MALINAU (Hidayatullah.or.id) — Kampus Pondok Pesantren Hidayatullah Malinau tampak lebih hidup dari biasanya. Dari pagi hingga sore, riuh rendah suara ibu-ibu yang tergabung dalam Pengurus Daerah Muslimat Hidayatullah (Mushida) Malinau terdengar memenuhi aula utama, Ahad, 4 Rabi’ul Awal 1446 (8/9/2024).
Tidak ada tanda kelelahan atau keluhan yang terlihat di wajah mereka, meskipun acara berlangsung selama berjam-jam. Mereka hadir dengan penuh antusias untuk mengikuti Training Bina Aqidah, sebuah program yang dirancang khusus untuk memperkuat fondasi keimanan.
Training Bina Aqidah ini bukan sekadar acara rutin, melainkan bagian penting dari upaya pembinaan umat yang secara aktif dilakukan oleh Mushida Malinau. Seperti yang diungkapkan oleh Ketua PD Mushida, Ustadzah Haritsah, S.Pd., acara ini bertujuan untuk menajamkan aqidah para jamaah, terutama mereka yang merupakan muallaf.
“Kita berharap para peserta semakin semangat belajar ilmu agama dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari,” tutur Haritsah dengan penuh keyakinan.
Training Bina Aqidah ini bukan hanya soal pembinaan keimanan, tapi juga tentang bagaimana membangun sebuah komunitas yang saling mendukung. Di tengah lingkungan yang beragam, kata dia, baik dari segi budaya maupun latar belakang, Islam menjadi jembatan yang menghubungkan mereka.
“Pengalaman para peserta menunjukkan bahwa ajaran Islam dapat diterima dengan logika yang masuk akal dan nurani yang bersih, tanpa paksaan dan dogma yang kaku,” imbuhnya.
Kegiatan ini, meski sederhana, diharapkan memberi dampak yang mendalam. Tidak hanya bagi para peserta, tetapi juga bagi komunitas Muslim di Malinau secara umum.
Dengan adanya pembinaan yang terus-menerus, diharapkan akan terbentuk generasi Muslim yang kuat dalam aqidah dan tangguh menghadapi tantangan zaman.
Sebagai sebuah organisasi, menurut Haritsah, Hidayatullah terus menguatkan relevansi dakwah dengan zaman bahwa pendekatan yang penuh kasih dan bersahabat dalam menyebarkan ajaran Islam dapat menghasilkan dampak yang positif.
Misi Keberlanjutan
Pembinaan muallaf bukan tugas ringan. Banyak di antara mereka datang dari latar belakang yang berbeda, dengan pengalaman spiritual yang unik. Di sinilah pentingnya program seperti Training Bina Aqidah.
Sebagai organisasi yang berfokus pada dakwah dan pembinaan, Hidayatullah secara konsisten menciptakan ruang bagi muallaf untuk belajar dan mendalami ajaran Islam dengan cara yang sistematis, terstruktur, namun tetap bersahabat.
Tidak hanya sekadar menerima materi baru, para peserta dibimbing untuk memahami Islam melalui logika dan hati nurani. Salah satu peserta, Ibu Kristina Deborah, seorang muallaf yang aktif di pengajian Hidayatullah, menyatakan rasa syukurnya atas kesempatan ini.
“Saya bersyukur di Hidayatullah bisa menerima pembelajaran Islam yang sesuai dengan hati nurani dan logika saya,” ungkap Kristina dengan nada haru.
Pernyataan Kristina menggambarkan perasaan banyak peserta lain yang merasakan manfaat nyata dari pembinaan ini. Mereka tidak hanya mempelajari aspek-aspek teoretis agama, tetapi juga bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah pembelajaran yang jauh melampaui teks kitab, masuk ke ranah pengalaman pribadi dan penghayatan spiritual.
Materi Komprehensif
Dalam training ini, dua pemateri utama, Ustadz Jumardi Sukma dan Mazlis B. Mustafa, memberikan materi-materi yang esensial dalam memahami aqidah Islam. Ustadz Jumardi, yang menjabat sebagai Ketua Departemen Perkaderan, bersama Mazlis, Ketua Departemen Dakwah dan Pelayanan Ummat Dewan Pengurus Wilayah Hidayatullah Kalimantan Utara, membawakan materi dengan gaya yang interaktif, memancing diskusi dan tanya jawab dari para peserta.
Beberapa materi yang disampaikan antara lain dasar-dasar aqidah, tiga landasan utama yang mengenalkan konsep rububiyah dan uluhiyah Allah, serta pokok-pokok ajaran Islam. Di sini, peserta diajak untuk mendalami makna iman, Islam, dan ihsan dalam kehidupan sehari-hari.
Materi ini diakhiri dengan pembahasan mengenai proses berislam, yang menekankan pentingnya menjadikan Islam sebagai landasan hidup yang komprehensif, bukan sekadar ritual keagamaan.
Materi-materi ini disampaikan dengan metode yang sederhana, namun penuh makna. Para peserta yang sebagian besar baru memeluk Islam, merasakan bahwa penjelasan yang diberikan sangat membantu mereka dalam memperdalam pemahaman tentang keimanan dan praktik beragama.
Antusiasme yang Menyala
Kehadiran para peserta yang sebagian besar adalah muallaf menunjukkan bahwa mereka haus akan ilmu agama. Mereka datang bukan sekadar untuk mengikuti acara, tetapi untuk menyerap setiap ilmu yang disampaikan. Antusiasme ini terlihat dari cara mereka aktif bertanya, mencatat, dan berdiskusi sepanjang sesi.
Keaktifan para ibu-ibu ini juga mencerminkan sebuah perubahan sosial yang lebih besar. Di tengah arus modernitas yang sering kali menggoyahkan nilai-nilai spiritual, kegiatan seperti Training Bina Aqidah menjadi benteng bagi para muallaf untuk memperkuat keimanan dan keyakinan mereka. Bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk keluarga dan lingkungan mereka.
Pada akhir acara, semua peserta menyatakan kesiapan mereka untuk melanjutkan pembinaan ini melalui program halaqah, sebuah sistem pengajian yang lebih kecil dan intensif.
Besar harapan agar halaqah ini dapat menjadi sarana bagi mereka untuk terus belajar dan berbagi pengalaman tentang bagaimana ajaran Islam bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.*/Adam Sukiman