DEPOK (Hidayatullah.or.id) — Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah Ust. Dr. H. Nashirul Haq, MA, mengatakan Hidayatullah adalah sebagai wadah berhimpun di dalam ikatan Tauhid dan wadah berjamaah dalam ikatan iman.
Hal itu disampaikan saat memberi Orientasi Umum menandai dibuka dan dimulainya kegiatan Daurah Marhalah Ula (DMU) serentak 4 hari secara nasional yang pembukaannya digelar secara hibryd berpusat di Kampus Pondok Pesantren Hidayatullah Batu Aji, Kota Batam, Kepulauran Riau, Rabu, 9 Sya’ban 1444 (1/3/2023).
Ia menegaskan, Hidayatullah hadir sebagai wadah untuk melanjutkan misi kerasulan Rasulullah Muammad SAW untuk menebarkan cahaya Islam sebagaimana tertuang dalam Pedoman Dasar Organisasi (PDO) Hidayatullah.
“Itulah sebabnya di logo Hidayatullah ditengahnya ada gambar Ka’bah karena kita ingin bersatu dalam aqidah Islam. Hidup berjamaah adalah kebutuhan dan syariat bagi seluruh kaum muslimin,” katanya.
Selain itu, lanjut dia, Hidayatullah adalah wadah tarbiyah. Yakni, wadah pendidikan untuk melahirkan generasi yang berkualitas dan menyemai lahirnya generasi Rabbani.
“Pesantren dan sekolah Hidayatullah adalah salah satu wadah untuk mewujudkan misi ini,” imbuhnya dalam pidatonya dari Kota Depok.
Lebih jauh, Nashirul mengatakan, Hidayatullah juga sebagai wadah dakwah untuk menyebarkan nilai-nilai Islam ke seluruh umat manusia dan menjadi rahmat bagi semesta.
“Dengan peran itu, Hidayatullah adalah wadah pelayanan dan pemberdayaan umat dengan berbagai program-programnya di masyarakat,” tukasnya.
Tak kalah penting, ia menerangkan bahwa Hidayatullah adalah wadah pemersatu dan penyalur memperjuangkan aspirasi umat Islam. Kesemua itu berorientasi untuk mewujudkan peradaban Islam yaitu terbangunnya sebuah kehidupan yang berlandaskan nilai iman nilai nilai Islam.
Maka, jelasnya melanjutkan, untuk tujuan itulah Hidayatullah menghadirkan lembaga-lembaga pendidikan agar melahirkan pejuang-pejuang peradaban yang berkualitas.
“Berkualitas ilmunya, berkualitas imannya, berkualitas amalnya, dan ini harus menyatu sehingga lahir generasi Rabbani yang ditunggu dan diharapkan oleh dunia,” pesannya memotivasi.
Diriingi pula oleh semangat tersebut, UNH menyebutkan bahwa sistem pendidikan di Hidayatullah adalah pendidikan holistik atau integral yang memadukan aspek spiritual, aspek intelektual, aspek jasmani, aspek sosial, dan aspek kepemimpinan.
“Ini dalam rangka melahirkan generasi yang siap untuk menghadapi tantangan zaman yang begitu berat menantang,” katanya.
Dia menegaskan, aspek spiritual dan moral harus menjadi prioritas utama dan pertama dalam pendidikan. Aqidah, akhlak, dan ibadah itulah yang harus menjadi perhatian yang sungguh-sungguh dari kita semua termasuk adik-adik sekalian, terangnya.
Itulah sebabnya, sambungnya, dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pemerintah sesungguhnya telah menetapkan tujuan pendidikan yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
“Dan yang bisa menjawab dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional itu insya Allah adalah lembaga pendidikan Hidayatullah yang menempatkan aspek spiritual ruhiyah di urutan paling utama dan pertama,” katanya.
Barulah setelah itu ada aspek intelektual, aqliyah tsaqofiyah, yang membekali generasi dengan ilmu dan wawasan yang luas. Oleh sebab itu setiap santri harus tampil percaya diri dan tekun berlatih sehingga cakap dalam berbagai bidang dalam menjalankan amanah yang diberikan kepadanya.
Tak lupa ia juga mengingatkan kesehatan jasmani. Menurutnya, kesehatan jasmani seringkali diabaikan padahal ia sangat prinsip. Menukil Imam Hasan al-bashri, UNH mengatakan bahwa anugerah terbesar yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala kepada hambaNya setelah keimanan kepada Allah adalah kesehatan.
“Iman ilmu akan bisa bermanfaat dengan baik manakala kita sehat kita kuat,” tandasnya seraya membaca sebait pantun untuk memotivasi santri agar bisa melampaui kehebatan yang lain dari berbagai bidang.*/Yacong B. Halike