tantangan zaman. Tidak cukup hanya melarang anak-anak, tetapi perlu menyediakan fasilitas dan ruang yang dapat membantu mereka menyalurkan kreativitas dengan cara yang positif,” jelasnya.

Intan juga menggarisbawahi perlunya konsistensi pola pendidikan di lingkungan masyarakat. Ia menyoroti tantangan yang dihadapi orang tua dalam menghadapi berbagai pengaruh dari luar, seperti gaya hidup dan teknologi.

“Kita perlu memastikan bahwa lingkungan mendukung pendidikan nilai, baik di rumah, sekolah, maupun masyarakat luas,” tambahnya.

Peran Pemerintah dan Komunitas

Ketika ditanya tentang siapa yang paling bertanggung jawab dalam menjaga generasi, dr. Intan menjawab bahwa peran utama ada pada keluarga. Namun, ia juga menekankan pentingnya sinergi antara keluarga, sekolah, dan pemerintah.

“Permasalahan ini harus diurai dari bawah ke atas. Informasi paling akurat tentang kondisi masyarakat ada di tingkat bawah. Oleh karena itu, para pemimpin di berbagai tingkatan harus memiliki visi yang jelas untuk mendukung pendidikan,” katanya.

dr. Intan mengkritik minimnya fasilitas pendidikan yang terjangkau bagi masyarakat luas. Ia mencontohkan kurangnya sarana seperti warnet yang terkontrol dan mendukung kreativitas anak-anak di lingkungan sekolah.

“Hanya sekolah tertentu yang memiliki fasilitas ini, dan harganya tidak terjangkau oleh sebagian besar masyarakat. Ini adalah dilema yang harus kita pecahkan bersama,” ujarnya.

Mengakhiri diskusi, dr. Intan mengajak semua pihak untuk berkomitmen terhadap transformasi pendidikan yang holistik. Ia percaya bahwa perubahan harus dimulai dari pola pikir setiap individu.

“Kita tidak bisa menyelesaikan masalah ini sendirian. Dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan institusi pendidikan untuk membangun masa depan yang lebih baik,” tutupnya. (ybh/hidayatullah.or.id)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Guru dan Transformasi Pendidikan Islam

PADA Selasa, 21 Januari 2025 lalu, sebuah pesan jalur pribadi (japri) via WhatsApp dari seorang kawan tiba, isinya singkat...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img