NUNUKAN (Hidayatullah.or.id) — Dakwah di wilayah perbatasan memiliki tantangan yang kompleks, terutama di daerah seperti Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara. Menyikapi kondisi ini, Hidayatullah Nunukan menginisiasi kegiatan halaqah dai di Desa Balansiku, bertempat di Masjid Al-Ikhsan. Acara berlangsung selama dua hari, dari 30 November hingga 1 Desember 2024, dengan dihadiri oleh 20 dai dari Nunukan dan Sebatik.
Koordinator dai tangguh Nunukan, Ust. Zakaria Murdodo, menekankan bahwa kegiatan ini merupakan wadah penting dalam penguatan kapasitas dai.
Menurutnya, dakwah di wilayah tapal batas negara memegang peranan penting dalam memperkuat integrasi bangsa dan menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Wilayah perbatasan, seperti di Pulau Sebatik, sering kali menghadapi tantangan khusus, termasuk keragaman budaya, keterbatasan akses pendidikan, dan masih minimnya fasilitas keagamaan.
“Kegiatan seperti ini harus terus dibangun agar peran dai di masyarakat semakin baik,” ujarnya. Zakaria juga menekankan pentingnya pengendalian diri serta pendalaman ilmu sebagai bekal menghadapi tantangan dakwah di daerah perbatasan.
Dakwah di tapal batas terang dia mengejawantah komitmen bersama untuk membangun peradaban yang kokoh berbasis nilai-nilai Islam dan wawasan nusantara.
Melalui khidmat dakwah di kawasan ini, tegas Zakaria, wilayah perbatasan menjadi bagian integral dari NKRI serta menjadi pusat kekuatan keagamaan, budaya, dan ekonomi bangsa.
Semangat gotong royong yang melandasi amanah dakwah ini menjadi kekuatan kolaboratif yang memberikan dampak signifikan, terutama di wilayah dengan keterbatasan akses seperti Sebatik.
“Melalui halaqah ini, para dai diharapkan semakin tangguh dalam menghadapi tantangan tahun 2025, menjadikan dakwah sebagai kekuatan transformasi masyarakat perbatasan,” imbuh Zakaria.
Dai di wilayah tapal juga terlibat dalam pemberdayaan sosial dan ekonomi. Hal ini membantu masyarakat perbatasan meningkatkan kesejahteraan sekaligus menjaga keutuhan wilayah NKRI melalui kerja sama yang harmonis.
Dengan program yang terarah dan kolaborasi yang kuat, lanjut dia, kegiatan halaqah ini menjadi langkah strategis dalam membangun umat di pesisir berbasis nilai-nilai keislaman di daerah tapal batas.
Salah satu peserta, Ust. Amin dari Desa Aji Kuning, mengungkapkan rasa syukurnya atas terlaksananya kegiatan ini.
“Alhamdulillah, spirit dakwah kembali tercahaya. Kami sangat membutuhkan kegiatan seperti ini, terutama di perbatasan negeri yang sulit,” ujarnya.
Amin melihat beragamnya tantangan di daerah perbatasan, termasuk perbedaan budaya masyarakat setempat yang sebagian berasal dari negara tetangga, Malaysia.
Karena itu, Amin mengatakan halaqah ini tidak hanya menjadi media peningkatan spiritualitas dan kapasitas, tetapi juga pembentukan karakter dai yang lebih tangguh. Ia berharap kegiatan serupa dapat terus dilakukan untuk memperkuat dakwah.
“Semoga dukungan ini terus menguatkan dakwah kita,” imbuhnya.
Dukungan aktif dari Lembaga Amil Zakat Nasional Baitulmaal Hidayatullah (BMH) menjadi salah satu faktor keberhasilan acara ini.
Kepala Divisi Program dan Pemberdayaan BMH Kaltara, M. Noer Komara, menyampaikan harapannya agar kegiatan ini membawa dampak positif yang berkelanjutan. “Kami berharap para dai lebih siap dengan perbaikan diri dan peningkatan iman,” ujarnya.
Acara halaqah dai menguatkan sinergi antara BMH dan Hidayatullah dalam mendukung peran dai di wilayah terpencil. Komara menegaskan komitmen bersama untuk menghadirkan perubahan positif di Pulau Sebatik melalui pendekatan dakwah yang hikmah. */Herim