AdvertisementAdvertisement

Munajat Menyambut Ramadhan Penuh Berkah

Content Partner

Oleh Ust Sholeh Hasyim*

TIDAK terasa, kurang 19 hari lagi kita dihampiri bulan agung, Ramadhan Mubarak. Betapa rindu hati ini untuk berjumpa denganmu. Siang dan malam, setia menantikan kehadiranmu dengan harap-harap cemas selama sebelas bulan.

Masih belum terhapus kenangan indah dengan suasana dan nuansa Ramadhan yang silam. Seolah-olah Ramadhan 1441 H yang lalu serasa sepekan saja.

Ya Rabb, alangkah cepatnya pergiliran dan perguliran masa. Sedangkan banyak sahabat, saudara, handai taulan, yang membersamai kita berpuasa, tidak lagi berjumpa dengan Ramadhan kali ini.

Wajarlah jika para sahabat menginginkan Ramadhan berjalan selama setahun penuh.

لو يعلمُ العبادُ ما رمضانُ لتمنَّت أمَّتي أن تكونَ السَّنةُ كلُّها رمضانَ إنَّ الجنَّةَ لتُزيَّنَ لرمضانَ من رأسِ الحوْلِ إلى الحوْلِ

“Seandainya umatku mengetahui apa yang terdapat dalam bulan Ramadhan, maka sungguh mereka akan berharap satu tahun itu Ramadhan penuh. Sesungguhnya surga berhias menyambut Ramadhan setiap tahunnya” (Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (1886), Abu Ya’la Al Mushili (5251).

Dengan harapan terbentuk siklus/ritme ruhiyah yang membersamai fluktuasi kehidupan kita. Sehingga dinamikan kehidupan bisa dimaknai sebagai romantika. Baik pada skala kehidupan individu, keluarga, bangsa dan negara. Orang yang berpuasa laksana malaikat dalam bentuk manusia (ash shaaimu kal malaikati ‘alaa shuratil insan), meminjam istilah syaikh Mahmud Syaltut.

Para salafus shalih mempersepsikan status bulan Rajab dan Sya’ban bagaikan atletik yang hampir mencapai garis finish. Tentu, segala potensi dikerahkan untuk mengungguli peserta lomba yang lain agar menjadi pemenang.

Yaa Rabb, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan. Panjangkanlah usia kami dalam beramal shalih dan permudahlah segala urusan kami. Baik dunia dan akhirat. Amin YRA.

Ramadhan artinya panas yang terik. Karena, bulan hijriyah yang ke sembilan ini pada umumnya terjadi pada musim kemarau. Orang arab berharap bulan ini bisa membakar dosa-dosa yang menempel di sela-sela perjalanan hidup pada sebelas bulan yang silam.

Dengan harapan mendapatkan rahmat, maghfirah, dhi’fun (dilipat gandakan pahala amal), amina minan niiran ( aman dari siksa neraka), nur (bercahaya). Itulah kepanjangan huruf Ramadhan (Ra, Mim, Dhad, Alif, Nun).

Rasulullah SAW mengajarkan satu doa yang paling populer dan paling lengkap redaksinya ketika menyambut tamu agung Ramadhan sebagai upaya tarhib (melapangkan) hati umatnya. Hal ini penting dilakukan karena dengan hati yang lapang akan lebih banyak amalan yang bisa ditampung saat Ramadhan. 

Karena dengan hati yang luas tidak akan cepat puas dengan berhenti atau mencukupkan amalan di bulan dilipatgandakannya pahala oleh Allah SWT. Sebaliknya, jika ketika menjelang Ramadhan hati masih sempit, akan sedikit amalan yang bisa dikerjakan karena wadahnya mudah penuh. Tidak akan mampu menampung optimal amalan shiyam dan qiyam Ramadhan. Mudah sekali lelah dan jenuh beramal sepanjang Ramadhan.

Doa yang dimaksud adalah :

اللهُ اكْبر اللهمَّ اَهِلّه عَليْنا بالامْنِ والايْمانِ وَالسَّلامةِ والاِسْلام وَالتَّوفِيق لِما تُحِبّ وترضَاه ربُّنَا وربُّكَ اللّه

Ya Allah, mohon hadirkan awal Ramadhan untuk kami dengan penuh keamanan dan penuh keimanan, dan dengan penuh keselamatan dan dalam keislaman, dengan taufik agar kami melakukan yang Engkau sukai dan Engkau ridhai, Tuhan kami dan Tuhan kamu wahai bulan adalah Allah.” (HR. Ahmad dan ad-Darimi).

Setidaknya ada lima yang kita minta dalam doa di atas.

Pertama, bil amni.

