
BOGOR (Hidayatullah.or.id) – Ketua Pimpinan Majelis Syura Hidayatullah, KH Hamim Thohari, membuka secara resmi Pekan Orientasi Pengurus Tingkat Pusat Hidayatullah Periode 2025–2030 yang digelar di Bogor, Jawa Barat, Sabtu, 24 Jumadil Awal 1447 (15/11/2025).
Dalam sambutannya, Hamim menguraikan empat nilai yang ia sebut sebagai fondasi perjuangan agar sebuah gerakan kebaikan dapat terus bertumbuh lintas waktu. Empat nilai dimaksud adalah tahu, mau, mampu, dan waktu.
Menurutnya, nilai-nilai tersebut merupakan kerangka berpikir yang dapat diterapkan secara universal, baik dalam konteks penguatan organisasi Islam maupun dalam upaya merespons kebutuhan umat dan bangsa.
Ia menjelaskan bahwa sebuah gerakan atau individu harus terlebih dahulu memahami tujuan dan orientasi dari setiap tindakan yang dijalankan. “Orang yang berdaya adalah orang yang tahu apa yang dikerjakannya,” katanya menekankan.
KH Hamim melanjutkan pada nilai kedua yaitu kemauan. Ia menekankan bahwa mengetahui saja tidak cukup jika tidak diikuti oleh kesiapan dan kemauan untuk bertindak. Menurutnya, banyak individu yang memiliki pemahaman, namun tidak menunjukkan keberanian untuk melakukan tindakan nyata.
“Tidak sekedar tahu, tapi juga mau. Betapa banyak orang yang tahu, tapi tidak mau melakukan,” ungkapnya.
Pada bagian ini, Hamim mengajak seluruh pengurus untuk menggabungkan dua nilai tersebut agar mampu menjalankan amanah organisasi dengan arah yang jelas. Ia menegaskan korelasi keduanya sebagai elemen dasar yang saling melengkapi dalam proses perubahan.
“Kita ingin tidak sekedar tahu tapi tahu dan mau. Sehingga orientasi ini diharapkan bisa menghantarkan kita ke tujuan,” imbuhnya.
Berikutnya, KH Hamim beralih pada nilai ketiga dan keempat, yaitu mampu dan waktu. Ia menegaskan bahwa setelah seseorang atau organisasi mengetahui dan menginginkan suatu tujuan, maka keduanya harus diikuti oleh kemampuan dalam melaksanakan program serta kesiapan menyediakan waktu untuk memberi manfaat sebesar-besarnya bagi umat.
Dalam penjelasannya, KH Hamim menekankan bahwa kemampuan dan alokasi waktu adalah tuntutan utama bagi siapa pun yang ingin terlibat dalam pembangunan Islam. “Jadi kita harus tahu, mau, mampu, dan ada waktu untuk Islam,” tekannya.
Dia menekankan bahwa perjuangan tidak hanya ditopang oleh wawasan dan niat, tetapi juga oleh kapasitas teknis serta dedikasi waktu. Khusus bagi pengurus pusat, nilai tersebut dinilai krusial mengingat visi Hidayatullah untuk berkontribusi dalam pembangunan peradaban Islam yang membawa maslahat luas bagi kehidupan masyarakat.
Meneguhkan Kesepahaman
Setelah menguraikan empat nilai perjuangan tersebut, KH Hamim menyoroti pentingnya keselarasan dalam tata kelola organisasi. Forum orientasi ini, menurutnya, merupakan ruang konsolidasi penting untuk membangun kesamaan perspektif di antara unsur Dewan Pengurus Pusat, Dewan Muzakarah, Dewan Murabbi Pusat, Majelis Penasehat, serta Pimpinan Majelis Syura.
Ia mengingatkan bahwa kesepahaman antara pihak yang mengawasi dan pihak yang diawasi merupakan unsur penting dalam menjaga ketertiban dan keharmonisan jalannya organisasi.
“Antara yang diawasi dan mengawasi harus memiliki pemahaman dan ukuran yang sama. Harus ada kesepahaman agar tidak terjadi misinterpretasi dalam tata kelola organisasi,” ujarnya.
KH Hamim kemudian menambahkan bahwa keharmonisan organisasi tidak hanya dibangun melalui aturan dan prosedur, tetapi juga melalui hubungan yang baik dan komunikasi yang berkelanjutan.
Ia menekankan pentingnya kedekatan emosional dan intensitas komunikasi dalam memastikan roda organisasi berjalan efektif sesuai arah kebijakan yang telah dirumuskan.
“Harus ada chemistry yang sama, saling bertemu. Dengan begitu akan enak ini perjalanan,” katanya.
KH Hamim juga memberi penguatan kepada seluruh pengurus agar memaksimalkan potensi yang ada dalam diri maupun dalam lingkungan organisasi. Ia menyampaikan bahwa potensi besar yang dimiliki kepengurusan periode ini harus diolah dengan ilmu agar organisasi dapat melakukan percepatan gerakan secara sistematis.
Ia memantik komitmen bagi seluruh pengurus Hidayatullah periode 2025–2030 untuk merumuskan program-program yang terstruktur, responsif terhadap kebutuhan umat dan bangsa, serta sejalan dengan tujuan besar pembangunan peradaban Islam.
“Dengan potensi luar biasa yang ada ini kita lakukan percepatan dengan ilmu, ini akan menjadi sesuatu yang luar biasa,” katanya.






