Hidayatullah.or.id – Satu hal yang patut disyukuri oleh kader Hidayatullah adalah adanya kampus-kampus Hidayatullah yang menjadi alat peraga dalam membangun nilai-nilai dan budaya Islam yang luhur.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Bidang Dakwah dan Dakwah Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, Ustadz Tasyrif Amin, di hadapan ratusan jamaah Masjid Agung ar-Riyadh, Balikpapan, Jumat, (20/5/2016).
Hadir di kesempatan yang sama, 70 orang Koordinator Murabbi dan Ketua Perkaderan Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Hidayatullah seluruh nusantara yang mengikuti Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Bidang Perkaderan dan Pembinaan Anggota Hidayatullah.
Menurut Ust Tasyrif, keberadaan kampus adalah bagian dari metodologi Hidayatullah dalam perannya turut membangun bangsa yang berperadaban mulia. Hal itu bahkan diakui Tasyrif sebagai corak khas dakwah yang sudah berusia 40 tahun, seiring kiprah Hidayatullah dalam membina umat.
“Di kampus-kampus itulah Hidayatullah menggulirkan transformasi nilai-nilai peradaban yang hendak dibangun,” ucap Ust Tasyrif.
Disebutkan, selain kampus sebagai keunggulan utama, pilar peradaban lainnya adalah rumah tangga syariah. Sebab disadari perkembangan dakwah dan tantangannya ke depan menjadikan tidak semua warga Hidayatullah mesti berkampus di satu tempat.
Di sinilah pentingnya, lanjut Ust Tasyrif, peran rumah tangga syariah tersebut sebagai basis pertama penerapan nilai nilai Islam yang luhur.
Menurutnya, perilaku atau budi pekerti yang agung ditampilkan di tengah masyarakat merupakan cermin dari hasil didikan dalam keluarga.
“Karenanya, jika setiap rumah tangga syariah tersebut memerankan fungsi peragaan peradaban Islam, maka itu besar sekali pengaruh dan kontribusinya kepada masyarakat,” ungkap Ust Tasyrif.
Untuk itu, lanjut Tasyrif, diwajibkan setiap rumah tangga kader Hidayatulllah menjadi alamat pertama dari peradaban Islam tersebut.
“Ini adalah kekuatan dakwah Islam, ketika kader-kader biologis dan akademis bertransformasi menjadi kader-kader ideologis yang unggulan di masa yang akan datang,” tutup Ust Tasyrif berharap. */ Masykur Abu Jaulah