Kita memohon kepada Allah Azza wa Jalla agar Ramadhan membawa keamanan dan ketentraman. Di tengah merebaknya wabah Covid-19 yang belum berakhir, doa ini terasa sangat dibutuhkan. Mungkinkah kita bisa beraktifitas normal jika lingkungan sosial kita tidak aman?

Kita sangat berharap kepada Allah Azza wa Jalla agar ketika Ramadhan tiba, virus yang mematikan tersebut sudah hilang sehingga kita mampu menjalani ibadah puasa Ramadhan dengan aman, nyaman, dan berkesan (atsarun fa’aal)

Kedua, wal iman.

Ramadhan datang dengan membawa semangat keimanan. Kendati pandemi belum berhenti, semangat menjalankan ibadah Ramadhan yang dilandasi keimanan harus tetap terpatri dalam sanubari yang paling dalam. Sembari patuh dan disiplin terhadap prokes yang ada, rangkaian ibadah Ramadhan tak boleh satu pun terlewatkan. 

Ketiga, was salamah.

Berharap saat Ramadhan datang, jiwa raga kita tetap sehat wal afiat. Betapa ruginya ketika bulan paling mulia hadir, kita malah sakit sehingga tak mampu maksimal di dalam mengisi waktu demi waktunya. Pastikan ikhtiar menjaga imun tetap prima sampai Ramadhan tiba. 

Keempat, wal Islam.

Jika wal iman (penuh keimanan) adalah memastikan semangat beribadah hanya semata-mata karena Allah Ta’ala (kualitas), wal Islam adalah penuh keislaman yang dibuktikan dengan ragam dan jenis ibadah yang dilakukan selama Ramadhan (kuantitas). 

Sehingga kita tidak akan puas hanya melakukan ibadah puasa pada siang hari, tetapi ditambah dengan shalat sunah Tarawih dan tadarus pada malam hari. Kita belum akan merasakan kenikmatan berbuka sebelum mampu pula memberikan kegembiraan hidangan takjil berbuka kepada sanak saudara yang tak seberuntung kita. 

Kelima, rabbunaa warabbukallah.

Keempat doa yang kita pinta kepada Allah SWT di atas tidak akan bermakna dan akan menjadi sia-sia jika tidak dilengkapi dengan doa yang kelima ini. Yakni, semua itu harus dilandasi ikhlas semata-mata karena Rabbul’alamin. Beramal itu tidak mudah dan tidak sederhana. Menjaga mutu amal dari perkara yang menghapus pahalanya (muhbithul amal) lebih sulit.

Alangkah meruginya nasib akhir pekerja keras tanpa kemurnian niat. Sungguh, keimanan yang tidak membuahkan amal shalih sama jeleknya dengan amal yang tidak dimotivasi oleh iman. Suatu tindakan sia-sia, bagaikan membuat lubang kehancuran pelakunya.

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Gasyiyah Ayat 3 – 10

عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ

bekerja keras lagi kepayahan,

«عاملة ناصبة» ذات نصب وتعب بالسلاسل والأغلال.

(Pekerja keras lagi kepayahan) maksudnya dalam keadaan lelah dan payah karena diikat dengan rantai dan belenggu.

تَصْلَىٰ نَارًا حَامِيَةً

memasuki api yang sangat panas (neraka),

«تصلى» بفتح التاء وضمها «نارا حامية».

(Memasuki) dapat dibaca Tashlaa dan Tushlaa, jika dibaca Tushlaa artinya dimasukkan ke dalam (api yang sangat panas.)

تُسْقَىٰ مِنْ عَيْنٍ ءَانِيَةٍ

diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas.

«تسقى من عين آنية» شديدة الحرارة.

(Diberi minum dari sumber yang sangat panas) atau dengan air yang sangat panas.

لَّيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ إِلَّا مِن ضَرِيعٍ

Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri,

«ليس لهم طعام إلا من ضريع» هو نوع من الشوك لا ترعاه دابة لخبثه.

(Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri) Dharii’ adalah sejenis pohon yang berduri, hewan ternak pun tidak mau memakannya karena duri itu keras lagi kotor.

لَّا يُسْمِنُ وَلَا يُغْنِى مِن جُوعٍ

yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar.

«لا يسمن ولا يغني من جوع».

(Yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar.)..

Akhirnya, semoga doa ini diijabah Allah SWT dan kita semua mampu menjalankan ibadah Ramadhan dengan membawa keamanan, kenyamanan, dan kedamaian.

Marhaban ya Ramadhan 1442 H

Ust Sholeh Hasyim, penulis adalah anggota Dewan Murabbi Pusat Hidayatullah

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Rakerwil V Hidayatullah Jatim Ditutup, Ketua DPW Apresiasi Pelayanan Tuan Rumah

Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) V Hidayatullah Jawa Timur resmi ditutup pada hari Ahad, 19 Januari 2024, di Situbondo. Dalam...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img