
JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Integrasi kecerdasan buatan (AI) dalam dunia pendidikan menjadi fokus utama pelatihan daring yang digelar jaringan Sekolah Integral Hidayatullah se-Indonesia pada Sabtu, 3 Muharam 1447 (28/6/2025).
Kegiatan ini diikuti 70 guru dari berbagai daerah dan menghadirkan tiga narasumber kompeten. Tujuan pelatihan ini untuk membekali para pendidik dengan kemampuan memanfaatkan teknologi AI untuk meningkatkan mutu pembelajaran di era digital.
Pelatihan yang berlangsung pukul 08.00 hingga 11.30 WIB itu bertajuk “Integrasi Artificial Intelligent dalam Pendidikan”, dan merupakan bagian dari rangkaian Semarak Musyawarah Nasional Hidayatullah menuju Munas Oktober 2025.
CEO Hidayatullah Institute, Muzakkir, Ph.D., membuka sesi dengan penekanan pada peran AI sebagai alat bantu kreatif guru.
“AI dapat membantu guru memangkas waktu beban administrasi yang selama ini sering menjadi momok,” ungkapnya.
Muzakkir menjelaskan bahwa AI memungkinkan guru lebih fokus pada esensi pengajaran dan pengembangan karakter siswa.
Muzakkir memperkenalkan konsep AI TPACK (Artificial Intelligent Technological Pedagogical Content Knowledge) sebagai evolusi dari pedagogi tradisional.
Dengan pendekatan konsep ini, guru diharapkan tidak hanya memahami pedagogy dan andragogy, tetapi juga melangkah menuju heutagogy dan cybergogy.
Meski begitu, Muzakkir menegaskan bahwa teknologi tidak akan pernah menggantikan posisi guru sebagai pusat pembelajaran.
“Peran guru sebagai penanam nilai-nilai tauhid tidak akan tergantikan oleh teknologi secanggih apa pun,” tegasnya.
Sesi kedua diisi oleh Coach Ahmad Dzulfikar, pakar Transformasi Digital dari Google for Education.
Ia memperkenalkan Google Workspace for Education sebagai platform gratis yang menawarkan penyimpanan hingga 200 TB untuk mendukung proses belajar mengajar.
“Google berkomitmen memajukan pendidikan melalui teknologi,” jelas Coach Dzul.
Ia juga mendemonstrasikan secara langsung penggunaan perangkat AI seperti Gemini, NotebookLM, dan Google VEO 3.
Peserta pelatihan diberi kesempatan untuk merasakan manfaat praktis dari teknologi tersebut, dari pemrosesan materi hingga produksi konten edukatif.
Pada sesi ketiga, Galih Taufik Nuzuly, Program Manager dari Eudeka, menekankan pentingnya roadmap dalam digitalisasi sekolah.
Menurut Galih, ada tiga komponen utama yang perlu dipersiapkan yaitu hardware, software, dan brainware.
“Guru sebagai brainware harus menjadi subjek dalam perubahan ini, bukan objek,” ujarnya.

Galih menyatakan kesiapan Eudeka untuk mendampingi sekolah-sekolah Hidayatullah dalam proses transformasi digital yang terencana dan tepat sasaran.
Ketua panitia pelatihan, Darwiwin, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari tema besar Munas Hidayatullah 2025, yakni “Sinergi Anak Bangsa Menyongsong Indonesia Emas 2045.”
Menurutnya, kolaborasi dengan Google dan Eudeka adalah bentuk konkret sinergi tersebut. “Kami bersama-sama mewujudkan Indonesia Emas 2045 melalui penguatan kualitas pendidikan,” jelas Darwiwin.
Darwiwing pun mengapresiasi antusisme peserta dalam mengikuti rangkaian pelatihan ini yang menurutnya mencerminkan kesiapan para guru di lingkungan Hidayatullah dalam menyambut perubahan.
“Pelatihan ini menjadi titik tolak untuk pemanfaatan AI yang lebih sistematis dan substansial dalam proses pendidikan nasional,” pungkasnya.